~kalau benci jangan benci-benci amat. Karna benci sama cinta itu beda tipis~Namanya Reina lebih tepatnya Reinata Indrawan. Remaja cantik dengan bakat bernyanyinya, ramah, menyenangkan dan hidup berkecukupan. Tetapi akan berbeda saat bersama keluarga kecilnya.
"Non sarapannya udah bibi siapain di bawah"
"Iya bi, ntar Reina turun" ucap Reina dari dalam kamarnya.
Tak berapa lama langkah kaki yang di balut kaos kaki putih tampak menuruni tangga dengan tas punggung yang sudah menempel cantik dipunggung Reina.
Awal yang baik untuk hari pertama sekolah setelah libur panjang. Bangun tidak terlambat. Sarapan dengan sepotong roti panggang dan segelas susu coklat kesukaan Reina. Hanya itu saja yang menemani sarapan Reina tak ada yang lain.
Selesai sarapan Reina mulai beranjak pergi meninggalkan ruang makan keluarga Indrawan.
"Bik Reina berangkat dulu, assalamu'alaikum" teriak Reina dan mulai melangkah keluar.
Jalan kaki adalah pilihan Reina untuk menuju ke sekolahannya. Entah apa yang ada di pikiran gadis cantik ini, bahkan ayahnya sudah memberikan fasilitas kendaraan untuknya tetapi tetap saja jalan kaki adalah pilihannya. Alasannya karena supaya sehat dan juga dekat. Basilah itu.
Jarak rumah Reina dengan sekolahnya memang dekat hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai. Reina biasa berangkat dengan earphone di telinganya. Bibirnya akan komat kamit mengikuti alunan lagu yang didengarnya.
Kaki Reina mulai melangkah melewati gerbang SMA HARAPAN BANGSA. Dan lihatlah disana terdapat dua siswi dengan seragam yang sama dan sedang melambaikan tangan pada Reina. Sungguh memalukan.
"REINNNNNN" teriak salah satu dari mereka yang memanggil nama Reina. Namanya Nana nama lengkapnya Febriana Akilla Permadani. Dia adalah sahabat dekat Reina, dia nggak pinter, cerewet, kalo ngomong blak-blakan, tapi dia pinter masak.
"Apaan sih lu teriak-teriak, nggak malu apa" protes Dewi. Nama lengkapnya Kurnia Dewi Anjani, dia pinter, ngirit omong, kalo udah sama buku nggak bisa diganggu gugat, tapi dia paling dewasa.
Nana yang mendengarnya langsung menatap Dewi tajam. "Ye biasa aja kali, namanya juga kangen. Emang lo nggak kangen sama Reina. Ishhh temen macam apa lo" cerocos Nana.
"Ya usah sih jawabnya biasa aja" ucap Dewi pada Nana.
Reina yang melihat Nana adu mulut dengan Dewi segera menghampiri mereka berdua. "Oyy kalian berdua ngomongin apa sih?"
"Tuh Dewi tu masa gue neriakin nama lo dibilang norak" adu Nana pada Reina.
"Heyy gue nggak bilang norak cuma lo kagak punya malu aja" bantah Dewi.
"Itu sama aja goblok"
"Gue pinter dodol"
Reina hanya geleng-geleng kepala lihat kelakuan dua sahabatnya ini. "Udah deh kalian berdua berantem mulu, cusss masuk ke kelas" ajak Reina dan langsung saja menggandeng tangan mereka berdua.
Mereka bertiga berjalan kembali seperti kemarin saat sebelum libur panjang dimulai. Mungkin jika murid lain yang melihat mereka akan bosan, karena mereka hanya akan dan akan terus berjalan bertiga. Tapi itu bukan berarti mereka tidak bisa bersosialisasi. Mereka juga mempunyai teman lain.
Candaan kecil mereka mengiringi langkah kaki mereka hingga sampai kelas yang sangat dirindukan mereka. Kelas XI IPA 1, kelas penuh cerita bagi Reina, disana dia bisa menemukan teman baru dan juga dekat dengan Nana dan Dewi. Sebenarnya saat kelas X mereka sudah satu kelas tetapi karena saat itu mereka belum terlalu mengenal maka mereka tidak dekat. Bahkan untuk bertegur sapapun enggan.
"Gila juga liburan lo wi" ucap Nana dengan tawa khasnya.
Dewi hanya menatap Nana cuek, "stop deh ketawanya. Brisik tau nggak!"
"Tapi gokil juga ya cerita lo" ucap Reina menimpali.
"Cerita apaan sih?" Bisik Fajar tepat di telinga Nana.
"Astagfirullah, setan lo. Merinding gue" maki Nana.
Fajar hanya geleng-geleng mendengar makian Dewi. "Tumben lo nyebut" ejek Fajar. Ini Fajar teman sekelas Reina, Nana, dan Dewi. Dia musuh bebuyutan Nana, karena setiap kali mereka bertemu pasti ada saja yang akan diributkan walaupun itu masalah yang sangat sangat sepele.
"Jangan samain gue sama lo."
"Siapa juga yang nyamain lo sama gue. Ogah banget." Jawab Fajar sadis.
"Amboyyyyy sadisnya dirimu nak" ucap Abhan dengan gaya bicaranya yang dibuat-buat.
Reina yang mendengarnya langsung menoleh pada sumber suara dan ternyata Abhan. Namanya Abhan cuma Abhan. Dulu dia sempet deketin Reina. Cuman Reinanya nggak terlalu respon, ya karena hati Reina stay disatu tempat doang.
Abhan melihat Reina dengan mata yang berbinar. "Aduh neng Reina, tambah gelish ae neng, kapan jadi awewe abang?" goda Abhan.
Reina hanya menatap Abhan miris. "Najis deh, tambah sinting lo Bhan" ucap Reina bergidik ngeri.
"Lo ditolak Reina jadi tambah gila ya" celetuk Nana yang membuat Reina menatap tajam pada Nana. Dan seketika binar mata di wajah Abhan langsung menghilang.
"Nggak usah didengerin kalo nenek lampir ngomong, nggak penting" hibur Fajar pada Abhan.
"Dasar lo domba busuk" maki Nana.
"Udah deh nggak usah mulai, kalian ini udah lama nggak ketemu apa pada nggak kangen gitu satu sama lain? Masa sekali ketemu langsung ribut, bisa nggak sih rubah kebiasaan kalian yang kayak anak kecil?" Ucap Dewi dengan satu tarikan nafas.
Fajar yang mendengarnya dibuat melongo oleh ucapan Dewi. Hanya dengan satu tarikan nafas dia bisa ngomong panjang lebar kayak gitu. "Tahan nafas berapa menit Wik?" Tanya Fajar.
"Sumpah pertanyaan lo nggak mutu banget Jar" jawab Nana.
"Gue tanya sama Dewi nggak sama lo"
"Tapi gue punya mulut buat ngomong"
"Lo kenapa sih ngebet banget ngejawab omongan gue" tanya Fajar dengan wajah lelah.
"Apa lo suka sama gue?" Sambung Fajar.
"NA.JIS" ucap Nana di depan wajah Fajar dan berlalu pergi dari hadapan Fajar.
Fajar yang mendengarnya hanya menghela nafas. Sudah biasa dia seperti itu dengan Nana. Tetapi dia menyukai perdebatan kecil itu. Karna dari situ dia bisa merasa dekat dengan Nana.
"Sabar ya Jar" ucap Reina sebelum pergi dari hadapan Fajar.
"Dimana harga dirimu nak?" Tanya Abhan greget.
"Udah biasa kali Bhan gue kaya gitu sama Nana, tapi nyesek juga sih"
"Sabarlah, kalo lo suka sama Nana deketin deh jangan diajak ribut yang ada dia malah nggak suka sama lo" ucap Abhan memberi nasehat pada Fajar. Fajar memang aneh mengungkapkan rasa sayangnya.
"Tumben lo encer"
"Anjirr gue bilangin malah ngatain" maki Abhan dan menjitak kepala Fajar.
~Reinardan~
Halohaa....
Ini cerita pertama aku untuk bulan juli, ya walaupun ini nggak sebagus seperti yang udah biasa nulis tapi kebanggaan tersendiri bisa buat cerita.....
Aku sadar pasti cerita ini kata-katanya banyak yang nggak pas, terus tanda bacanya kurang pas ataupun typo pasti ada. Afwan ya afwan tapi aku bakalan coba buat lebih baik lagi.....
Diwajarin aja lah kalo jelek orang masih amatiran. Yang penting yang nulis nggak jelek.....
Makasih yang udah baca ya... jangan lupa vote sama commentnya tentang cerita ini biar aku bisa lebih baik lagi buatnya buat kedepan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinardan
Teen FictionIni cerita tentang Reina dan Ardan. . Cerita yang mengisahkan tentang Ardan yang menyukai Reina. Tentang Zean yang selingkuh dengan Tasya. Tentang bagaimana Reina harus melupakan seseorang yang sangat ia cintai. Dan tentang Ardan yang memperjuangkan...