~melihat senyummu saja sudah membuatku jatuh~
Mereka bertiga sekarang sudah duduk di kantin dengan minuman segar yang ada di hadapan mereka tetapi sama sekali tak tersentuh oleh tangan mereka bertiga kecuali Nana. Nana dengan santai meminum minumannya tanpa memperdulikan Dkewi yang menatapnya tajam. Sedangkan Reina hanya diam.Istirahat yang biasanya mereka gunakan untuk membahas hal-hal yang nonfaedah sekarang dilalui dengan diam sebelum Dewi memecahkan keheningan dengan ceramah panjang lebar.
"Na" panggil Dewi.
"Hmm"
"Lo bisa nggak sih sama Fajar tu nggak usah ribut mulu!! Capek tau nggak dengernya sama omongan kalian yang nggak penting. Kita itu sekelas nggak seharusnya kita berantem kaya gitu. Apalagi lo cewek nggak seharusnya lo ngomong kasar sama Fajar!! Lo harusnya punya malu!" Ujar Dewi.
Krik
Krik
Krik
"Na!! Lo dengerin gue nggak sih?!" Tanya Dewi yang mulai kesal.
"Hmm" jawab Nana cuek.
"Ishhhh gila ya lo Na. Gue ngomong panjang lebar kaya gini tapi lo malah bersikap kaya gitu sama gue. Lo mikir nggak sih kalo gue ngomong kaya gini buat kebaikan lo!" Ucap Dewi yang suaranya mulai naik satu oktaf dan mengundang beberapa pasang mata di penjuru kantin.
Reina yang melihatnya hanya diam. Bukan diam pasrah tapi Reina bingung harus bagaimana. Dewi pendiam, tapi kalo udah marah ya kaya gini.
Nana menghela nafas. "Emang siapa yang nyuruh lo ngomong panjang lebar kaya gini? Ha? Siapa?!" Tanya Nana yang mulai kesal.
"Gue ngomong bukan karna perintah lo tapi gue ngomong karna lo sahabat gue. Gue peduli sama lo! Lo kenapa sih jadi orang keras kepala banget!! Bisa nggak sih lo dengerin kata-kata gue?!" Ucap Dewi yang mulai hilang kesabaran dan menatap Nana tajam.
"Bisa nggak sih lo nggak usah jadi orang yang sok bener?!! Lo bicara seolah-olah semua apa yang lo katain itu bener?! Lo sadar nggak gue juga muak sama sikap lo yang sok bener!" Ucap Nana tak kalah tajam dengan matanya yang mulai menyiratkan kekesalannya.
"Plisss udah kalian jangan berantem ini kantin, kalian jangan bikin malu diri kalian sendiri!" Pinta Reina yang merasa suasana mulai panas.
Dewi diam dan sesaat dia berdiri dan masih menatap Nana. Sedangkan Nana enggan menatap Dewi yang membuat moodnya benar-benar hancur.
"Lo bilangin sama sahabat lo kalo jadi orang jangan keras kepala. Punya kepala jangan dijadiin batu." Ucap Dewi dingin dan berlalu pergi dari hadapan Reina.
Reina yang akan memanggil Dewi terhenti saat Nana juga sudah berdiri dan akan beranjak pergi.
"Na omongannya Dewi jangan dimasu.... yah yah yah pergi kan." belum sempat Reina selesai bicara Nana sudah beranjak pergi dari tempatnya meninggalkan Reina sendirian.
Sekarang Reina sendirian. Ya sendirian. Banyak yang menatap kejadian itu ya dari adik kelas yang masih polos sampe kakak kelas yang tak acuh terhadap keadaan kantin.
"Terus gue harus gimana coba??" Gumam Reina lirih menatap minumannya tak berminat.
Reina menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya. Ini sangat menyebalkan baginya. Kedua sahabatnya bertengkar karena masalah yang sangat-sangat sepele. Tidak bisakah Nana bersikapa dewasa?? Emmm bukan, bukan hanya Nana tapi mereka berdua. Nana dan Dewi.
Nana orang yang sangat keras kepala dan Dewi orang yang harus egois. Lengkaplah sudah perbedaan yang sangat sulit untuk menyatu. Mungkin Reina berfikir buruk tentang mereka berdua tapi ya itu memang kenyataannya. Sebenarnya mereka berdua belum dewasa tidak hanya Nana saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinardan
Teen FictionIni cerita tentang Reina dan Ardan. . Cerita yang mengisahkan tentang Ardan yang menyukai Reina. Tentang Zean yang selingkuh dengan Tasya. Tentang bagaimana Reina harus melupakan seseorang yang sangat ia cintai. Dan tentang Ardan yang memperjuangkan...