Berangkat Bareng~Reinardan

31 2 2
                                    


~baper itu manusiawi~


Reina sedari tadi menatap jam tangan yang melekat pada tangan kirinya. Sudah 20 menit dia menunggu Zean. Tapi lelaki itu tak kunjung menampakan batang hidungnya membuat Reina kesal setengah mati.

Reina masih punya waktu 10 menit untuk berangkat. Tanpa basa basi ia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar gerbang. Suara Ardian sempat terdengar tapi Reina berusaha tak acuh pada Papanya itu. Reina terus melangkah meninggalkan rumah yang telah ia tinggali sejak kecil.

Seperti biasa Reina memasangkan earphone pada telinganya. Ia berjalan agak cepat karena ia hanya mempunyai waktu 10 menit. Saat akan memasangkan earphone di telinga yang satunya suara klakson membuat earphone yang ada di tangannya terlepas.

"Anjirrrr" maki Reina.

Seseorang mendekati Reina dengan motor vespa kesayangannya yang sering disebut si empus. Helm bogo yang menutupi kepala sang empunya mulai terbuka menampilkan sosok Ardan yang tengah tersenyum lebar. Sejenak Reina terkejut tetapi setelah ia sadar ia kembali kesal.

"Butuh tebengan?" Tanya Ardan dengan senyum lebarnya.

"nggak!" Reina menatapnya sekilas dan kembali lagi dengan earphonenya.

"Lah judes banget sih? Saraf urat lo putus apa sampe nggak bisa senyum? Pagi-pagi dah judes cepet tua lo ntar" Tanya Ardan yang masih membuntuti Reina. Reina masih diam.

Karna kesal Ardan melewati Reina dan menghalanginya. Turun dari motor dan menarik Reina untuk ikut dengannya.

"Ihh apaan sih?! Lepas!" Bentak Reina yang diabaikan oleh Ardan.

Tapi bukan Reina kalo menyerah. Tangan Ardan yang mengenggam tangannya ia gigit menimbulkan bekas gigitan di tangan Ardan.

Ardan yang melihat aksi Reina tak habis pikir dengan gadis dihadapannya.

"Cantik tapi agresif, emm gue suka. Yok berangkat ni pakek helmnya! udah kurang 8 menit gerbang ditutup" ucap Ardan memakaikan helm kedodoran untuk Reina tanpa menatap mata Reina dan segera menaiki motornya.

Sejenak Reina dibuat diam oleh Ardan. Baru kali ini dia diperlakukan seperti ini. Bahkan Zean tidak pernah seperti itu pada Reina. Ardan yang melihat Reina hanya diam segera memukul kepala Reina yang dibalut helm.

"Awww sakit" pekik Reina mengusap helm Ardan.

"Habis diem aja. Mau telat lo? Kalo gue sih oke-oke aja apa mau bolos bareng? Kemana? Mall? Resto? Butik? Timezone? Atau rumah gue?" ucap Ardan menatap Reina dengan senyum sumringah.

"Ngaco lo"

Sejenak Ardan menatap Reina lekat-lekat dengan senyum nakalnya membuat Reina mengerutkan keningnya.

"Atau jangan-jangan lo baper ya sama gue tadi?" Tanya Ardan menatap mata Reina.

"Makan tuh baper! Yok berangkat" jawab Reina menurunkan kaca helmnya Ardan dan mulai membonceng Ardan.

"Peganggan dong"

"Turun nih?!"

"Iya-iya galak amat sih. Cantik cantik kaya singa" gumam Ardan yang masih dapat didengar Reina dan mendapatkan cubitan kecil di pinggangnya.

"Ih mainnya cubit-cubitan" goda Ardan yang membuat Reina dongkol setengah mati.

"Bodo!" Jawab Reina tak acuh.

Sesampainya di sekolahan Reina segera turun dan melepas helm kedodoran untuk ukuran kepala Reina dan meyodorkan helmnya pada Ardan tepat di perut Ardan hingga Ardan memekik sakit.

ReinardanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang