Rencana~Reinardan

23 3 5
                                    


Memoriku sangat bermakna saat aku mengingatmu


Ardan menatap ponselnya malas, sedari tadi Tasya terus menghubunginya. Entah harus bagaimana lagi dia harus bersikap terhadap Tasya. Ardan kira cewek ini sudah gila karena terus mengejarnya yang bahkan sudah mengatakan hal kasar kepada Tasya. Tapi Tasya? sepertinya cewek ini telinganya sudah tuli karena tak pernah mendengarkan perkataan Ardan yang menyuruhnya untuk menjauh darinya.

Ponsel Ardan bergetar lagi tapi kali ini berbeda, bukan nama Tasya yang tertera pada layar ponsel Ardan melainkan nomor yang ia sendiri tak tau itu nomor siapa. Tangannya tergerak untuk mengangkat telfon itu dan setelahnya Ardan menyesal telah mengangkatnya.

"Ardannn akhirnya lo angkat telfon gue." Pekik seorang cewek dari sebrang sana histeris.

"Tasya?" Ucap Ardan tak percaya.

"Iya ini gue, gue telfonin dari tadi nggak dia... tut tut tut" panggilan diputuskan sepihak oleh Ardan. Ia tak ingin mendengar ocehan Tasya yang hanya akan membuatnya bertambah badmood.

Satu kata yang kali ini mewakili perasaan Ardan. Bosan. Ya Ardan bosan, ini hari minggu tapi sama sekali tidak ada yang spesial dihari minggu ini, Ardan sangat ingin pergi keluar mencari udara segar. Sebenarnya tadi pagi dia sudah berencana akan jogging tapi karena adek tercintahnya ngeyel mau ikut akibatnya Ardan membatalkan acara joggingnya.

Jangan tanya kemana kedua sahabat Ardan. Mereka tidak akan mau diganggu. Karna apa? Karena menurut mereka hari minggu adalah hari dimana mereka menjadi putri salju jadi katanya haram hukumnya buat mereka yang ngebangunin Angga sama Bobi dari tidur panjangnya.

Entah bagaimana caranya hingga Reina melintas begitu saja diingatan Ardan dan membuat Ardan tersenyum memikirkan apa yang akan dilakukan.

Ardan mengambil ponselnya lagi dan mengetikan sesuatu yang semoga saja akan dibalas oleh seseorang. Ardan sangat berharap dia bisa lebih dekat lagi dengan seseorang yang sangat ia sukai untuk sekarang.

"BUNNNNN ARDAN BOLEH MAIN NGGAK?" Teriak Ardan dari dalam kamarnya.

"MAIN KEMANA?!" Jawab bundanya berteriak.

"ARDAN KALO NGOMONG SAMA BUNDA TURUN, JANGAN TERIAK-TERIAK!! BRISIK!! AYAH MASIH MAU TIDUR" teriak Malik dari kamar sebelah.

Ardan cekikian mendengar teguran dari ayahnya. Bukannya diam dan turun ke bawah, Ardan malah semakin mengeraskan suaranya dan membuat Malik jengkel setengah mati.

"BUNDA ARDAN BOLEH YA MAIN SAMA TEMEN ARDAN" teriak Ardan lebih keras dari sebelumnya.

"ARDAN TADI AYAH BILANG APA?!! TURUN JANGAN TERIAK-TERIAK!!!!" teriak Malik dari kamar sebelah.

Ardan cekikian di dalam kamarnya. Dia turun ke bawah dan mendapati bundanya yang tengah menyiapkan sarapan. Ardan tersenyum menatap wajah bundanya. Dia menyayangi wanita ini, wanita yang telah melahirkannya dan membesarkannya sampai sebesar ini.

Ardan berjalan menghampiri Karin dan duduk. Menatap Karin yang sedang menyiapkan makanan dengan senyum manisnya. Karin yang diperhatikan seperti itu malah merasa risi.

"Apasi bang?" Tanya Karin akhirnya.

"Bunda cantik deh." Jawab Ardan masih tersenyum.

Karin menatap Ardan selidik. Tatapan Karin semakin intens membuat senyum di wajah Ardan semakin manis dibuatnya. Dan Karin tau itu hanya sebuah trik untuk menuruti kemauan Ardan yang entah apalah.

"Kamu mau apa?" Tanya Karin menghela nafas.

"Hihi bunda tau aja deh." Ucap Ardan sumringah.

"Ardan mau main bun sama temen Ardan, kan hari ini hari minggu jadi boleh ya ya ya." Sambung Ardan memelas memainkan jarinya berputar-putar di meja seperti anak kecil.

ReinardanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang