Bab. 11

1.4K 24 1
                                    

Kedua mata Vony dibuat takjub akan keindahan sebuah rumah minimalis berestetika Jepang dihadapannya sekarang. Pandangannya menyapu seluruh bagian-bagian indah rumah itu sambil mengkomat-kamitkan bibirnya penuh pujian.

Tiba-tiba kegiatan gadis itu terhenti karena seseorang menepuk pundaknya dari belakang sehingga membuatnya sedikit terkejut.

"Ayo masuk, diluar udaranya dingin" kata Davi.

Vony setengah berlari mengekori langkah panjang Davi yang telah berjalan mendahuluinya.

"Kau duduk saja dulu disitu, aku akan mengambil sesuatu dikamarku" dia menurut lalu mendudukkan pantatnya disebuah sofa berwarna pastel muda didalam ruang tamu.

Setelah selesai akan keperluannya, lelaki itu menatap Vony dari kejauhan. Dia hanya menggunakan sehelai kemeja berwarna biru langit yang tampak kebesaran pada tubuh mungilnya tanpa sehelai bawahan apapun, sehingga paha mulus gadis itu terekspos nyata didepan mata Davi.

"Ehem..." Davi berdehem pelan untuk menyadarkan diri, menarik pandangannya pada pemandangan yang tidak sepantasnya dilihat.

Lelaki itu menghampiri Vony sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan bertingkah laku kikuk.

Perasaan Davi kembali berkecamuk mendapati gadisnya diperlakukan tidak layak selama beberapa bulan ini. Rambut panjangnya acak-acakan, wajahnya pucat pasi dan tidak lupa dengan tubuhnya menjadi semakin kurus sehingga pipi chuby yang selalu dia sukai sekarang telah hilang entah kemana.

"Mandilah dan pakai ini, aku jengah melihatmu berpakaian seperti itu." Vony segera mengambil pakaian tersebut dari Davi dengan wajah bersemu merah menahan rasa malu, sebelah tangan kirinya menarik ujung kemeja yang dia gunakan untuk menutupi sebagian pahanya.

"Terimakasih..." Vony berlari kecil kekamar yang telah ditunjukkan oleh Davi sebagai kamarnya selama dia berada disini.

Vony merasa lebih segar setelah menyelesaikan ritual mandinya dan menggunakan pakaian yang lebih pantas. Dia keluar dari kamar sehingga pandangannya menangkap sosok Davi sedang menikmati indahnya langit malam dibalkon.

"Sejak kapan kak Davi memakai pakaian wanita?" tanya gadis itu berdiri tepat disebelah Davi sambil mengeringkan rambut panjangnya menggunakan handuk.

"Ha? maksudmu?" pertanyaan itu mampu mengalihkan pandangan pada gadis disebelahnya.

"Ini...?" Vony menunjuk pakaian tidur yang dia gunakan sekarang.

"Aku membelikannya untukmu tadi pagi"

"Kenapa bisa?"

"Karena aku bisa merasakan suatu hari kau akan tinggal bersamaku" jawabnya, lalu memandang kembali langit malam tanpa adanya bintang maupun rembulan.

"Lagipula aku ini lelaki normal, bisa saja aku menyerangmu kapan saja kalau kau masih menggunakan pakain seperti tadi"

Vony menghela napas panjangnya, dia menundukkan kepala menatap ujung kakinya yang terasa dingin. Kata menyerang yang telah diucapkan Davi membuat dia trauma, hatinya begitu sakit saat mengingat alur mundur yang telah terjadi pada dirinya selama beberapa bulan ini.

Lelaki itu melirik Vony, mendapati gadisnya menangis dalam diam membuat Davi merasa bersalah.

Dia segera menarik kedua tangan Vony dan ditempelkannya diatas dada bidangnya. Gadis itu terkejut setelah apa yang dilakukan Davi, sehingga kedua manik mereka berdua saling bertemu.

One Day in JapanWhere stories live. Discover now