Bab. 12

1.5K 28 0
                                    

Vony semakin meringkuk didalam kegelapan sambil memejamkan kedua matanya sangat erat. Tiba-tiba pecahan sebuah botol kaca terdengar nyaring dikedua telinganya, membuat dirinya menjerit histeris.

Gadis itu membuka kedua mata lalu membekap mulutnya menggunakan tangannya sendiri. Dia sangat terkejut melihat Otani tengkurap diatas lantai dengan bersimbah darah. Davi telah berhasil memukul Otani tepat dikepalanya menggunakan botol kaca.

Dia segera membuang pecahan botol kaca itu ditangannya lalu menarik Vony untuk pergi.

"Cepat kita pergi dari sini!"

Vony menganggukkan kepalanya, dia menggenggam erat tangan Davi dan ikut berlari.

Saat Davi melajukan mobilnya, dua orang lelaki bertubuh besar akan menghadang kepergian mereka berdua. Dia yakin, mereka merupakan bodyguard setia Otani.

"Bagaimana ini kak?" tanya Vony was-was.

Davi menelan ludah sambil mengontrol kegugupanya, bagaimanapun juga dia tidak boleh gegabah untuk melawan mereka. Dia perlu siasat dan strategi.

"Kencangkan seatbeltmu!" perintahnya, lalu dipatuhi oleh gadis yang kini duduk disebelah kursi kemudi bersamanya.

Mobil yang dikendarainya menderu kencang, membuat kedua bodyguard itu berlari menuju Vony dan Davi.

"MULAI!" teriak Davi bersamaan dengan melajukan mobilnya untuk menabrak kedua bodyguard tersebut saat tepat satu meter didepan mereka berdua.

Vony menutup kedua matanya sangat rapat sambil menjerit histeris.

"CIIITTT!!!" suara decitan rem mobil yang dikendarainya memecahkan malam yang sunyi. Bukan itu saja, jeritan histeris Vony hampir membuat gendang telinganya pecah.

Davi melihat kedua bodyguard itu terkapar melalui kaca spion. Dengan cepat dia melajukan mobilnya pergi ketempat yang lebih aman.

"Aku tidak menyangka Otani menemukan kita" kata Davi sambil meniup sebelah telapak tangannya lalu ditempelkan pada telinga kirinya yang masih berdengung. "Bukankah dia masih ada suatu pekerjaan penting sampai tiga hari kedepan?" sambungnya.

Vony tidak menanggapi apa yang dikatakannya, dia masih trauma akan apa yang telah terjadi baru saja. Dadanya naik turun seakan-akan berhasil menyelesaikan perlombaan marathon.

"Kak Davi gila!" bentak Vony.

"Kau yang lebih gila, gara-gara teriakanmu tadi, gendang telingaku terasa akan pecah!" gadis itu mendengus kesal.

"Bagaimana kalau mereka semua mati?!" tanyanya.

"Bagaimana kalau aku yang mati kalau saja aku nekat melawan mereka?!" Davi melirik pada gadis cerewet disebelahnya lalu memfokuskan kembali pandangannya kedepan. "Semua itu perlu pakai otak Vony, jangan cuma ngandalin otot saja" sambungnya lagi.

Dia mendengus kesal sambil melipat kedua tangan didepan dada dan menyenderkan punggung dikemudi depan.

Dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan Davi barusan. Andai saja tadi Davi nekat melawan kedua bodyguard tersebut, pasti dia akan kalah, secara melawan Otani saja dia udah K.O duluan, apalagi dua king kong itu.

"Tapi, yang tadi itu keren kan?" Vony mencebik, lalu menghadapkan kepalanya pada kaca mobil, menatap jalanan yang masih cukup ramai walaupun jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam.

Tiba-tiba Davi mengacak-acak puncak rambut Vony, gadis itu terkejut sehingga menimbulkan rona merah pada wajah manisnya, seperti kepiting rebus.

"Senyum dong...." dia mencubit pelan sebelah pipi Vony. "Nanti cantiknya hilang loh" godanya untuk mencairkan suasana.

One Day in JapanWhere stories live. Discover now