Bab. 9

1.9K 19 4
                                    

Sinar matahari menerobos masuk pada kaca jendela sehingga menyinari setiap inci permukaan wajah Vony. Dia masih terlelap karena lelah setelah melalui aktivitas malam yang paling mengerikan sepanjang hidupnya.

Sinar matahari itu berhasil membuat Vony merasa silau lalu mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.

Dia beringsut bangun, tetapi sebuah lengan kekar melingkar pada perutnya. Pandangan kedua matanya mengikuti arah lengan kekar itu sehingga berakhir pada wajah Otani. Jantungnya berdegub kencang dan hati terasa sakit saat mengingat kejadian semalam.

Segera dia menyingkirkan lengan milik Otani dengan kasar. Dia meremat sakit didadanya sehingga bulir-bulir bening telah berhasil membasahi kedua pipi Vony. Sekarang Gadis itu merasa tidak mempunyai hargai diri lagi, dia sangat malu. Langit telah menjadi saksi atas seluruh perbuatan keji yang telah Otani lakukan padanya.

Saat akan beranjak turun dari tempat tidur, Vony merasakan nyeri dipangkal pahanya lalu menyibakkan selimut yang telah mengulung seluruh tubuhnya. Dia sangat shock ketika melihat ada sececer darah didaerah pribadinya dan mengotori sprei.

"Keiko..." Vony menoleh kearah sumber suara yang terdengar serak. Kedua manik mata milik mereka berdua saling bertemu. Tiba-tiba air mata telah memenuhi pelupuk mata milik Vony, membuat pandangannya menjadi buram.

Otani menatap seluruh tubuh Gadis disebelahnya sambil mengukir sebuah sunggingan. Vony yang ditatap seperti itu segera membuang muka dan mengeratkan selimut yang membalut seluruh tubuhnya. Tanpa basa-basi, dia segera beranjak pergi tetapi berhasil dicekal sehingga tubuh mungil Vony menindih tubuh Otani.

"Good morning my bitch..."

Vony menatapnya geram, dengan cepat dia berhasil menampar pipi kiri lelaki itu, membuat Otani cukup terkejut. Dia mencengkram kedua pergelangan tangan Vony lalu membanting tubuh mungil itu sehingga kini Otani yang menindihnya.

Terlihat jelas ada kesedihan, keputus asaan, kemarahan dan penderitaan tercampur menjadi satu dimanik hitam milik Vony. Entah mengapa, Otani justru bahagia melihatnya. Dia merasa telah berhasil membalaskan dendam yang selama ini dia pendam. Otani bersumpah pada dirinya sendiri, dia akan terus menghancurkan hidup Vony.

"Lepaskan!" Vony memukul keras dada bidang lelaki diatasnya. Tetapi, dia langsung menyambar dan melumat bibir Vony sangat rakus. Vony merapatkan bibirnya agar lidah Otani tidak dapat menembus masuk kedalam rongga mulutnya.

Nafas Vony tersengal-sengal dan dadanya naik turun saat Otani mengakhiri ciuman panas meraka. Entah dari mana, tiba-tiba Otani menyuntikkan cairan bening itu lagi dipembuluh nadi leher Vony. Gadis itu sangat terkejut, dia kalah cepat saat akan menghindari suntikkan dari Otani.

"Aku bosan mendengar celotehanmu itu. Lebih baik kita lanjutkan saja permainan tadi malam"

Tanpa basa-basi lagi, lelaki itu segera menjalankan aksinya saat cairan bening yang telah beredar keseluruh darah Vony menghasilkan reaksi yang membuat seluruh tubuhnya lemas kembali.

***

Dibawah guyuran air shower Vony terduduk frustasi menyembunyikan wajah diantara kedua lututnya sambil menangis sesenggukan. Satu jam telah berlalu, tetapi gadis itu masih betah mengguyurkan air keseluruh tubuhnya guna menghilangkan rasa jijik yang dirasakan. Dia mengusap-usapkan lengan kiri menggunakan tangan kanannya, begitupun juga sebaliknya dengan cepat. Jika selama berada ditempat ini dia masih tidak menemukan cara untuk pergi, maka tidak ada pilihan lagi, dia akan mengakhiri hidupnya segera. Tidak akan ada lagi yang perlu dia sayangkan dalam dirinya. Dia telah menjadi perempuan paling kotor yang pasti akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Masih ditempat yang sama, Vony menatap kedua telapak tangannya yang mengeriput, seluruh kukunya berubah warna menjadi kebiruan.

Tatapan matanya terlempar mengarah pada vas bunga yang berada dipinggir jendela kamar mandi. Bibirnya bergetar menahan pilu. Tanpa berpikir panjang, dia segera meraih vas bunga tersebut lalu memecahkannya diatas lantai. Dia mengambil serpihan vas bunga lalu digoreskan pada urat nadi pergelangan tangan kirinya. Vony meringis menahan perihnya luka yang cukup dalam setelah diciptakan sendiri. Mungkin ini lebih baik daripada dia harus merasakan luka pada harga dirinya.

Darah terus mengalir pada pergelangan tangan kirinya, mungkin ini sudah saatnya dia menyambut maut. Kini wajahnya semakin pucat. Entah apa yang menggambarkan ekspresi diwajah cantiknya, yang jelas disana ada kesakitan, kesedihan, kekecewaan dan kemarahan yang berkelut menjadi satu. Lagi-lagi air matanya kembali menetes membasahi pipinya.

Saat pandangannya mulai menggelap, tiba-tiba seorang lelaki berwajah tampan dan berpostur tubuh tinggi tegap telah mendobrak pintu kamar mandi, lalu dia segera menghampiri Vony yang mulai terkulai lemas tak berdaya.

***

"BAGAIMANA KAU BISA SELENGAH INI, HAH?!" indra pendengaran gadis itu menangkap suara baritone yang terdengar meninggi. Suaranya cukup menggema didalam kamar sehingga mampu menyadarkan Vony kembali.

Kini kesadarannya telah terkumpul, tetapi dia enggan untuk membuka kedua matanya. Ditambah lagi kepalanya yang sangat pusing dan nyeri dibagian urat nadi ditangannya.

Vony membuka sedikit kedua matanya lalu melihat sosok lelaki berkewarganegaraan Jepang yang terlihat sangat frustasi. Semua itu jelas terlihat dari ekspresi yang tergambar diwajah tampannya serta rambut yang acak-acakan.

Sedangkan disisi lain, terlihat seorang buttler menunduk ketakutan menghadapi kemarahan yang terpancar dari majikannya.

"MENJAGA SEORANG GADIS DIDALAM KAMAR SAJA KAU TAK BECUS?!" dalam keadaan seperti itu, Vony dapat melihat jelas kalau lelaki dihadapannya sangat berapi-api sehingga wajahnya menjadi merah ditambah kedua matanya yang melotot.

Lalu Otani menghela napas kasarnya lalu berbalik arah membelakangi si buttler sambil mengacak-acak kembali rambut tebalnya.

"Ma-maafkan saya tuan..." sebuah kalimat terlontar dari mulut buttler itu sangat pelan, mungkin terdengar lebih jelas sebagai cicitan. Tubuhnya bergetar menahan rasa takut, seperti telah tahu apa yang akan terjadi, buttler tersebut memejamkan matanya sangat erat.

"BUGH!" entah kapan itu terjadi, tiba-tiba saja Otani mendaratkan tinjunya pada perut buttler tersebut sehingga seseorang yang telah menerima tinju maut darinya jatuh tersungkur diatas lantai.

Vony sangat terkejut. Hampir saja sebuah teriakan lolos dari mulutnya. Dengan cepat dia menutup kembali kedua matanya sangat erat agar Otani tidak mengetahui kalau sejak tadi dia telah siuman.

Suara pukulan terdengar jelas dikedua telinganya, berkali-kali Otani meninju buttlernya hingga lemah tak berdaya.

Vony tidak tahan lagi, dia memutuskan untuk bangun dan berteriak. Sialnya, saat akan berteriak, dia tersedak oleh air ludahnya sendiri sehingga membuatnya terbatuk seperti orang yang berpenyakitan.

Mendengar itu, Otani segera mengakhiri eksekusinya lalu bergegas menghampiri Vony.

"Keiko... kau sudah siuman?" tanya lelaki itu langsung merengkuh tubuh mungil Vony dalam pelukannya.

***

Halo, lama tak berjumpa. Sumpah author sibuk banget dikampus sampai gak bisa ngelanjutin cerita ini. Dan juga author gak suka asal nulis tanpa dipikirkan baik-baik, walaupun tulisan author kurang bagus, tapi author ingin belajar menulis dengan baik dan benar.

Thankyou udah mau nungguin cerita ini sampai update. Sampai bertemu di chapter berikutnya.

#UASbersambung:((


One Day in JapanWhere stories live. Discover now