Bab. 10

1.6K 20 0
                                    

Vony memperhatikan pergelangan tangan kirinya yang telah terjahit rapi. Sebenarnya bukan ini yang dia inginkan. Aksi bunuh diri yang dilakukan beberapa minggu lalu gagal total. Otani sangat sigap menyelamatkan dirinya waktu itu. Andai saja lelaki itu tidak meyelamatkannya, mungkin Vony tidak dapat menghirup oksigen didunia ini lagi.

"Apa yang kau fikirkan?"

Dia menghampiri Vony yang sejak tadi duduk dipinggiran kasur sambil memandangi pemandangan perkotaan dibalik jendela besar yang membingkai salah satu kamar apartemen Otani.

"Memikirkan cara untuk bisa membunuhmu" jawab Vony tak bergeming sedikitpun dari posisinya.

Otani tertawa kecil, setelah meletakkan nampan yang berisi makanan diatas nakas, dia menghempaskan pantatnya tepat disebelah Vony dengan kedua tangannya yang memegang semangkuk bubur.

"Makanlah..." Vony melirik dan tersenyum sinis kearah Otani.

"Setelah aku makan dan sehat kembali, apa yang kau inginkan? Melecehkanku lagi?" Otani menatap sisi wajah gadis itu.

"Baiklah kalau itu maumu, aku akan mengabulkannya" Vony terkejut mendengarnya, dengan cepat dia menoleh kearah Otani yang tersenyum tanpa dosa.

"Sekali lagi kau menyentuhku dengan tangan kotormu itu, aku benar-benar akan membunuhmu!" ancam Vony, walaupun dia tidak yakin dengan perkataannya sendiri. Bagaimanapun juga, selama ini dia tidak pernah sekalipun melakukan kejahatan, apalagi untuk membunuh seseorang.

Otani berdecak meremehkan.

"Aku tidak yakin kau akan melakukan itu" dia benar, Vony tidak akan bisa, karena gadis itu tidak ingin mengotori tangannya sendiri untuk melakukan suatu hal yang sangat keji.

Vony segera membuang mukanya kearah lain saat Otani akan menyuapkan sesendok bubur dari dalam mangkuk yang dipegangnya sedari tadi.

"Ayo makanlah, bubur ini masih hangat"

"Aku tidak berbohong. Bubur ini masih hangat, sehangat tubuhmu saat kusentuh pertama kalinya"

Vony mendelik kearah Otani yang sudah menahan tawanya. Dia melemparkan bantal dan guling kerah lelaki itu. Tetapi dengan cepat, Otani memunggungi lemparan dari Vony agar bubur yang dipegangnya tidak tumpah.

"Dasar lelaki brengsek!" umpat gadis itu lalu beranjak dari duduknya untuk meninggalkan Otani sendirian.

"Selangkah lagi kau berjalan, aku akan menyuntikkan obat yang selalu kusuntikkan pada lehermu" tiba-tiba saja, langkah kakinya terhenti.

Bagaikan sebuah mantera sihir, Vony menghentakkan sebelah kakinya lalu segera duduk ditempat semula, melipat kedua tangan didepan dada sambil menekuk wajahnya.

"Ayo makanlah..." Otani mendekatkan sendok yang dipegangnya kearah mulut Vony. Tetapi, dia menghindari suapan itu lagi.

"Aku tidak berbohong. Bubur ini sangat enak, seenak tubuhmu saat kusentuh untuk pertama kalinya"

Telinga Vony panas mendengarnya, dia segera menepis mangkuk yang dipegang Otani hingga terjatuh diatas lantai.

Pandangan mata lelaki itu mengikuti arah jatuhnya mangkuk yang tadi dipegangnya diatas lantai. Dia mengehembuskan nafas kasarnya lalu berpindah menatap Vony.

"Kau sedang menguji kesabaranku?" tanya Otani.

"Dengarlah lelaki cabul! aku bukan Keiko yang sering kau ucapkan!" Vony menggertakkan gigi serta mengepalkan kedua tangannya erat-erat.

"Jadi...?" tanya Otani menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi kesimpulannya kau salah orang bodoh! kau salah culik!"

One Day in JapanWhere stories live. Discover now