Bab. 5

2.1K 35 0
                                    

Mobil sedan berwarna hitam mengkilap terparkir di halaman depan Bandara Haneda. Saat Otani membukakan pintu mobil di kemudi belakang, kedua mata Vony berbinar-binar. Bukan karena perlakuan Otani yang sangat manis dan sopan sekarang, tetapi karena mobil sedan itu yang Vony perkirakan memiliki harga yang sangat mahal. Bagaimana tidak, mobil itu terlihat sangat mengkilap seperti tanpa lecet sedikitpun, bagus dan juga keren. Seperti mobil-mobil yang menjadi tumpangan para pejabat tinggi di drama Korea yang selalu dia tonton.

Vony tidak bergeming dari tempatnya berdiri, kedua matanya berbinar-binar seperti mengagumi mobil sedan itu. Lalu Otani menghampiri dia dan mengibas-ngibaskan telapak tangan kanannya didepan wajah Vony. Tetapi dia masih saja asyik dengan kekagumannya. Terlintas sebuah ide di otak Otani, dia tersenyum jahil dan tanpa seizin Vony, Otani langsung mengecup bibir berlipgloss merah muda itu. Kecupan itu sangat singkat, tetapi dia dapat merasakannya. Seluruh tubuh Vony seakan-akan kaku begitu saja, hanya beberapa kedipan yang menjadi bukti bahwa yang telah terjadi barusan adalah first kissnya. First kiss yang selalu ia jaga untuk suaminya kelak telah hilang begitu saja gara-gara tingkah Otani.

Otani tertawa sangat keras sambil memegangi perutnya. Mendengar tawa yang keluar dari mulut lelaki Jepang itu, Vony berdecak kesal sambil menahan malu. Tiba-tiba tangan kanannya melayang untuk menampar pipi Otani. Tetapi sia-sia saja, dengan sigap dia meraih pergelangan tangan milik Vony. Dia tersenyum manis dan memamerkan kedua lesung pipinya lagi.

"Sore wa anata no saisho no kisudatta nandeshita ka?"

-["Apakah yang tadi itu adalah ciuman pertamamu?"] tanya Otani. Vony berdecak kesal dan membuang wajahnya memandang kearah lain. Lalu Otani meraih dagu Vony dan menghadapkan wajah gadis itu kearah wajah tampannya. Kedua manik mata mereka bertemu, seakan-akan mampu membaca isi pikiran masing-masing.

"Anata ga nozomunara, watashi wa soreijō o ataeru koto ga dekimasu"

-["Aku bisa memberi lebih dari itu jika kau mau"] kata Otani dengan senyum jahilnya yang disambut dengan tatapan tajam dari kedua mata milik Vony.

"HA - HA - HA anata wa, tokuni anata no kao ni, kyō wa hijō ni omoshiroidesu... Totemo kawaīdesu"

-["HA-HA-HA kau sangat lucu sekali, apalagi ekspresi wajahmu tadi... sangat imut"] sambungnya sambil menarik tangan Vony untuk segera naik ke dalam mobil.

***

Sopir yang memakai setelan jas formal itu tersenyum pada Vony, sekarang dia dan Otani duduk bersama di kemudi belakang. Gadis itu terlihat sangat lelah, dia menyenderkan kepalanya kebelakang sambil memandang jalanan yang tidak terlalu ramai. Tidak seperti jalanan di Jakarta yang begitu penuh dan macet. Ternyata memang benar, kebanyakan penduduk Jepang lebih suka berjalan kaki atau mengendari sepeda. Mereka yang mempunyai mobil, akan menggunakannya jika ada keperluan yang sangat penting.

Vony sangat bosan dengan perjalanan yang lumayan lama ini, seingatnya Otani akan mengajaknya makan siang di restoran khas Indonesia, tetapi hampir tiga puluh menit mobil yang mereka tumpangi tidak kunjung berhenti ketempat tujuan.

"Jitsuwa, watashitachi wa doko tsumoridesu?"

-["Sebenarnya kita akan kemana?"] tanya Vony mebuka percakapan diantara mereka.

"Anata wa wasurete shimaimashita ka? Watashitachiha chūshoku ni ikudarou"

-["Apakah kau lupa? Kita akan pergi makan siang"]

"Naze son'nani nagaidesu ka?"

-["Kenapa lama sekali?"] tanyanya lagi sambil melihat jam tangan berwarna merah muda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Karera wa mettani koko ni Indoneshia ryōri o hanbai shite iru resutoran wa arimasen'node, Hanedakūkō to tenkei-tekina Indoneshia no resutoran no ma no kyori ga, hotondodeshit"

-["Jarak antara Bandara Haneda dan restoran khas Indonesia itu lumayan jauh, karena masih jarang sekali ada restoran yang menjual makanan Indonesia disini"] kata Otani menjelaskan.

Vony tidak menghiraukan Otani, dia masih saja asyik memandang jalanan. Perjalanan yang memakan waktu lumayan lama ini membuat kedua matanya terasa begitu sangat berat. Perlahan-lahan dia menutup kedua kelopak matanya. Tetapi tiba-tiba handphone milik Vony berdering sehingga membuat pemiliknya membuka kelopak matanya lagi, memaksa melebarkan kedua matanya untuk membaca siapa yang menelfon. Dengan cepat dia menyentuh layar hijau untuk menerima panggilan telfon tersebut dan menempelkan handphone itu di telingan kanannya.

"Halo..."

"Halo kak, kakak udah sampai Jepang belum?" tanya seseorang di seberang sana.

"Udah kok mulai tadi"

"Oh, ya udah, aku cuma mastiin aja. Kakak mau ngomong nggak sama kak Junif?"

"Hmm... boleh"

"Eh, tapi sepertinya dia nggak mau deh"

"Ya udah, lagi pula aku juga males ngomong sama dia"

"Kalau gitu, aku tutup telfonnya"

'tuutt... tuutt... tuutt'

Trisna menutup sambungan telfonnya. Lalu Vony memasukkan handphonenya di dalam tas kecil yang dia gunakan. Otani melirik gadis itu, lalu pandangannya tertuju kedepan.

"Dare ga ima no denwa?"

-["Siapa yang barusan telfon?"] tanya Otani.

"Aja o shiritaidesu!"

-["Mau tahu aja!"] jawab Vony dengan nada sinis. Menurutnya, sikap Otani itu menyebalkan. Pertama mencium bibirnya tanpa seizin darinya dan kedua menanyakan siapa yang barusan menelfonnya. Terlalu sok ikut campur!

Dengan gerakan cepat, Otani duduk menindih tubuh mungil milik Vony. Kedua tangannya menangkup pipi gadis itu dan mendekatkan wajahnya kearah wajah Otani.

"Anata wa nani o iimashita ka? Kawari ni, shiritaidesu ka?"

-["Tadi kau bilang apa? Mau tahu aja?"] dengan cepat Otani menyambar bibir berwarna merah muda itu dan menciumnya secara perlahan. Vony terkejut dibuatnya, mencoba untuk mendorong tubuh Otani dari pangkuannya, tetapi sia-sia saja kekuatannya tidak sebanding untuk mengalahkan lelaki agresif ini.

Otani memperdalam ciumannya, melumat dengan rakus bibir menggoda itu yang dianggapnya akan menjadi moodboster barunya. Dia berusaha membuka mulut Vony agar dia bisa bermain dengan lidahnya. Ciuman penuh nafsu itu berlangsung sangat lama, sehingga membuat Vony kehabisan nafas. Seperti kehabisan oksigen, saat tautan itu terlepas dari bibirnya, gadis itu menghirup banyak-banyak udara.

Dengan posisi yang sama, Otani menyeringai melihat ekspresi wajah Vony. Sangat puas apa yang telah barusan dia lakukan tanpa rasa bersalah.

"Sebenarnya aku bisa berbahasa Indonesia..." kata Otani sambil mengelus bibir Vony dengan jempolnya, menghilangkan bekas ludahnya disana. Lalu dia bergerak turun dari pangkuan gadis itu. Dilihatnya dia duduk menjauhi Otani mendekati pintu mobil. Otani terkekeh pelan.

"Aku ingin turun sekarang! Aku akan pergi ke asrama sendiri!" kata Vony tanpa melihat kearah Otani, sepertinya dia menutupi rasa takutnya. Seluruh tubuhnya bergetar dan kedua tangannya meremat ujung pakainnya.

"Tidak! Kita akan pergi makan siang, sebentar lagi kita akan sampai"

"AKU SUDAH TIDAK LAPAR! DAN TURUNKAN AKU SEKARANG!" teriak Vony.

"Ayolah, yang tadi itu hanya bercanda. Apakah orang Indonesia sangat lugu seperti dirimu? Hanya berciuman begitu saja kau sudah gemetaran" kata Otani menggunakan bahasa Indonesia yang sangat begitu fasih, ditambah lagi dengan nada mengejek itu.

***

Sebenernya tangan author gatel banget ingin nulis. Ha-ha-ha... thank's ya buat votenya :"))) kalau ada unek-unek tentang cerita ini, komentar aja. Mungkin ceritanya gak jelas atau kurang feelnya. Bisa diungkapin kok.

One Day in JapanWhere stories live. Discover now