Part 3 - Annoyed

18 1 0
                                    

Veno Pov
.
.
.
Namaku Vano aku pindah dari kota yang lama ke kota ini hanya untuk mengurus bisnisku yang baru disini. Ya aku seorang CEO di usia yang cukup muda 21 tahun. Sebenarnya Papa ku melarangku melanjutkan kuliah apalagi jurusan yang aku ambil pun tidak ada kaitannya dengan bisnis. Sastra adalah jurusanku. Aku sangat menyukai hal-hal yang berbau karya. Meskipun begitu aku menyembunyikan identitas ku sebagai seorang CEO, karena aku yakin jika mereka tahu identitas ku mereka akan mengerubungiku. Jadi aku berperan sebagai mahasiswa tapi di luar itu aku berperan sebagai seorang CEO
.
.
.
.
.
.
Hari pertama aku masuk kampus itu tidak ada yang menarik perhatianku. Ah tapi ada satu gadis yang menarik perhatian ku. Gadis yang selalu memperhatikan ku. Memang ku akui pesona ku tidak bisa di tolak. Bukan sombong tapi itu kenyataan. Dia seorang gadis manis tapi tidak cantik. Kalian para lelaki pasti mengerti madsutku ini. Dia terlihat cantik dengan caranya sendiri dan itu cukup menarik di pertemuan awal

Masuk kelas itu setelah acara perkenalan aku duduk disebelah gadis yang kupikir tidak terlalu heboh seperti wanita-wanita yang ada di kelas ini. Ketika aku duduk di sebelahnya dia seperti memperhatikan ku. kulihat dia dengan tatapan datarku dan menegurnya dia menjawab gelagapan. Dasar gadis aneh. Diam-diam aku menyungingkan senyumku. Dasar gadis aneh.

Setelah itu kulirik dia dari ekor mata ku dia terlihat serius mencatat dan memperhatikan perkuliahan yang diberikan. Gadis ini berbeda dengan gadis lain yang ada dikelas ini. Dia terlihat penyendiri, atau mungkin dia gadis yang bodoh atau pemalas. Ku asumsikan begitu karena dia duduk di deretan bangku belakang. Dan hanya dia seorang yang tidak menggosipkan aku seperti kebanyakan wanita yang ada di sini. Tapi biarlah apa urusanku.

Setelah perkuliahan selesai Pak Jonas menyuruh gadis itu untuk mengajak ku berkeliling kampus ini agar aku tahu seluk beluk kampus ini. Dia menolak suruhan Pak Jonas tapi aku langsung memilihnya untuk menemaniku. Tapi setelah keluar kelas aku langsung meninggalkannya. Kulihat dia seperti kesal bercampur marah padaku mungkin karena ku tinggal tadi. Dia mengajakku untuk berkeliling kampus tapi aku menolaknya karena aku ada urusan dikantor. Kudengar dia ngedumel sendiri ketika aku meninggalkannya. Dan aku pergi ke kantor, tanpa melihat lagi kearahnya.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya dikantor aku berjalan menenuju ruanganku. Terdengar para karyawan ku menyapa dan menunduk disepanjang aku berjalan. Tapi aku hanya melewati mereka tanpa merespon sapaan mereka.

"Selamat siang Pak, ini schedule anda untuk hari ini. Ada beberapa pertemuan yang harus anda hadiri, dan ini beberapa dukumen penting yang harus anda baca dan tanda tangani." itu suara dari sekretaris ku.

"Terimakasih Adam kau boleh pergi." Ya beginilah keseharianku di luar kuliah ku. Bosan? Tentu saja aku sangat bosan. Tapi setelah ku pikir aku adalah penentu perusahaan ini karena aku anak tunggal dari keluarga ku dan papa menaruh harapan besar padaku. Haaah… Membosan sekali hidup ku ini harus berkutat dengan pekerjaan yang tak ada habisnya.
.
.
.
.
.
Setelah urusan kantor selesai aku langsung pulang ke mansion orang tuaku, sebenarnya aku memiliki apartemen sendiri tapi Mama tidak terlalu suka jika aku berada di apartemenku karena dia merasa kesepian katanya jadi demi Mama aku pulang ke mansion.

"Hai Ma.." sapaku pada Mama dia langsung menghampiri ku dan mencium kedua pipi ku, kebiasaan kecil yang tidak bisa aku tolak.

"Hai sayang, gimana hari pertama di kampus kamu yang baru tadi?? Sudah punya teman?" tanya mamaku sambil melepas ikatan dasiku.

Aku memutar mataku malas Mama ini kayak gak tau anaknya aja? Atau dia sedang mengejekku? Sejak kapan aku bisa punya teman? "Udah deh Ma gak usah ngejek deh, sejak kapan Veno punya teman." jawabku sekenanya.

"Makanya cari. Kan Mama sudah sering bilang sama kamu dulu maupun sekarang. Berbaur nak sama teman-teman kamu biar kamu tahu rasanya berteman. Kamu bisa berbagi sama mereka, jalan sama mereka, senang-senang sama mereka. Mama pengen loh kamu sedikit meluangkan waktu kamu untuk dirimu sendiri gak anti-social gini". Nasehat Mama yang selalu sama tiap tahunnya.

"Tapi Papa suka sama sifat kamu yang sekarang nak. Papa bangga sama kamu yang sukses di usia muda. Kamu juga gak butuh teman. Teman itu hanya merugikan diri mu". Jawab Papa ku tiba-tiba dari arah belakang sambil melepas kacamatanya.

Kulihat Mama memutar matanya malas. Ya memang Papa dan Mama meiliki pendapat mereka masing-masing. Dan kalau sudah begini aku sangat malas mendengarkan mereka yang beradu argumen seperti anak kecil yang sedang bertengkar.

"Apa sih Pa, Veno tuh juga butuh teman. Kamu gak bisa jadiin anak aku kayak kamu yang gila kerja". Kata Mama

"Terus kamu mau anak aku kayak gimana? Yang cuman diam saja di rumah? Masak? Buat kue? Cuci? Ngepel? atau melakukan hal-hal bodoh lainnya gitu?". Itu kata Papa

"Apaaaaaaa? Pekerjaan bodoh katamu? Memang kamu bisa melakukan itu sendiri hah? Kamu bisa nyuci, masak, buat kue? Bisa?? Bisa?" itu kata Mamaku. Kulihat Papa ingin berargumen lagi.

"Ah sudah lah Pa Ma. Veno tuh capek pulang kerja malah dengerin percakapan yang susah ada persamaan pendapatnya ini". Aku langsung meninggalkan mereka. Aku masih mendengar mereka berdebat setelah aku pergi.

Sampai didalam kamar aku langsung ke kamar mandi. Selesai mandi ku rebahkan badan ku di atas Kasur king size ku. Tiba-tiba saja aku teringat dengan kata-kata Mama tadi dan entah mengapa aku teringat gadis itu.

"Mungkin aku harus mencoba lagi berteman dengan seseorang". Haaah dari pada aku mulai memikirkan hal-hal yang aneh-aneh aku memejamkan mataku. Mempersiapkan diriku untuk hari esok yang pasti akan melelahkan.
.
.
.
.
.
TBC
Berharap ada yang vote & comment yaah walaupun ceritanya absurt hehehe....
Sisilkyungsoo12😊
18 juli 2017














Dear No OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang