Part 8 - Dia Lagi

6 1 0
                                    

Ku lihat kakak berteriak memanggil seseorang. Kakakku berdiri menghampiri temannya itu ku tolehkan saja kepalaku kebelakang dan alangkah terkejutnya aku melihat orang itu.
.
.
.
.
.
“Veno???”

“Kamu kenal dia Dri?” tanya Kakaku kepadaku

“Tentu saja aku mengenalnya dia manusia kutub eh,, madsutku dia Veno Kak temen baru yang tadi aku ceritain itu loh sama Kakak”

“Loh bro loe kuliah lagi?? Kagak bosen idup loe ketemu sama tumpukan tugas?”

Tunggu, apa kata Kakakku tadi “Kuliah Lagi”. Sejak kapan? dimana? Aku menatap Veno tajam mencoba mencari hal-hal aneh atau mencurigakan lainnya.

“Kuliah lagi? Kamu pernah lulus kuliah sebelumnya?” tanyaku pada Veno yang tampak seperti orang gugup.

“Tentu saja Dri dia junior Kakak di-“

“Di SMA ia kan Juna??

“Haaa?” tanya Kakak ku bingung pada Veno

Langsung saja Veno menarik Kakak ku menjauh dariku dan terlihat membicarakan sesuatu yang membuat ku curiga dengan Veno. Karena sudah tiga kali banyak hal aneh yang terjadi. Sebutan pak yang katanya dari teman kantor Papanya. Dari schedule Papanya yang tadi di pertanyakan tapi lebih tepatnya di tunjukkan pada Veno. Sebenarnya siapa manusia kutub ini? Atau jangan-jangan dia itu…

“Hei kalian berdua jujur saja padaku apa yang kalian sembunyikan?” terlihat mereka berdua kaget akan perkataan ku tadi “Hei ayo jawab Veno! Kau memalsukan umurmu kan untuk masuk di Kampusku? Kau melakukan penipuan kan? Iya kan?”

Bukannya mengaku mereka malah tertawa terbahak-bahak. Apanya yang lucu? Ada yang lucu? Pertanyaanku benar kan?

“Ahahaha Veno muka Loe muka-muka TuTi (Tukang Tipu)” tawa Kakak ku beserta ejekannya.

“Sialan Loe!”

Oke fix aku semakin bingung dengan kelakuan dua orang ini yang sama sekali tidak memberikan jawaban atas pertanyaanku.

“Gini aja Audirana adik Kakak Juna yang ganteng besok aja di kampus kamu bisa introgasi tersangka terpidana TuTi ini. Sekarang kita pulang karena Mama akan marah-marah kalau anak kesayangannya ini belum pulang.”

“Oke Veno kamu hutang penjelasan sama aku. Aku pamit pulang dulu ya. Kamu juga pulang jangan kelayapan aja”

“Hmm.” Selalu saja irit bicara. Manusia kutub ini.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya di rumah aku di tunggu Mama di depan rumah. Siap-siap telinga akan panas mendengar ceramah Mama yang pasti akan Panjang dan lebar.

“Dari mana sih Dri tumben pulangnya sampe sore mau malem gini?” tanya Mamaku

“Habis jalan-jalan Ma sama Kakak ketaman hiburan.”

“Lain kali bilang dulu dong sama Mama, untung aja Juna telfon Mama tadi. Mama takut kamu kenapa-kenapa tadi di jalan. Apalagi kamu naiknya kendaraan umum. Kalo gini mending kamu diantar jemput aja sama mang Ujang biar Mama gak cemas kayak gini. Kamu nih anak cewek loh Audri”

“Maaf Ma, Audri gak lagi-lagi kayak gini.” menunduk aku tak berani menatap Mama

“Udah dong Ma Audri sampek nunduk banget gitu, kan pulangnya juga sama aku.”

“Ihh kamu tuh mana tau sama khawatirnya Mama sama Adek kamu tuh”

“Maaf ya Mamanya Audri yang cantik” ku peluk mama dari samping karena posisi kami sedang berdiri. Kulihat Mama tersenyum pada ku itu pertanda usai sudah prosesi ceramah Mama.

Dear No OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang