23

4.4K 280 14
                                    

Lea berjalan menuju kelasnya setelah memarkirkan motor matic-nya di parkiran. Sudah beberapa hari setelah kejadian di kafe itu, dan sejak saat itu ia memilih berangkat sendiri. *Ngga ada hubungannya juga, sih😂#abaikan.

Langkahnya terhenti saat sebuah suara memanggilnya.

"Lea!!" Lea menoleh mencari sumber suara dan menemukan Roland yang sedang berlari ke arahnya.

"Pagi, Land." Sapa Lea saat Roland sudah berhasil mensejajarkan langkahnya.

"Pagi juga." Balasnya sambil tersenyum manis.

Mereka mulai berjalan beriringan.

"Kenapa lo lari-larian kayak gitu, dikejar anjing?" Gurau Lea.

"Gue ngga dikejar anjing kok, gue lagi ngejar bidadari cantik malah. Nih, bidadarinya jalan di sebelah gue." Balas Roland lalu merangkul bahu Lea.

"Apaan sih, Land. Singkirin tangan lo, ih." Ujar Lea berusaha melepaskan tangan Roland yang masih betah bertengger di bahunya. Roland berdecak,

"Ckckck, baru kali ini ada orang yang nolak pas gue rangkul."

"Gue kan bidadari, bukan orang." Balas Lea sembari menunjukkan senyum manisnya pada Roland. Berbanding terbalik dengan tangannya yang mencubit lengan Roland yang ada di bahunya.

"Buset, cubitan lo maut amat. Perih tangan abang, dek." Roland terus mengelus lengannya yang memerah akibat cubitan Lea yang tak bisa dianggap enteng.

"Rasain, wlee." Balas Lea sambil menjulukkan lidahnya ke arah Roland. Ia mengambil langkah menjauhi Roland saat Roland hendak merangkulnya kembali.

"Oh iya, Land. PR mtk wajib lo udah beres?" Tanya Lea berusaha mengalihkan perhatian Roland yang masih terus berusaha merangkulnya. Roland terdiam mendengar

"Emang ada PR?" Tanya Roland bingung.

Berhasil, hehehe. Batin Lea.

"Hmm, di buku paket halaman 148 kalo ngga salah."

"Pasti lo belum ngerjain, kan? Awas lo kena getok Pak Rio." Lanjut Lea berusaha menakut-nakuti Roland. Pasalnya, Pak Rio itu memang hobi menggetok kepala muridnya yang tidak mengerjakan PR menggunakan benda apapun yang ada di tangannya. Syukur-syukur kalo Pak Rio lagi megang spidol atau kertas, kalo Pak Rio lagi megang buku paket? Lumayan lah, puyengnya.

"Ya udah, pinjem PR lo dong?" Rayu Roland dengan mengeluarkan puppy-eyes andalannya yang sangat tidak cocok dengannya. Ia terlalu manly untuk melakukan puppy-eyes. Lea langsung merogoh tasnya dan menyerahkan buku PR-nya. Ia tak kuat lama-lama melihat wajah memelas Roland.

"Nih, cepetan ke kelas sono. Udah hampir bel loh."

"Thanks, *uri cheonsa." Balas Roland lalu menjawil hidung Lea sebelum berlari menuju kelas.

Lea kembali melangkahkan kakinya untuk menuju kelas, masih ada 10 menit sebelum bel masuk.

Baru beberapa langkah kakinya melangkah, tangannya dicekal seseorang. Lea memutar kepalanya untuk melihat orang yang sangat lancang mencekal tangan seorang Azalea Miraya.

"Lea." Panggilnya.

Lea hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai respon, tapi percayalah, jantungnya sedang marathon di dalam sana.

"Kita perlu bicara, plis." Tatapan memohon yang ia berikan sangat berpotensi membuat Lea luluh. Hampir saja Lea luluh, tapi ingatannya melayang kembali ke masa orang itu yang meminta langsung kepadanya untuk menjauh.

Aih, jadi sesak kan kalo inget. Batin Lea.

"Ngga ada lagi yang harus dibicarain, Raf." Lea ingin tersenyum, ia ingin membuktikan kalau ia bisa baik-baik saja setelah semua yang terjadi, ia tak ingin terlihat lemah. Tapi, hanya senyum miris yang mampu ia terbitkan.

"Tolong, lepasin tangan gue. Gue mau ke kelas." Rafka hanya pasrah, ia melepaskan tangan Lea. Sudah ia duga, perjuangannya tak akan mudah setelah apa yang telah ia lakukan.

***

Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Lea dan Jia sudah bersiap untuk menuju kantin. Tapi tangannya sudah lebih dulu ditarik seseorang.

"Apa-apaan sih?"

"Ikut gue, gue mau bicara."

Dosa ngga sih kalo begal orang. Tapi, kalo dia mati, gue suka sama siapa dong?

"Tapi, ngga usah narik-narik gue gini dong. Lo kira gue kambing?!" Lea terus membentak orang yang menyeretnya. Masa bodo sama imej, orang kesel mana ada sih yang peduliin imej.

Seseorang menghentikan langkah Rafka,

"Wetss, apa-apaan nih? Jadi cowo jangan kasar dong. Lo nyeret cewe nih."

"Ck, ngga usah ikut campur urusan orang." Balas Rafka dingin.

"Oke, gue kasi tau sama lo, semua yang menyangkut Lea urusan gue juga."

"Emang lo siapanya Lea, hah?! Mending lo minggir."

"Gue emang bukan siapa-siapanya Lea. Tapi seenggaknya, gue ngga pernah bikin dia nangis." Kata-kata itu berhasil menohok Rafka.

"Land, gue ngga mau berantem disini. Jadi, mending lo pergi dari hadapan gue sekarang." Lea semakin tidak tenang. Ia berusaha meng-kode Roland untuk tidak memperpanjang masalah ini. Untung saja Roland peka coba kalo ngga, ya ngga pa-pa juga sih. Toh, yang berantem Roland sama Rafka. Oke fix, ini Rain yang ngaco😂😂.

***

Rasa kesal Lea sudah berada pada tingkat maksimal.

"Lo kenapa sih, Raf? Belum puas lo nyuruh gue jauhin lo, hah?! Gue udah nurut buat jauhin lo, sekarang apa lagi?!" Lea menjerit, air matanya mulai mengalir di kedua pipinya. Untung saja mereka sudah sampai di depan gudang yang lumayan sepi.

Rafka perlahan melepas cekalan tangannya pada Lea. Ia berbalik, menatap Lea tepat pada mata gadis itu, mata yang sudah berulangkali menumpahkan air mata untuknya. Ia menangkup kedua pipi Lea, mengusapnya pelan.

"Gue minta maaf. Waktu itu gue udah kasar sama lo-"

"Baru nyadar?!! Gue ngga nyangka bisa suka sama orang kayak elo." Lagi-lagi Rafka tertohok.

"Gue nyuruh lo jauhin gue supaya Jasmine ngga gangguin lo lagi. Please, ngerti."

"Ngerti? Lo nyuruh gue ngerti? Lo sendiri ngerti ngga gimana perasaan gue waktu itu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Lea berbalik meninggalkan Rafka yang masih termenung. Ia masih berusaha mencerna kalimat Lea.

***

Segini dulu yeth...
Rain lagi sakit gigi😭😭

Btw, kalian #Rafkasquad atau #Rolandsquad?

RainDy_xo😘😘

Ketua Kelas[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang