27

3.4K 195 9
                                    

Sesuai perkiraan Dani, Mobil Roland baru akan meninggalkan kompleks ketika ia berhasil menyusul dengan kecepatan yang sedikit membuat Jia merinding. Jia tak tahu kalau Dani bisa mengendarai mobil dengan kecepatan seperti tadi.

"Dan, nyusul mereka sih nyusul mereka. Tapi ngga gini juga oon. Lo mau bikin gue mati, hah?!!" Teriak Jia histeris begitu mobil yang mereka kendari sudah melaju dengan kecepatan normal. Cengkeramannya pad sabuk pengamannya bahkan belum terlepas.

"Kalo ngga ngebut, ngga keburu yang." Ujar Dani santai, membuat Jia mendelik jengkel.

Selanjutnya, mereka hanya diam. Terus mengikuti Lea dan Roland dalam radius yang tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh. Hingga 20 menit kemudian, Jia bisa melihat mobil yang dikendarai Lea dan Roland berhenti di sebuah cafe yang sedang populer.

***

Begitu mobil berhenti di depan sebuah cafe, Roland bergegas turun dan setengah berlari mengitari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk Lea. Lea dan Roland berjalan beriringan masuk ke dalam cafe. Sebuah lonceng kecil berbunyi begitu mereka masuk. Suasana cafe terlihat lumayan ramai, maklum, malam ini malam minggu. Banyak pasangan muda-mudi yang sedang menikmati malam minggu dengan pacar mereka masing-masing. Yang jomblo mah tau diri, daripada bikin macet, mending di rumah.

Mereka berjalan menuju sebuah meja yang berada di tengah-tengah cafe itu. Mereka berjalan santai, tak menyadari sepasang mata menatap mereka lekat dengan tangan mengepal. Matanya tak lepas dari dari pemandangan yang membuatnya panas.

"Kenapa, Raf?" Tanya seorang gadis yang berada di depan Rafka. Ya, Rafka. Gadis itu sudah hendak menoleh ke belakang ketika Rafka segera menjawab.

"Ngga apa-apa kok, Sher." Yep, Sherin. Rafka dan Sherin.

Rafka terus mengajak Sherin dan berusaha menghalangi Sherin menoleh ke belakang mengobrol sekaligus berusaha mengontrol amarahnya. Tapi semua usahanya sia-sia ketika seseorang berbicara lewat microphone yang memang disediakan untuk live music setiap malam minggu.

Sherin tau pemilik suara itu.

"Tes...tes..."

Seluruh pengunjung memusatkan pandangan mereka pada Roland yang sedang duduk di atas panggung dengan memangku gitar, termasuk Sherin dan Rafka.

"Sebelumnya, maaf mengganggu. Saya bakal nyanyiin sebuah lagu spesial untuk seseorang yang spesial juga."

"Ini buat lo, Lea." Sorakan seketika menggema diseluruh cafe. Terkecuali Rafka dan Sherin.

Tangan Rafka mengepal kuat. Siap meledak kapanpun. Sementara Sherin, ia tak berani mengangkat wajahnya.

Kau harusnya memilih aku- Terry

Kekasihmu tak mencintai dirimu sepenuh hati
Dia selalu pergi meninggalkan kau sendiri
mengapa kau mempertahankan cinta pedih menyakitkan
Kau masih saja membutuhkan dia, membutuhkan dia

Kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
Kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

Kau tak pantas tuk disakiti
Kau pantas tuk dicintai
bodohnya dia yang meninggalkanmu (meninggalkanmu)
Demi cinta yang tak pasti ooow

Kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
Kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

Kau harusnya memilih aku
yang lebih mampu menyayangimu, berada di sampingmu
Kau harusnya memilih aku
tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku

Ketua Kelas[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang