MIRACLE

685 52 16
                                    

   Akan kuceritakan sebuah kisah yang tidak masuk akal. Tidak masuk akal jika kalian berpikir dengan logika. Cobalah berpikir dari sudut pandang fantasimu.

Negara itu bernama Korea Selatan. Penduduknya berjumlah sekitar ****. Luas negaranya adalah *******. Bentuk negaranya adalah republik yang dikepalai oleh seorang presiden. (******* cari sendiri. Wkwkwkwkwkwkwkwkwk)

Jika berbicara tentang Korea Selatan, dunia tak akan memikirkan satu definisi saja. Korea tidak hanya berbicara tentang Boyband dan Girlband. Tidak hanya para aktor dan aktris yang kecantikannya di atas rata-rata. Namun tengoklah sektor wisata dan pusat perbelanjaannya. Ah, dua hal itu pun belum cukup untuk menjelaskan tentang negeri ginseng!

Lalu cerita ini akan kukerucutkan pada main cast yang sudah terdaftar di awal cerita.

Kejadian itu bermula di sebuah tempat aneh.

*_*_*_*_*_*_*_*_

Tangan Pria Tua itu gemetar. Kacamatanya nyaris terjatuh dari puncak hidungnya. Jas putihnya ketumpahan zat berwarna biru yang tersandung sesuatu saat dirinya mengoperasikan mesin ciptaannya.

Pria Tua itu belum bisa berdiri betul. Tangan keriputnya mencengkeram kuat meja kayu yang diatasnya terdapat mesin berwarna biru ciptaannya. Sebuah karya kebanggaannya yang tak pernah diakui oleh dunia Science. Seluruh ilmuwan mengatakan jika Pria Tua berusia tujuh puluh satu tahun itu sinting. Tetapi Pria Tua itu tak menyerah. Setelah diusir dari dunia Science, Pria Tua itu memutuskan untuk menyempurnakan mesin ciptaannya selama dua puluh tahun lebih. Ia hanya keluar rumah setiap tanggal sepuluh setiap bulannya untuk membeli keperluan bulanan.

Jangan tanyakan bagaimana rupa ketakutan dari wajahnya. Hidung mancungnya meruncing persis hidung penyihir dalam dunia dongeng princess. Pria Tua itu masih gemetar. Kedua matanya masih menatap kosong pada mesin yang mengeluarkan asap mengepul berwarna biru.

“Cinderella keluar dari buku!”

Ya! Empat menit yang lalu, Pria Tua itu masih tersentak. Kedua matanya baru saja menyaksikan Cinderella keluar dari mesinnya.

“Mesin apa yang kuciptakan? Harusnya aku menciptakan mesin waktu.”

Pria Tua itu menatap jari-jarinya yang terbuka dan gemetar. Kelima jarinya sempat menarik gaun pesta Cinderella yang berambut kuning terang itu. Pria Tua itu bisa saja mengejarnya jika Cinderella tak meneriakkinya dan melemparkan sebelah sepatu kacanya pada wajah menakutkannya.

Ah, Sepatu kaca?!

Pria Tua mencoba berdiri tegak dengan kedua kaki kurusnya. Botol-botol minuman dan bungkus snack berhamburan di lantai. Kalian bahkan dapat membayangkan tikus-tikus dan kerumunan semut berada di lantai tersebut.

Tepat sekali! Bibir si Pria Tua membuka sedikit menatap benda berkilau di balik pecahan botol Anggur.

Si Pria Tua memungut benda berkilau itu dan terkagum-kagum melihat hasil karya Ibu Peri.

“Dia benar-benar memakai sepatu kaca! Hahaha.”

Kretak! Kretak!

Pria Tua berhenti mengagumi sebelah sepatu kaca yang ditinggalkan Cinderella. Seketika jantungnya berdegup kencang menatap takut pada mesin yang mengeluarkan suara seperti sesuatu yang sedang dalam proses keretakan.

Pria Tua itu berdiri dan mendekati mesinnya yang semakin nyaring mengeluarkan suara. Tak hanya itu, cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul dari sana memancarkan elemen-elemen beterbangan yang berlarian cepat di sekitarnya. Jendela-jendela dan pintu rumahnya terbuka walau angin tak ada. Elemen-elemen itu menuju keluar melewati jendela, pintu, dan ventilasi. Pria Tua itu membuka lebar kedua matanya menyaksikan makhluk-makhluk dongeng itu berhamburan.

Tiba-tiba, Pria Tua itu terperanjat ketika melihat sosok mengerikan menyeringai keluar paling akhir dari mesin dan sekaligus meledakkan mesin ciptaannya menjadi abu.

Pria Tua itu ketakutan. Segera Ia berlari dengan menuju pintu keluar, namun sosok mengerikan itu melumpuhkannya oleh mantra dan membuatnya pingsan dengan kepala membentur lantai.

Sosok mengerikan itu mendekat dan mengambil sepatu kaca.

“Cinderella, kau akan mati. Hahahahahahahahahahaha.”

Tawa penyihir itu mengerikan. Melengking dan membuat Korea Selatan dilanda badai tiba-tiba.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

“Oh, Tidak! Bagaimana ini? Jika kita terus memaksakan diri, kita akan terbawa badai.”

Manajer Sejin khawatir akan dua hal. Pertama badai dan kedua sekaligus yang lebih penting dari badai adalah jadwal fansigning yang nyaris terlambat didatangi oleh ketujuh artisnya.

“Kuharap ARMY akan mengerti keterlambatan kita. Kasihan sekali mereka harus datang ke fansigning di tengah badai. Kuharap mereka selamat.”

Tae Hyung menyaksikan hujan yang semakin deras menghantam kaca mobil van.

“Ya. Semoga. Atau akan lebih parah jika tak ada yang datang. Terpaksa kita batalkan. Maksudku, diundur beberapa jam.” Kata Nam Joon lebih realistis.

Tetapi, Manager mereka sudah pucat pasi. Ia menyadari sesuatu yang aneh dengan mobilnya. Mobilnya berjalan sendiri. Mobil itu nyaris oleng dan terbawa badai.

“HYUNG! SUDAH KUBILANG BERHENTI DULU!”

“Tidak! Tidak! Aku tidak tahu apa yang terjadi. Sungguh! Aku tidak menjalankan mobilnya.” Kata Manager setengah melotot pada Yoon Gi.

Semua yang didalam mobil menjadi panik. Ho Seok berteriak ketika tiba-tiba mobil menabrak sesuatu. Kaca depan mobil menjadi retak dan keanehan terjadi di jalanan Myeongdong.

Semua orang terpana melihat fenomena aneh di sana.

“What’s going on?”

“Semuanya menjadi es.”

Sontak saja, daerah Myeongdong menjadi pemberitaan nomor satu bukan hanya di Korea, tetapi di seluruh dunia. Badai tiba-tiba berhenti dan butiran air hujan deras menjelma menjadi es seakan-akan waktu berhenti kala itu.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

“Kalian melihat berita yang menjadi trending topik dunia baru-baru ini?”

Seok Jin bertanya pada ARMY yang rela menunggu molornya acara fansigning dari jadwal semula akibat badai.

“Ya, benar. Daerah Myeongdong diselimuti es. Padahal kita belum musim dingin. Ah, bahkan salju dan dan es adalah sesuatu yang berbeda kan walau sama-sama dingin?”

“Tapi kita menyaksikan itu semua. Semuanya menjadi es. Bahkan aku menyentuh es yang memanjang vertikal ke atas seolah menembus langit. Itu benar-benar es. Ah, fenomena aneh!”

“Apakah itu bertanda buruk, Ho Seok Hyung? Apa dunia akan kiamat?”

Jung Kook terlihat cemas. Wajah menggemaskannya semakin membuat author ingin meninabobokkannya. Jimin yang duduk disebelahnya mengusap rambut Jung Kook.

“Kita berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Satu per satu ARMY bergiliran untuk berinteraksi dengan ketujuh member Bangtan Sonyeondan. Masing-masing member memiliki kalimat rayuan yang membuat ARMY ingin kembali lagi bertemu mereka di fansigning selanjutnya.

Tiba-tiba, dari posisi paling ujung dimana ada Yoon Gi disana, muncullah seseorang berjubah serba hitam membawa keranjang penuh berisi apel merah.

“Cantik, makanlah apel merahku ini. Aku khusus membawakannya untukmu, Cantik.”

Sementara itu, staf yang berdiri di belakang Yoon Gi gemetar hebat. Rupanya bukan hanya staf, Jimin dan Nam Joon yang duduk setelah Yoon Gi juga dibuat kaget. Sosok berjubah hitam itu mengerikan untuk dikatakan sebagai manusia. Hidungnya mancung persis nenek sihir yang muncul dalam dongeng Snow White dan Tujuh Kurcaci. Dan kulitnya dipenuhi bintik hitam serta keriput.

Yoon Gi mencoba tersenyum walau ketakutan. Seluruh ruangan seketika senyap. Para ARMY pun ketakutan melihat sosok berjubah hitam itu walau mereka hanya bisa menyaksikan dari belakang. Namun jangan lupakan masih ada seorang ARMY yang duduk di depan Jimin yang juga sama ketakutannya.

“Nyo-Nyonya, Ka-kau ingin a-aku mem-memberikan tanda tanganku di apelmu?”

“Ya! Kenapa ada ARMY yang berpakaian menakutkan?”

Bisik-bisik para ARMY mulai terdengar. Ho Seok tak berani menoleh lagi ketika telah melihat sosok berjubah hitam itu. Tae Hyung bahkan langsung menarik Jung Kook yang duduk paling ujung sana agar lebih mendekat padanya.

“Gigit dulu apelnya! Satu gigit saja!”

Seringainya semakin mengerikan.

“Maaf, Anda …”

“Baiklah.” Yoon Gi memotong pertolongan yang coba dipikirkan oleh Nam Joon.

Lelaki berkulit seputih salju itu menggigit apel semerah darah yang ditawarkan oleh Sosok Berjubah Hitam. Yoon Gi mengunyah gigitannya. Sosok itu terkekeh.

Yoon Gi tiba-tiba tersedak sambil memegangi leher lalu dadanya. Semua mendadak panik. Jimin paling cepat meraih kepala Yoon Gi yang terjatuh di pangkuannya.

Yoon Gi tak bisa bernafas. Kedua mulutnya terbuka mencoba meraih udara yang sia-sia. Kerja organ tubuhnya menjadi lumpuh mendadak dan dia pingsan.

“Tangkap orang itu!”

Namun sosok berjubah hitam itu menghilang entah sejak kapan.

*_*_*_*_*_*_*_*_

Menyelamatkan seorang Min Yoon Gi membutuhkan waktu tujuh jam di meja operasi. Kepanikan tak hanya menimpa Bangtan Sonyeondan dan ARMY, namun seluruh negeri. Dunia pun seolah ambil pusing untuk memperhatikan fenomena aneh yang beruntun terjadi di Korea Selatan.

Berawal dari badai di musim gugur, lalu fenomena air hujan yang menjadi es, dan di daerah perkampungan pesisir juga ramai terdengar kabar penampakan putri duyung. Bahkan seorang anak kecil yang berusia tujuh tahun berani menyebut nama Tuhan saat menceritakannya, karena orang-orang dewasa yang Ia temui menyebutnya berkhayal.

Belum sampai disitu, kamera CCTV kawasan Myeongdong menangkap sesuatu yang aneh. Penampakan sosok kerdil yang berlari sangat cepat dimana hidung mancung berwarna orangenya tertangkap jelas kamera. Namun sosok itu hanya tertangkap kamera selama tiga detik.

Dan sosok nenek berjubah hitam yang membawa sekeranjang apel yang tiba-tiba muncul di Fansigning Bangtan Sonyeondan hari itu juga dikaitkan dengan fenomena aneh yang lain.

“Apelnya beracun. Hasil laboratorium menganalis racun mematikan. Beruntung sekali Yoon Gi bisa melewati masa kritis walau kemungkinannya mendekati nol persen.”

Bang Shin Hyuk masih tak habis pikir. Apa ada haters yang menyusup?

“Sepertinya Yoon Gi harus istirahat total sampai keadaannya benar-benar sembuh.”

Bang Shin Hyuk tak akan membantah perintah dokter. Ia hanya memikirkan hal lain sekarang. Siapa dalang dibalik semua ini?

Bang Shin Hyuk pamit dari ruangan dokter dan segera menerima telpon.

“Apa maksudmu? CCTV tidak merekam Si Nenek Pembawa Apel? Bagaimana dia bisa masuk ke dalam gedung?”

Mendengar jawaban di telpon membuat raut wajahnya tak puas.

“Baiklah. Aku menyerahkan semuanya pada penyelidikan kepolisian.”

Bang Shin Hyuk mematikan panggilan. Ia masuk ke ruang inap atas nama Min Yoon Gi. Di dalam sudah ada keenam member Bangtan Sonyeondan yang lain.

“Terpaksa Yoon Gi rehat dulu. Ia tak akan ikut Fanmeeting di Singapura, Thailand, dan Hongkong.”

Mereka semua mengerti walau hal itu sangat disayangkan. Yoon Gi tak kunjung siuman, padahal mereka harus pergi saat itu juga ke bandara.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Yoon Gi baru siuman setelah tiga hari. Keadaan tubuhnya masih sangat lemah. Bahkan untuk makan saja, Yoon Gi harus dibantu oleh Ibunya atau perawat yang beruntung untuk menyuapinya.

“Kau harus makan yang banyak. Tidak boleh protes dengan apapun yang Ibu jejalkan ke mulutmu. Ibu sudah memasakkan ini semua agar kesehatanmu cepat pulih.”

Yoon Gi hanya menurut ketika sayuran berwarna hijau itu memenuhi rongga mulutnya. Ia tak mampu untuk membangkang sekarang. Bahkan Ayahnya sekarang merasa bahagia melihat keadaan putranya yang ‘tergolek pasrah’.

“Sampai sekarang si Pembawa Apel itu belum ditangkap. Dia menjadi buronan. Hehe. Lagipula, jika tertangkap, aku ragu apakah hukum Negara ini akan tega menjatuhkan sanksi pada nenek keriput.”

Ayah Yoon Gi terkekeh kecil sambil mengganti-ganti channel. Wajahnya terlihat kecewa dengan pemberitaan televisi.

“Akhir-akhir ini semuanya berita tentang fenomena alam. Penampakkan Putri Duyung kembali mencuat setelah seorang nelayan tak sengaja melihat ekor emasnya di samping perahunya. Hahaha. Lucu! Kupastikan jika itu hanya ekor ikan duyung biasa!”

“Matikan saja TV nya jika kau bosan. Lebih baik kau mencari udara segar jika terus-terusan mengomel hal yang sama selama tiga hari ini.”

Ayah Yoon Gi beranjak dari ruang inap. Sang Istri hanya menggeleng heran dengan kelakuan suaminya. Lantas Ia kembali menyuapi Yoon Gi yang masih banyak diam saat diajak berkomunikasi.

Tak lama setelahnya, Yoon Gi mendapatkan tamu-tamu istimewa. Siapa lagi jika member Bangtan Sonyeondan yang lain. Mereka kembali melemparkan candaan satu sama lain dan menceritakan apa yang terjadi saat di Luar Negeri.

“Kapan kau bisa pulang, Hyung? ARMY mengkhawatirkanmu. Kurasa kau harus segera mengupload selfie terbaru di twitter agar mereka tak cemas lagi.”

Yoon Gi tersenyum,”Entahlah. Dokter belum mengatakan apa-apa soal itu.”

“Hyung, semangatlah. Kami akan pulang ke dorm setelah ini. Rasanya lama sekali membiarkan dorm kosong. Seok Jin Hyung mendadak kepikiran dorm melulu.”

Yoon Gi tersenyum tipis.

“Terima kasih, Jimin.”

*_*_*_*_*_*_*_*_

Keenam member Bangtan Sonyeondan seketika bengong memandangi dorm mereka yang rapi. Bahkan lantainya sangat licin sampai mereka bisa bercermin pada permukaannya. Semua cucian kotorpun telah bersih dan terlipat rapi di lemari pakaian. Begitu pula keadaan kamar. Semuanya bersih dan sangat wangi.

“Wah, Bibi Jang mengerjakan ini semua! Daebbak!”

Manager yang masuk membawa beberapa barang seketika heran melihat keadaan.

“Wah, bukankah terakhir kali ditinggal-ini semua seperti kapal pecah! Apa ada pembantu cadangan.”

“Apa maksudmu, Hyung? Bukan Bibi Jang yang melakukan ini?” Nam Joon meletakkan ranselnya di samping TV.

“Bibi Jang memang cuti sebulan.”

Semuanya kembali sibuk. Ada yang ke toilet, ada yang ke kamar mandi, ada yang ke dapur, dan ada yang ke kamar. Seseorang yang ke kamar itu seketika kaget dan tiba-tiba latah.

“Wae?! Seok Jin Hyung! Ada apa?”

Nam Joon langsung mendatanginya disusul member yang lain. Semuanya mengikuti arah keterkejutan Seok Jin.

“Si-siapa dia?”





To Be Continued

Bangtan Sonyeondan and Seven WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang