The Beauty and the Monster

292 24 5
                                    

Musik mengerikan itu menggema di setiap sudut ruang kerja milik Pria Tua, si dalang dibalik semua yang terjadi. Piano berdebu itu masih menghasilkan suara yang jernih disetiap Malaficient menekan tuts-tutsnya. Wajahnya merona berseri. Kelihatan jelas jika dirinya sedang merayakan sesuatu.

Malaficient berhenti bermain piano. Ia berdiri dan mendekati cermin ajaib. Tersenyum dan mendongak angkuh.

“Wahai Cermin Ajaib, siapakah yang paling cantik di negeri ini?”

Cahaya kuning kehijauan itu muncul menampilkan sesosok wajah.

“Malaficient tetaplah cantik, hanya saja ada enam orang yang kecantikannya melebihi Ratuku,” jawab Sang Cermin Ajaib yang dibarengi senyuman Malaficient.

“Hahahahahahahaha. Aku berhasil membuat satu orang tidak cantik lagi.”

Cermin ajaib menampilkan sosok Nam Joon yang berubah menjadi Beast (Si Buruk Rupa dalam dongeng Beauty and the Beast).

“Yang enam lagi pasti akan lebih mudah setelah berhasil melumpuhkan sang pemimpin. Hahahahahahahahaha,” tawa Malaficient dibarengi halilintar yang memekakkan telinga.

“Mengapa kau melakukannya, Malaficient? Mereka tak ada hubungannya denganmu? Bukankah kau hanya berurusan dengan Aurora? Lalu mengapa kau mencampuri urusan princess lainnya. Kau membuat Ariel tak bisa bicara. Kau membuat seorang idol kehilangan ketampanannya. Mereka adalah asset negaraku. Tak kubiarkan kau menghancurkan mereka pula,” ucap si Pria Tua dengan penuh kekecewaan.

“Aku tak akan membiarkan kau melakukannya pada orang yang tak bersalah,” gumam Si Pria Tua. Nyaris berbisik pada dirinya sendiri.

“Aku sudah memiliki enam kutukan untuk yang lain,” Malaficient menjamah enam buah potret dari masing-masing member Bangtan Sonyeondan. Ketika jemarinya sampai di permukaan potret Kim Seok Jin, senyuman jahatnya muncul.

“Aku harus memiliki kecantikan si Beauty,” ucapnya seraya membiarkan satu kelopak mawar jatuh yang menindih foto Kim Nam Joon.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Manager dan Bang Shin Hyuk sudah tahu apa yang menimpa Nam Joon. Minuman yang dikonsumsi Nam Joon segera diteliti pihak laboratorium rumah sakit. Tentu tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada pihak rumah sakit.

“Bahkan apa yang menimpa Nam Joon sekarang tak bisa dioperasi seperti kasus keracunan apel pada Yoon Gi dulu,” Bang Shin Hyuk terdengar putus asa.

“Bagaimana jika kita melakukan operasi plastik saja?” usul He Beom, Manager BTS.

“Hanya itu yang jalan yang terpikirkan untuk saat ini. Kita bawa Nam Joon keluar negeri,” tambah Manager Se Jin.

“Dananya tidak sedikit,” ucap Bang Shin Hyuk singkat.

“PD-nim, apa semua ini bisa untuk biaya operasi Nam Joon Hyung?” Jung Kook menaruh sekantong plastik yang entah apa isinya di depan Bang Shin Hyuk.

“Apa ini?”

Bang Shin Hyuk membukanya. Betapa terkejutnya mereka saat melihat butiran mutiara yang berjumlah sangat banyak.

“Jung Kook, darimana kau mendapatkan semua ini?” tanya Bang Shin Hyuk.

“Air mata Ariel. Ariel memberikan ini semua padaku.”

Bang Shin Hyuk dan dua Manager berpandangan. Ketiganya tersenyum bahagia.

“Sampaikan rasa terima kasihku pada Ariel. Oh iya, bagaimana jika kita sekalian juga mengobati Ariel? Dia sudah sepantasnya sembuh kembali.”

Tiba-tiba Tae Hyung muncul bersama Yoon Gi, Jimin, dan Ho Seok. Tae Hyung membawa lampu ajaibnya.

“Kalian jangan khawatir. Aku akan meminta Genie untuk menyembuhkan Nam Joon Hyung.”

Wajah-wajah ceria yang tadi khawatir kembali tampak sumringah dari sebelumnya.

“Benar juga. Ah, kita tak perlu melakukan operasi! Terima kasih, Tae Hyung,” Bang Shin Hyuk terlihat sangat bersemangat.

Tae Hyung pun menggosok badan lampu dengan lembut. Kepulan asap biru muncul di sekitar mereka dan Genie keluar dengan style aneh. Genie masih mengenakan gaun tidur dan mendengkur. Ingus keluar dari hidungnya.

“Wah, kalian benar-benar memelihara Jin!” seru Olaf dengan takjub. Manusia salju itu segera berlari ke Ho Seok. Ia ketakutan.

“Genie! Genie! Bangun!”

Sontak saja Genie mengerjap. Melihat Tae Hyung di depannya membuatnya cukup panik. Genie langsung mengubah wujudnya seperti biasa dan bersujud pada Tae Hyung.

“Maafkan hamba, Tuan Ali.”

“Gwencana. Aku ingin mengucapkan permohonan.”

Genie seketika bersemangat. Kembang api dan bunga-bunga kembali muncul. Bang Shin Hyuk dan kedua Manager seketika bingung melihat keajaiban di sekitar mereka.

“Hamba siap mengabulkannya, Tuan. Silahkan ucapkan.”

“Cabutlah kutukan Nam Joon Hyung. Kembalikan dia ke wujudnya semula.”

Genie tersenyum,”Baiklah. Itu hal yang mudah, Tuan Ali. Tunggu di sini.”

Genie menghilang dan pergi ke kamar Nam Joon. Nam Joon tak ingin keluar kamar. Bahkan kamar itu terkunci rapat. Seok Jin berkali-kali memohon agar Nam Joon mempersilahkannya masuk untuk mengantarkan makanan. Hanya Seok Jin yang mampu menahan ketakutannya saat melihat sosok mengerikan Nam Joon. Lelaki berparas cantik itu terus membujuk Nam Joon agar mau menerima makanan yang sudah dibuatkannya.

Seok Jin terus membujuknya agar Nam Joon tidak jatuh sakit. Tetapi Nam Joon selalu mengatakan jika dirinya sekarang sudah sakit dengan suara besar layaknya monster.

Dan sekarang Genie dengan mudah menembus dinding dan masuk ke kamar Nam Joon. Genie tak kaget melihat sosok mengerikan yang membungkus Nam Joon sekarang. Bagi Genie, sosok makhluk kematian semacam mayat hidup lebih menyeramkan daripada Beast.

Genie melakukan sihir dengan telunjuk yang menyemburkan cahaya berbintik biru. Cahaya biru itu mengelilingi Nam Joon yang duduk tersudut di pojok kamar. Menatap putus asa pada lantai.

Namun Genie terdiam saat sihirnya tak bekerja. Ia mencoba sampai tiga kali. Nam Joon tak berubah juga. Genie menunduk kecewa seraya menyeka air mata.

Genie merapatkan jaraknya pada sosok berbulu lebat itu. Tangan gemuk berwarna biru itu menyentuh pundak Nam Joon.

“Kau tak perlu sedih, Genie. Aku masuk jebakan Malaficient. Dia menemuiku tengah malam tadi. Muncul seperti angin dan menghilang seperti angin. Mengucapkan kalimat paling menyedihkan.”

“Sudah kuduga jika Penasehat Sultan itu mencurigakan. Putri Jasmine bisa saja dalam bahaya besar.”

“Genie, aku mohon padamu agar melindungi teman-temanku. Aku sudah gagal melindungi diriku sendiri. Aku mohon padamu. Dan jika kau tak bersedia mengabulkan permohonanku, tolong katakan pada Tae Hyung, kalimat yang kuucapkan barusan padamu.”

“Kau bisa menatapku, Nam Joon. Tak perlu menghindar. Aku bisa mengobrol dengan sesosok Zombie seratus tahun yang lalu. Dan aku yang terkencing-kencing.”

Nam Joon perlahan berbalik dan menghadap Genie. Dua cangkir kopi hangat dan kue telah tersaji.

“Ceritakan saja apa yang dikatakan oleh Malaficient.”

*_*_*_*_*_*_*_*_

Raut wajah Genie sudah menyiratkan ketidakberhasilan. Genie bahkan mengatakan jika permintaan Tae Hyung barusan sudah hangus dan bisa diganti dengan permintaan yang lain. Genie meminta maaf dan menjelaskan apa yang dikatakan Nam Joon.

“Jika semua kelopak mawar jatuh, Nam Joon akan mati.”

Tidak. Semua orang tak pernah terima dengan kutukan Malaficient. Genie meletakkan sekuntum mawar yang tumbuh di sebuah pot berisi tanah berwarna hitam pekat di atas meja berlaci tiga. Satu kelopak mawar telah jatuh.

Semua orang terdiam. Hanya terdengar suara isak tangis Seok Jin yang mengambil kembali mawar penentu hidup Nam Joon. Lelaki itu tak habis pikir jika hidup Nam Joon bergantung pada kelopak-kelopak mawar. Bagaimana caranya sekuntum mawar itu tidak menjatuhkan kelopaknya satu pun? Apa bisa dengan menyiramnya setiap hari?

“Apa salah kita terhadap Malaficient? Mengapa kalian terlibat dengan semua ini?”

Bang Shin Hyuk memandang Snow White, Ratu Elsa, Olaf, dan Genie. Belum lagi mengingat Ariel. Kelima makhluk itulah penyebabnya? Ah, apa gunanya menyalahkan mereka jika belum menemukan solusinya?

“Bagaimana caranya menemui Malaficient?” tanya Bang Shin Hyuk.

“Beauty and the Beast.”

Semua orang menatap Elsa yang tiba-tiba bicara.

“Nam Joon terkena kutukan Beast. Dan kutukan itu bisa hilang jika ada seorang gadis yang tulus mencintainya.”

Elsa sontak berdiri,”Tuan, carilah si Beauty. Bella. Si gadis berambut coklat. Gadis itulah yang akan mencabut kutukan Nam Joon.”

Bang Shin Hyuk hanya bengong menatap Elsa. Elsa seketika mengeraskan raut wajahnya,”Tuan, ini perintah Ratu!”

Pertanyaan muncul. Dimana mencari Bella? Gadis berambut coklat di Korea tidak cuma satu. Namun berjumlah ribuan. Nam Joon pun harus bersabar selama seminggu. Tujuh kelopak mawar telah jatuh. Seok Jin tidak lagi membujuk Nam Joon untuk membuka pintu dan menemuinya. Tetapi Seok Jin hanya meminta Nam Joon untuk makan. Maka, Seok Jin meminta tolong pada Genie yang bersedia mengantarkan makanan untuk Nam Joon.

Ratu Elsa begitu bersemangat dalam hal ini. Elsa terus mendesak Bang Shin Hyuk untuk membuat sayembara. Namun Bang Shin Hyuk berpikir jika itu hal paling konyol yang dilakukan di era modern. Namun Elsa berpikir jika semua akan terdengar masuk akal jika menyangkut nyawa seseorang.

“Kau ingin Bangtan Sonyeondan tanpa Nam Joon? Walau lagu mereka tak menyangkut satupun di pendengaranku, aku tetap mendukung mereka sebagai musisi masa kini,” sindiran Elsa yang cukup membuat Bang Shin Hyuk memendam amarahnya.

“Umumkan ke seluruh negeri jika Rap Monster mencari gadis bernama Bella. Kau bisa variasikan untuk keperluan apa. Bella si rambut coklat akan muncul.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*

“Hyung, kau tak perlu melakukan itu.”

“Diamlah. Kau selalu menolak. Jadi sekarang kau diam.”

Tae Hyung mengusap lampu ajaib dan keluarlah Genie. Tanpa basa-basi, Tae Hyung segera mengucapkan permohonan agar Ariel kembali normal.

“Baiklah, Tuan Ali. Permohonanmu akan segera kukabulkan.”

Genie melakukan sihir pada Ariel yang kaget seketika melihat sosok Genie. Wajahnya ketakutan dan beberapa detik kemudian terdengarlah teriakan Ariel.

Jung Kook segera melompat memeluk Ariel. Memastikan jika gadisnya tak kesakitan adalah prioritas. Membiarkan Ariel menyembunyikan wajahnya di dada Jung Kook.

“Ah, sepertinya Ariel ketakutan melihatku,” sesal Genie dengan air mata yang sudah sekolam.

“Hey, Hey, tenang sayang. Gwencana. Genie sudah membuatmu bersuara lagi. Hey, hey! Ariel, tenanglah!” bujuk Jung Kook.

Kedua mata Ariel mengerjap. Buliran air matanya kembali menjelma menjadi mutiara. Diam-diam Tae Hyung menampungnya di tangan dan menyimpan di saku kemejanya.

“Pangeran Eric. Pangeran, aku bisa bicara lagi.”

Jung Kook tersenyum lebar. Tak lupa menciumi wajah Ariel. Mereka berperlukan erat dan seolah lupa dengan keberadaan Tae Hyung dan Genie yang menyaksikan kemesraan mereka.

Ariel pun bisa berdiri. Walau keadaannya masih lemah dan tak bisa berlari. Berjalan pun lama. Jung Kook harus setia menuntunnya. Kedekatan keduanya seperti perangko dan amplop surat. Membuat orang disekitar mereka risih, terutama Tae Hyung dan Jimin.

*_*_*_*_*_*_*_

“Ariel, apa kau melakukan perjanjian dengan Ursula?” Elsa memperlihatkan gambar Ursula yang termuat di sebuah halaman buku dongeng anak-anak.

Ariel terpaku menatap gambar-gambar di depannya. Ariel membuka halaman demi halaman. Terpampang jelas wajahnya dan wajah Pangeran serta wajah Ursula di sana.

“Benar. Seperti ini kisahnya. Apa ini buku ramalan, Yang Mulia Ratu?”

“Kisahmu dan kisah kita semua telah tertulis. Terkecuali kisahku yang dibuat pada abad ke dua puluh satu. Itu pun berbentuk film.”

“Tapi Ursula yang kutemui tidak gendut seperti ini. Dia wanita cantik berpakaian serba hitam. Auranya gelap sekali.”

Elsa pun mengambil buku bergambar berjudul Sleeping Beauty. Dibukanya halaman yang menunjukkan sosok Malaficient.

“Apa ini Ursula?”

Ariel seketika mengangguk pasti,”Ya, Ratu. Dialah Ursula. Aku menukar suaraku dengan sepasang kaki agar aku bisa menemui Pangeran Eric. Lalu aku …”

Kalimat Ariel terputus. Tiba-tiba tubuh lemahnya ambruk dan tak sadarkan diri.

“Tuan Hope! Hope! Tolong aku!”

Ho Seok datang setelah Tae Hyung dan Jimin berlari menemui mereka yang sedang berbincang di meja makan.

“Ariel pingsan.”

*_*_*_*_*_*_*_*_

“Ada wanita asing yang menarikku di jalan. Lalu dia mencium pipiku. Dia memanggilku Jung Kook Oppa.”

Jung Kook memang dikenal suka bepergian sendiri. Ia tak pernah terlihat bersama Manager. Seperti malam itu. Ia memilih keluar rumah untuk membeli beberapa keperluan Ariel sendirian. Saat di jalan, kerumunan ARMY menyapanya dengan ramah dan mencuri beberapa fotonya. Namun, ada satu ARMY yang tiba-tiba ‘melecehkannya’. Sebut saja begitu.

“Jadi maksudmu, hanya Ariel yang boleh menyentuhmu? Kau menyimpan Mutiara Lautan di dalam tubuhmu?” tanya Elsa.

“Dengarkan aku baik-baik, Tuan Jeon. Jika kau berkhianat, maka Ariel akan mengambil mutiara lautnya dan bunuh diri. Karena Ariel tak akan tega membunuhmu dan kita semua. Hukum lautan mewajibkannya untuk tidak menampakkan diri pada manusia. Mutiara Lautan adalah sebuah pisau yang digunakan Ariel selama ini untuk membunuh para pelaut yang menangkap basah keberadaan spesiesnya.”

“Kau harus menjaga hati Ariel sebaik-baiknya. Bagaimanapun dia adalah perempuan. Dan jangan pernah mengkhianati ketulusan hati kami. Camkan itu!” lanjut Elsa dengan tatapan tajam menusuk setiap pria yang berada di ruangan itu.

“Kau tidak mengkhianatiku kan, Pangeran?” tanya Snow White tiba-tiba. Snow White melingkarkan lengannya di lengan Yoon Gi. Yoon Gi hanya tersenyum tipis seraya menautkan jari-jari mereka.

“Aku mencintaimu, Pangeran,” Snow White mengatakannya dengan jelas. Rona wajah Yoon Gi memerah cantik.

Jimin berdehem-dehem. Deheman paling mengesalkan yang pernah didengar. Jimin cemburu atau iri?

“Yah, mampus kau Tae Hyung! Kau jangan mencoba mengkhianati Jasmine. Atau Sultan akan memerintahkan seluruh rakyatnya untuk merajammu,” sindir Jimin.

*_*_*_*_*_*_*_*_

Seok Jin menatap kelopak kesembilan yang jatuh. Bunga mawar itu tetap menjatuhkan kelopaknya meski Seok Jin sudah menyiramnya dengan air bervitamin sekalipun. Seok Jin berharap jika kelopak yang jatuh akan menumbuhkan seribu kelopak baru.

Warna mawar itu semerah darah. Duri-durinya runcing berkilau. Batangnya berwarna hijau tua gelap. Tanah coklat tua gelap di bawahnya yang paling misterius bagi Seok Jin. Mawar itu tumbuh dengan asupan tanah begitu seadanya untuk ukuran tanaman.

“Bella, dimana dirimu? Aku mohon cepatlah datang selamatkan Nam Joonku,” Seok Jin menyeka air matanya.

“Aku rindu kau mengomel, karena kusuruh bersih-bersih, Kim Nam Joon.”

“Bahkan aku ingin mendengar suara dengkuranmu lagi.”

“Biasanya kau membantuku mencuci piring sehabis makan. Walau kau membuat retak beberapa.”

“Bella, datanglah!”

*_*_*_*_*_*_*_*_

Malaficient tersenyum lebar menatap layar cermin ajaibnya. Wajahnya begitu bahagia melihat Seok Jin yang menangis di sana.

“Si Cantik menangis untuk si Buruk Rupa. Hahahaha. Aku akan segera memiliki kecantikan pemuda ini.”

Si Pria Tua berdiri di belakang Malaficient. Tak habis pikir jika hidupnya setelah menciptakan mesin sialan itu akan berdampak buruk untuk kehidupan orang lain.

“Malaficient, aku akan keluar untuk berbelanja. Ini tanggal sepuluh. Aku selalu keluar rumah setiap tanggal sepuluh.”

Malaficient menatap malas pada si Pria Tua.

“Carikan aku Katak Anak Panah,” perintah Malaficient.

Si Pria Tua yang hendak membuka pintu seketika terhenti.

“Untuk apa kau membutuhkan katak beracun itu?”

“Untuk mengambil kecantikan Kim Seok Jin. Jika bisa, aku akan melakukannya untuk lima kecantikan yang tersisa.”

Si Pria Tua tak menjawab lagi. Ia keluar rumah dan menuju supermarket.

Malaficient tersenyum dan mengganti portal penglihatan pada cermin ajaib. Ia mengambil sebuah apel semerah darah dan meletakkannya di atas foto Kim Tae Hyung.

“Sultan akan mati.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Jasmine melompat kepelukan Tae Hyung. Sang Putri menangis sesenggukkan yang membuat Tae Hyung tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Jasmine.

“Apa kau begitu merindukanku, Putri?” terdengar terlalu narsis, namun Jasmine tidak menanggapi.

“Ayahku. Ayahku akan membuka lamaran besar-besaran untuk seluruh pangeran dari semua penjuru negeri.”

“Lamaran? Lamaran untuk apa? Pekerjaan?” tanya Tae Hyung dengan polos.

“Lamaran pernikahanku.”

“Oh, begitu. Baguslah. Berarti kau akan menikah,” masih dengan wajah polos tanpa dosanya.

Jasmine terdiam. Kedua matanya menatap tak percaya pada Tae Hyung yang tidak mengerti akan perasaan Jasmine.

“Kau tidak mencintaiku selama ini, Aladdin?”

“Oh?” mulut Tae Hyung menganga sedikit. Jari-jari tangan kanannya menggaruk kepalanya.

Cinta? Ya, andai Tae Hyung benar-benar Aladdin, maka ia akan sangat mencintai Jasmine. Namun ia tetap Kim Tae Hyung. Lelaki yang baru dua kali bertemu dengan Jasmine. Seorang Putri yang sangat cantik. Bukan. Tapi sangat indah. Perempuan terindah yang pernah ia temui. Namun, jika berbicara cinta, Tae Hyung tak meyakininya. Ia hanya terlalu baik untuk menolak perempuan.

“Bu-bukan begitu maksudnya. Aku mencintaimu. Hanya saja aku …”

“Kau mempermainkanku selama ini?”

Jasmine menolak kehadiran Tae Hyung setelah itu. Tae Hyung tak pandai untuk meminta maaf atas kesalahannya. Tae Hyung menyesalinya. Ia hanya tak pandai berbohong tentang perasaannya.

Jasmine tak mau menemuinya lagi.

“Aku tak tahu harus melakukan apa lagi, Genie?”

Makhluk biru yang melayang di depannya ikut murung melihat majikannya yang bersedih.

“Dia dilamar banyak pangeran. Semua pangeran itu benar-benar kaya. Mereka membawa emas, perak, berlian, dan sebagainya. Ada juga yang membawa berbagai hasil sumber daya alam negerinya. Kurasa Putri Jasmine akan melupakanku sebagai Aladdinnya.”

“Tapi Putri Jasmine memang jodoh dengan Aladdin, Tuanku. Dia tak berjodoh dengan Pangeran lain.”

Genie berputar mengelilingi Tae Hyung yang mengenakan kaos putih kedodoran dan celana pendek berwarna hitam.

“Kau bahkan lebih tampan dari para pangeran itu, Tuanku. Apa kau sungguh tak ingin ikut dalam Kontes Lamaran Untuk Putri Jasmine?”

Tae Hyung tertawa,”Kau lucu sekali. Aku bukan seorang Pangeran.”

“Benarkah?” Genie menyenggol bahu Tae Hyung. Kedua matanya menyipit seketika.

Tae Hyung terdiam sejenak. Memikirkan ucapannya. Sontak ia tersenyum lebar.

“Genie, apa aku bisa menjadi Pangeran? Seorang Pangeran yang memiliki Kerajaan?”

“Tentu saja,” sambut Genie dengan penuh suka cita.

“Itulah yang aku harapkan sejak awal, Tuanku,” lanjut Genie.

Magic, itulah yang terjadi untuk Kim Tae Hyung saat ini. Tae Hyung yang memiliki wewenang untuk melamar Putri Jasmine, segera disambut hangat oleh Sang Sultan.

Tae Hyung disambut seluruh rakyat dengan penuh suka cita. Sepanjang iring-iringannya berjalan menuju istana Putri Jasmine, seluruh rakyat menunduk memberikan hormat pada Tae Hyung yang dipanggil Pangeran Ali dari Arab.

Ribuan emas, ribuan perak, permata, berlian begitu nampak berkilau untuk persembahan yang ditujukan pada Putri Jasmine. Para penari meliuk-liukkan tubuhnya dengan lincah sepanjang jalan diiringi musik yang meriah.

Para wanita menatap histeris pada Pangeran yang ditandu oleh para pengawal menuju Istana Putri Jasmine. Para wanita memuja ketampanan dan garis kesempurnaan yang terukir di wajahnya. Pangeran Ali adalah wujud keindahan nyata dari Sang Pencipta!

Sesampainya di dalam istana, Sultan menyambut rombongan Pangeran Ali dengan tangan terbuka. Di sana juga berdiri sosok Malaficient yang menatap lurus ke arah Tae Hyung.

Sang Sultan begitu gembira saat Putri Jasmine mengangguk. Menerima pinangan Tae Hyung.

Pernikahan yang tidak pernah dipikirkan oleh Kim Tae Hyung. Ia dan Jasmine telah sah sebagai suami istri.

*_*_*_*_*_*_*_*_

Kabar pernikahan itu mengejutkan member Bangtan Sonyeondan yang lain. Begitu pula Nam Joon yang masih bisa mendengar percakapan dari dalam kamarnya yang sudah tidak dibukanya semenjak kutukan itu menghampirinya.

“Selamat ya. Kau harus mengajak Jasmine ke sini sesekali. Kami belum berkenalan dengan istrimu.”

“Nde, Yoon Gi Hyung.”

“ARMY akan sedih dan patah hati jika mengetahuinya,” celetuk Jimin tiba-tiba.

“Tenang saja. Kami akan merahasiakan ini. Hehe. Ah, aku juga ingin menikah dengan Ariel,” harap Jung Kook.

“Aku akan menjadi Raja Lautan. Dan akan memiliki anak-anak menggemaskan dengan Ariel,” lanjut Jung Kook lagi.

Semua Hyungnya terdiam. Kalau sudah menyangkut Ariel, Jung Kook akan terus bicara banyak. Apalagi semenjak Ariel mendapatkan suaranya kembali. Keduanya kembali mesra tanpa kenal tempat. Jung Kook tak peduli saat hyung-hyungnya harus risih melihat keintiman Jung Kook dengan Ariel. Ditambah kondisi kaki Ariel yang masih tak kuat berdiri dan berjalan terlalu lama. Jung Kook tak segan-segan menggendongnya sambil menciuminya.

Ada lagi keanehan yang terjadi pada Ariel. Saat Ariel menyentuh air, kedua kakinya menjadi bersisik. Kemampuan Ariel untuk bernapas di dalam air pun tidak direnggut Malaficient.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Kesabaran Kim Nam Joon ada batasnya. Bagaimanapun kutukan mengerikan itu membuatnya melampaui batas frustasinya. Mengamuk. Itulah yang dilakukan oleh Kim Nam Joon. Melempar apapun yang berada di dekatnya. Membuat dinding dorm bolong menembus hingga ke dorm sebelah. Kekuatan untuk menghancurkan Nam Joon berada di atas kewajaran.

Nam Joon merusak atap, dinding, dan lantai. Semua berlubang. Elsa sampai turun tangan untuk melawan kekuatan superior yang mendadak dimiliki Kim Nam Joon. Elsa sempat membekukan Kim Nam Joon. Tetapi bahkan, kekuatan es pun tak mampu melumpuhkan amarah Nam Joon.

Seok Jin berteriak. Terus berteriak jika amarah leader BTS tersebut membuat kelopak mawar yang jatuh semakin banyak. Seok Jin didorong Nam Joon hingga terpental ke kamar. Kesakitan memegangi bahunya yang cedera dan meninggalkan bekas cakaran persis cakaran singa.

Elsa terus menembakkan es kepada Nam Joon. Keadaan dorm malam itu semakin hancur. Nam Joon membenturkan tubuh Elsa ke pintu. Ho Seok berteriak dan spontan mendorong Nam Joon yang tentu tak bisa goyah begitu saja. Nam Joon menatap tajam wajah Ho Seok yang memohon padanya untuk menghentikan amarah. Kedua mata Nam Joon merah. Geraman napasnya memburu di depan wajah Ho Seok. Nam Joon tak mampu mengendalikan diri, diangkatnya tubuh Ho Seok bersiap melemparkannya.

Seketika Elsa mengeluarkan hantaman esnya lagi bermaksud untuk menembak Nam Joon. Namun Nam Joon menghindar dan membuat hantaman es mengenai Ho Seok. Ho Seok terpental ke dinding. Ho Seok mengerjap. Penglihatannya memutih. Elsa sontak berlari memastikan Ho Seok baik-baik saja.

Nam Joon bersiap menyerang Jung Kook yang gemetar.

BUG! BUG!

Suara pukulan keras mengenai Jung Kook. Tetapi Nam Joon terdiam seketika saat menyadari keadaan Jung Kook masih baik-baik saja. Jung Kook sendiri pun heran dengan dirinya sendiri.

“Tak ada yang bisa melawan kekuatan Mutiara Lautan, Beast. Jangan sentuh Pangeran Eric. Atau mutiaraku yang akan menyayatmu?”

Ancaman Ariel membuat Seok Jin semakin menjerit. Seok Jin memohon agar Ariel tidak benar-benar membunuh Nam Joon.

Ariel maju mendekati Nam Joon yang masih berapi-api. Moncong bertaring yang menakutkan itu tak gentar bagi Ariel yang pernah melawan monster laut.

Ariel menganga, dalam hitungan detik taring panjang muncul pada kedua sisi deretan gigi Ariel.

SING~~~~

Tancapan taring itu tepat mengenai leher Nam Joon. Nam Joon melemas lalu ambruk. Seok Jin berteriak dan tergopoh-gopoh merayap ke sisi Nam Joon. memastikan jika sahabatnya tidak mati.

“Ariel, kenapa kau membunuh Nam Joon Hyung?” Jung Kook pun ikut memeluk tubuh dingin Nam Joon.

Semua member keluar dari persembunyian dan ikut mengelilingi Nam Joon yang kedua matanya terpejam. Terkecuali Ho Seok seketika tak bisa bergerak. Menikmati euphoria kesakitan dihantam es oleh Elsa.

“Aku tidak membunuhnya. Dia hanya mati selama satu jam.”

Bang Shin Hyuk segera bertindak. Walau member lain kurang setuju terutama Seok Jin yang menentang keras, namun semua orang mengerti betul akibat yang bisa ditimbulkan Nam Joon jika kutukannya tak segera dipulihkan.

Nam Joon diungsikan ke dalam hutan.

Bang Shin Hyuk harus rela bermain kotor dengan lembaga pengurus hutan. Dengan modal uang hasil penjualan mutiara-mutiara Ariel, Bang Shin Hyuk menyogok pemimpinnya.

Label hutan terlarang pun dipasang di akses pintu masuk hutan. Nam Joon mengawali hari-hari sepinya di sebuah hutan yang gelap dan jauh dari kota. Genie pun tanpa diminta membuat sebuah sihir di sekeliling hutan agar tidak ada yang bisa melihat istana Nam Joon yang juga dibuat Genie dalam satu malam.

Lolongan Nam Joon terdengar ke seluruh negeri. Mengerikan dan menyedihkan.

“Kalian boleh mengunjunginya sebulan sekali saja. Dan jangan ada yang masuk ke sana. Letakkan apa yang kalian ingin berikan ke Nam Joon di luar pintu kediamannya.”

“Kau kejam, PD-nim.”

“Maafkan aku, Kim Seok Jin.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

“Ho Seok, bolehkah aku memeriksa seluruh tubuhmu?” pinta Elsa.

“Aku tidak apa-apa. Walau masih nyeri. Tapi itu tidak apa-apa.”

“Tidak, Ho Seok. Kau tidak lupa kan jika aku pernah menyakiti Anna, adikku.”

“Tenang saja. Aku tidak akan membeku seperti Anna.”

“Tapi, rambutmu bisa saja memutih seperti es.”

Ho Seok tersenyum tipis,”Tak perlu khawatir. Rambutku memang dicat abu-abu. Terlihat seperti putih, tapi ini tidak ada pengaruhnya dengan hantaman esmu. Kau kan tidak sengaja.”

“Benarkah? Jika ada yang sakit, beri tahu aku. Please.”

“Tentu saja.”

Elsa keluar dari kamar Ho Seok. Ho Seok memegangi dadanya. Nyeri. Nyeri sekali. Sakit. Ho Seok menggigit bibirnya menahan sakitnya.

“Aku baik-baik saja, Ratu.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Malaficient berjalan angkuh menyibak setiap tanaman rambat yang menghalangi langkahnya. Tongkat bercabang tiganya mengikuti setiap derap kakinya. Perjalanannya lumayan jauh memasuki kawasan hutan yang di depannya terdapat tulisan milik negara. Namun, pemerintah mana yang bisa melawan kekuatan Malaficient? Baginya hutan lebat nan gelap itu adalah tempatnya. Malaficient melewati sungai jernih yang tersembunyi di dalam hutan itu. Malaficient mengetahui jika ada sihir yang kuat mengelilingi setiap bagian hutan.

“Genie membuat istananya begitu megah. Tak matching dengan si buruk rupa yang suka menghancurkan.”

Di depan Malaficient, berdiri istana megah yang menjulang tinggi ke angkasa. Dengan mudah, Malaficient memasukinya dan ia segera disambut dengan perabotan yang semuanya bisa bicara.

Lampu, kursi, kemoceng, lilin, teko, cangkir, gelas, meja, sapu, kompor gas, ember, gayung, nampan, dan lain-lain. Semuanya berbicara dan bergerak layaknya manusia.

Semua perabotan ketakutan menatap sosok gelap Malaficient. Mereka berlarian untuk bersembunyi. Suasana menjadi sepi. Beberapa detik kemudian, terdengar suara jejak kaki. Menakutkan.

“Apa kabar, Pangeran?”

Si Buruk Rupa berdiri berhadapan dengan Malaficient.

“Bagaimana hari-harimu tanpa ketampanan? Bahkan teman-temanmu membuangmu ke tempat gelap dan menakutkan.”

Nam Joon mendengus lalu berjalan melewati Malaficient yang berdiri tepat di titik tengah ruang depan istana Beast.

“Jika sampai kelopak mawar terakhir jatuh sebelum cinta sejati menemukanmu di hutan menyeramkan ini, maka kutukanmu akan menjadi takdir kematian untukmu.”

Nam Joon tak bergeming. Kaki besarnya tetap melangkah keluar istana mengabaikan kehadiran Malaficient. Walau Nam Joon terkurung di sebuah istana megah di tengah hutan belantara, Nam Joon tetap bertindak layaknya manusia di luar hutan. Ia cepat beradaptasi dengan lokasi baru yang memaksanya untuk lebih dekat dengan alam. Terpaksa Nam Joon menganggapnya sesepele itu untuk menghibur hatinya yang ketakutan. Karena Nam Joon tidaklah bodoh. Cinta sejati tidak pernah ada dalam hidupnya. Nam Joon meyakini itu.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Kisah ini mengantarkan kita semua pada sesuatu yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dimana sehari sebelumnya, kita semua masih hidup ‘normal’ dan sehari setelahnya, sesuatu yang kita sebut keanehan itu datang bergantian.

Dan disinilah pembuat sumber keanehan itu. Si Pria Tua yang duduk dengan sikap kikuk di depan Bang Shin Hyuk. Kulit keriputnya menyentuh cangkir. Kedua tangannya gemetar bukan karena gugup, namun karena demikian sikap alamiah kemanulaan dalam dirinya.

Bang Shin Hyuk masih mencoba menyerap rentetan kalimat yang baru diucapkan panjang lebar oleh Si Pria Tua. Dan disinilah Si Pria Tua tidak disebut Si Pria Tua lagi. Dia memiliki nama.

“Jadi maksud Anda, Tuan Sylvester Lee, Anda membuat sebuah mesin waktu. Namun Anda tak mengerti mengapa mesin itu malah memanggil seluruh tokoh dongeng? Dan kau melihat Cinderella untuk pertama kalinya?”

“Benar sekali, Sir.”

“Alangkah baiknya jika kau sudah memikirkan sebuah jalan keluar dari semua ini,” harap Bang Shin Hyuk.

“Aku menyusun mesinnya kembali diam-diam. Tanpa sepengetahuan Malaficient. Namun semua elemennya harus lengkap. Dan sebagian besar telah muncul diantara artis-artis Anda, Sir.”

“Berarti masih ada yang belum muncul?”

“Tentu saja. Bella, Aurora, dan Cinderella belum ditemukan.”

“Apa benar cuma mereka bertiga? Apakah Nutracker, Rapunzel, Odette, Si Kerudung Merah, Pinokio, Simba Si Pelaut, Alice In Wonderland, Peter Pan, Hansel and Grettel dan yang lainnya tidak muncul?”

Sylvester menurunkan pandangannya.

“Bisa jadi mereka juga ada. Kita tak pernah tahu, Sir.”

“Bagaimana caranya mengumpulkan semua elemennya?” tanya Bang Shin Hyuk lagi.

Sylvester mengeluarkan sesuatu dari tas tenteng lusuhnya. Sebuah benda terbungkus kain yang ketika dibuka, kedua mata Bang Shin Hyuk seketika terbuka lebar.

“Sepatu kaca?”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Seok Jin begitu bersemangat memasukkan barang bawaannya pada tas ransel bergambar kartun Mario. Berbeda dengan Jimin yang terlihat malas-malasan terbukti dari kedua mata sipitnya yang belum terbuka. Walau penampilan Jimin sudah rapi, tetap saja mukanya terlihat masih mengantuk akibat dipaksa Yoon Gi menemaninya membuat lagu di studio semalaman.

“Buka matamu! Ayo, berangkat! Jangan sampai kau terjatuh di hutan gara-gara berjalan dengan mata tertutup.”

Malas. Itulah yang Jimin rasakan saat itu.

“Hyung, kau bisa pergi sendiri kan? Aku bukannya tidak mau pergi. Jangan juga berprasangka buruk jika aku tak ingin bertemu dengan Nam Joon Hyung. Tapi kau lihat sendirikan kondisiku saat ini,” ucap Jimin dengan kedua mata tertutup.

“Kau mau tinggal, baiklah. Kalau kau mau jadi obat nyamuk.”

Mwo? Jimin membuka kedua matanya sedikit. Dengan malas, Jimin mengekor di belakang Seok Jin sampai ke pintu depan. Jimin seketika membuka matanya lebih lebar saat melihat Jung Kook dan Ariel yang menonton televisi berdua. Ariel dipangku Jung Kook duduk di pahanya. Jimin semakin tak terima dengan gaya pacaran ala maknaenya. Mengapa jadi begitu panas?

Pandangan Jimin beralih ke balkon. Ia bisa melihat Elsa yang menemani Ho Seok mengobrol. Semenjak peristiwa hantaman es yang mengenai Ho Seok, Elsa menjadi super perhatian terhadapnya. Jimin menganggap itu terlalu berlebihan. Toh, Ho Seok tidak akan membeku seperti Princess Anna di film kan? Rambut Ho Seok juga memang berwarna abu-abu. Jadi itu bukan gara-gara es.

“Aku bisa menemani Yoon Gi Hyung lagi, Hyung. Kau hati-hati, ya.”

Seok Jin menghela napas,”Yoon Gi tidak membutuhkanmu lagi. Snow White sudah menemaninya di studio setelah Yoon Gi menyeretmu ke kamar mandi, karena kau tertidur memproduksi iler.”

Jimin sontak menyentuh kedua sudut bibirnya. Dia ngiler?

“Tunggu aku, Hyung.”

Jimin menuju studio Yoon Gi. Jimin membuka pintunya, namun ia tutup dengan cepat dan kembali menemui Seok Jin yang setia menanti Jimin untuk menemaninya pergi ke hutan.

“Hyung! Yoon Gi Hyung dan Snow White berciuman,” Jimin menganga dan kedua matanya berkedip berkali-kali.

“Makanya. Kau hanya jadi obat nyamuk atau nyamuknya jika tetap tinggal.”

“Ah, aku bisa bersama Tae Hyung!” Jimin terlalu keras menolak agar tidak ikut ke hutan. Jujur ia sangat mengantuk.

“Tae Hyung menemui Jasmine.”

Damn!

“Kecuali jika kau mau menemani Olaf.”

Jimin dan Seok Jin menatap Olaf yang bermain kereta-keretaan milik Jung Kook yang dulunya suka dimainkan Jung Kook. Namun sejak Ariel hadir, mainan itu terabaikan begitu saja oleh Jung Kook.

“Aku ikut, Hyung,” putus Jimin dengan mantap.

Seok Jin dan Jimin pergi ke hutan terlarang menemui Nam Joon. Ini adalah pertama kalinya mereka berkunjung sejak Nam Joon diasingkan.

“Hyung, banyak sekali tanaman rambat.”

“Iya, mana gelap lagi.”

“Banyak nyamuk juga, Hyung.”

“Untung aku membawa lotion anti nyamuk. Ini pakai,” Seok Jin memberikan lotion anti nyamuk untuk Jimin.

“Apa tidak apa-apa Hyung kita memakai lotion ini? Bukankah tadi sebelum berangkat kita terus-terusan memakai sunscreen?”

“Tidak apa.”

Senyap beberapa saat.

“Hyung, kok semakin seram ya?”

“Kau bisa diam tidak? Aku juga takut dari tadi. Tapi diam saja.”

“Barusan kau sudah bilang kalau takut. Hyung, aku juga takut.”

Mereka dikelilingi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Serangga-serangga aneh pun mulai menunjukkan sosoknya di sekitar mereka. Seok Jin dan Jimin sampai berpegangan tangan dengan erat.

“Masih jauh ya, Hyung? Kok istana Nam Joon Hyung belum terlihat?”

“Iya, aneh. Kita sudah satu jam berjalan, tapi masih belum ketemu.”

“Aku capek.”

“Kita istirahat dulu.”

Mereka duduk di atas batang kayu yang sudah patah dan tergeletak begitu saja di tanah. Mereka membuka bekal untuk mengisi tenaga.

“Satu bekalnya untuk siapa, Hyung?” Jimin menanyakan kotak bekal yang tidak dibuka oleh Seok Jin.

“Tentu saja untuk Nam Joon.”

Mereka pun makan. Sesekali mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling. Keduanya sama-sama khawatir akan kemungkinan tersesat.

“Kau ingat jalan kembali kan, Hyung?”

“Iya, aku ingat.”

Jimin ketakutan. Seok Jin sadar akan hal itu. Dia pun demikian. Namun, Ia adalah yang tertua. Sudah seharusnya ia terlihat lebih berani dari Jimin. Mereka makan bekal dengan tenang. Lebih tepatnya dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa saja menyambut mereka di depan sana.

Usai makan, mereka membereskan kotak bekal dan kembali siap melanjutkan perjalanan. Namun ketika mereka berdiri, Jimin bersorak menunjuk sesuatu yang ia lihat.

“Hyung, ada cerobong asap! Lihat itu!” 

“Cerobong asap? Apa dari istana Nam Joon? Bukan. Itu bukan istana.”

Lebih tepatnya sebuah pondok kecil.

Mereka berlari untuk memastikan pondok apakah itu. Mereka tahu betul jika hutan itu tidak sembarang orang bisa masuk. Mereka berdua saja harus membawa surat izin yang ditunjukkan pada petugas jaga. Dan pondok siapa yang mengeluarkan asap pada cerobongnya itu?

Pondok itu sederhana dan dikelilingi taman bunga mini yang indah. Jimin dan Seok Jin masuk tanpa izin ke halamannya. Menengok pada jendela kecil dan bisa mengamati isinya.

“Ada orang yang tinggal di sini. Ada perapian yang baru saja dimatikan,” celetuk Seok Jin.

Mereka mengamati beberapa menit sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pondok tersebut. Dengan catatan mereka sudah menghapal rutenya dan mengambil beberapa foto.

Sepeninggal mereka, seorang peri keluar dari persembunyian. Kedua mata kecilnya memandangi kepergian Seok Jin dan Jimin dengan penuh kegembiraan.

“Salah satu dari mereka akan menyelamatkan Aurora dari kutukan kematian Malaficient,” binar mata sang peri kecil begitu yakin.

“Tinker Bell! Tinker Bell! Aku menangkap banyak ikan untuk makan malam.”

Peri kecil yang dipanggil Tinker Bell menoleh dan terbang mendekati seorang gadis cantik dengan rambut pirangnya.

“Aku sudah menyiapkan bumbu ikannya, Princess Aurora,” senyum Tinker Bell merekah.

To Be Continued

Bangtan Sonyeondan and Seven WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang