Mutiara Lautan ~ Under the Sea

275 27 1
                                    

“Jung Kook, bangun! Jung Kook!”

Bibir Jung Kook membiru dan wajahnya pucat layaknya mayat. Semua Hyungnya menangisinya.

“Kenapa dia terjun ke laut?”

“Apa dia terlalu pusing sehingga tak sadarkan diri lalu jatuh ke laut?”

“Harusnya aku menemaninya ke toilet, hiks!” Seok Jin sesenggukkan. Ia terus menyalahkan dirinya.

Snow White dan Olaf menangis paling kencang. Bang Shin Hyuk dan manager Sejin menanti Manager yang lain yang memanggil dokter. Tak mungkin untuk menggotong Jung Kook ke Rumah Sakit jika tak ingin membuat heboh media lagi. Efeknya akan sangat berlebihan jika sehabis Yoon Gi keracunan langsung disusul Jung Kook yang terjun ke laut. Bisa-bisa tuduhan bunuh diri akan disematkan pada Jung Kook.

Keberuntungan tetap berpihak pada BTS yang menemukan Jung Kook pingsan di kapal bukanlah orang lain, melainkan Jimin yang memang sengaja mencarinya. Dengan usaha keras, mereka membawa Jung Kook keluar kapal tanpa ada orang yang curiga.

Berkat kejadian ini pula, rahasia manager dan member BTS terbongkar dimana mereka menyembunyikan dua perempuan. Olaf sengaja dibujuk Ho Seok untuk bersembunyi ketika dua princess yang lain telah tepergok.

“Apa ini semua berkaitan?” Bang Shin Hyuk berpikir keras. Dimulai dari nenek yang meracuni Yoon Gi dan kehadiran dua princess itu.

Bang Shin Hyuk menatap Nam Joon. Keduanya seakan melakukan transfer dialog dengan bantuan magic brain (?). Nam Joon mengangguk pada Bang Shin Hyuk.

“Jika benar. Maka Jung Kook yang pingsan sekarang juga ada kaitannya.”

Bang Shin Hyuk menoleh sejenak pada Snow White dan Ratu Elsa.

“Pindahkan mereka ke tempat lain mulai besok.”

*_*_*_*_*_*_

Rumah baru untuk Snow White dan Ratu Elsa berada tepat di samping dorm Bangtan Sonyeondan. Sengaja Bang Shin Hyuk melakukannya untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Lagipula Bang Shin Hyuk dan Kepolisian masih mencari nenek yang meracuni Yoon Gi. Ketika menyadari jika kehadiran tokoh dongeng ada kaitannya dengan peristiwa itu, Bang Shin Hyuk tak ingin melepaskan siapapun yang bisa saja menjadi kunci semuanya.

Kondisi Jung Kook masih lemah. Air laut di lambungnya telah dikuras habis. Namun setelah kesadarannya kembali, Jung Kook seperti orang lain. Karena kesadaran hanya pada fisik, jiwanya belum sadar.

“Hyung, antar aku ke laut.”

Mungkin sudah ratusan kali Jung Kook mengatakannya. Ia hanya mengatakan ingin ke laut semenjak dirinya sadar. Ketika Seok Jin lengah dengan mengantar piring kosong ke dapur untuk dicuci, Jung Kook nyaris melarikan diri. Tae Hyung dan Jimin kesusahan mengejarnya.

Sekarang kondisi sang maknae memprihatinkan. Kedua tangan dan kakinya dirantai. Terpaksa. Wajahnya memeles ingin diantarkan ke laut.

“Apa yang kau lihat di sana, Jung Kook?” Tanya Jimin pada tangisan Jung Kook yang belum berhenti.

“Hyung, aku ingin ke laut. Ku mohon. Antarkan aku ke sana, Hyung. Aku tak tahan lagi.”

Jung Kook mengerang di ranjang. Jimin terpaksa mengunci kamarnya. Hal itu berlangsung selama seminggu.

“Ini tak bisa dibiarkan. Kita akan melakukan comeback dan tak mungkin jika melihat kondisi Jung Kook sekarang, PD-nim.”

“Apa dia masih mengoceh ingin ke laut?”

“Nde. Bahkan dia terkadang tertawa dan tersenyum sendiri. Lalu menangis. Dia bermonolog. Entahlah. Aku tak ingin mengambil kesimpulan negatif padanya,” Nam Joon menjelaskan.

“Akan sangat beresiko membawa Jung Kook ke rumah sakit jiwa.”

“APA? PD-NIM. Tidak! Jung Kook tidak gila!” Jimin mencoba membantah walau tatapan prihatin segera ditujukan padanya. Semua juga tak ingin beranggap demikian.

“Bagaimana jika kita bawa saja dia ke laut? Kita juga harus tau apa yang dia lihat di sana,” usul Jimin.

“Tidak perlu. Aku akan membawanya diam-diam ke psikiater saja. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Jadi bersiaplah akan kemungkinan terburuk.”

“PD-nim,” ucap Jimin lirih menatap kecewa pada Bang Shin Hyuk.

Usai kepulangan Bang Shin Hyuk, seseorang melompat dari luar jendela.

“OLAF! Kau mengagetkanku,” Omel Seok Jin yang dibalas cengiran khas Olaf.

Manusia salju itu berjalan menuju ke kamar Jung Kook. Namun ia kesusahan membuka pintunya.

“Hey! Siapa yang mengunci kamar Sneezy (Jung Kook)?”

“Memang sengaja dikunci. Kapan kamarnya terbuka?” Ho Seok menyahut.

Olaf merengut,”Kalian ini kenapa sih? Jendelanya juga tidak dibuka. Alangkah baiknya Sneezy menghirup udara. Kamarnya pasti apek.”

“Kau kan tahu jika dia ingin ke laut terus.”

“Tapi kan dia sudah dirantai. Mengapa pakai dikunci segala kamarnya? Lagipula dia punya alasan yang tepat untuk pergi ke sana. Sneezy sedang jatuh cinta dengan seorang putri lautan. Berambut merah, berekor emas, dan bersuara merdu. Cinta memang membuat orang bisa menjadi gila.”

“Tunggu! Apa maksudmu dengan seorang putri lautan?”

*_*_*_*_*_*_*_*_

Tepat pukul dua dini hari, keenam Hyung Jung Kook membawa Jung Kook diam-diam ke laut. Ke laut dimana kapal pesiar grup Royen pernah berlayar.

Ketika Seok Jin baru menghentikan mobilnya, Jung Kook sudah melompat keluar mobil dan berlari menuju laut tanpa alas kaki. Membuat semua Hyungnya panik.

Lelaki itu berlari kencang hingga tak sadar air laut sudah sebatas dadanya. Tae Hyung dan Jimin mengikutinya dengan berenang.

“INI AKU! INI AKU! KAU DIMANA?”

Air laut masih tenang. Jimin dan Tae Hyung berhasil meraih dan menyeret Jung Kook agar kembali ke tepi. Namun Jung Kook terus memberontak. Wajahnya menjadi putus asa lalu menangis. Tak pernah Jung Kook dalam keadaan sedemikian kacau.

Tiba-tiba, Jung Kook bersiul. Siulan yang sama yang pernah disahut oleh Makhluk Setengah Ikan. Tak ada reaksi pada awalnya, namun beberapa menit setelahnya, riak air mengalami keanehan. Ada ombak kecil menggulung di kejauhan sana dan semakin mendekat. Ada bentukan arus yang semakin mendekat pada three maknae.

Seok Jin, Ho Seok, Yoon Gi, dan Nam Joon menyusul. Nam Joon menyuruh mereka untuk segera ke tepi. Namun, apa yang mereka lihat setelahnya membuat kaki-kaki mereka seolah tertempel abadi.

Makhluk Setengah Ikan itu muncul di depan mereka. Tersenyum manis dan menyahut siulan Jung Kook.

“Prince, kau datang lagi?”

Jung Kook tersenyum lebar, melepaskan pegangan Jimin dan Tae Hyung yang melonggar.

“Hay, aku merindukanmu.”

Jung Kook memeluk makhluk dongeng itu. Bahkan tak malu menciumi wajah cantik makhluk itu di hadapan Hyung-Hyungnya. Mereka juga berciuman kembali.

Keenam pasang mata yang menyaksikannya seakan tak percaya.

*_*_*_*_*_*_*_

“Kau membuatku melanggar sumpah lautan, Prince.”

Jung Kook berbaring di atas batu besar. Ariel berada di atas tubuh Jung Kook sambil memainkan kancing baju Jung Kook dengan sedikit manja. Keenam Hyungnya memilih untuk menunggu di mobil, walau khawatir apakah Jung Kook benar-benar pulang atau diseret ke laut oleh Wanita Ikan itu.

“Sumpah apa, My Princess?” Jung Kook mengelus-ngelus rambut merah makhluk itu.

“Tidak ada manusia yang boleh melihatku. Aku sudah melanggarnya setelah ada anak kecil yang menyaksikanku berenang beberapa detik.”

“Dan parahnya aku tergoda oleh siulanmu, Pangeran,” makhluk itu menambahkan.

“Aku dan Hyung-hyungku bisa memegang rahasia, Princess. Kau tenang saja. Tak perlu khawatir.”

Makhluk itu berkedip menatap serius pada Jung Kook.

“Pangeran, aturan lautan nomor dua. Aku harus membunuh manusia yang melihatku.”

Keadaan menjadi mencekam. Jung Kook langsung bangkit, membuat makhluk itu kembali ke air.

“Namun setelah melihatmu, aku tak bisa membunuhmu. Kalau begitu aku akan membunuh keenam Hyungmu.”

“JANGAN!” Jung Kook berteriak.

“Loloskan mereka. Aku mohon. Mereka tak mengganggumu. Juga tak akan membocorkan tentang keberadaanmu.”

“Kau bisa berjanji satu hal padaku jika tak ingin aku membunuh siapapun, Prince.”

“Apa itu? Aku akan berjanji apapun itu,” Jung Kook bersungguh-sungguh.

“Baiklah. Kau tak boleh disentuh wanita lain yang tak punya hubungan darah denganmu, Prince. Karena ditubuhmu sekarang ada bagian penting tubuhku.”

“Maksudmu?”

“Malam ketika kita berciuman di laut, aku memberikan Mutiaraku. Mutiaraku ada di tubuhmu. Jadi jangan sampai kau disentuh oleh wanita lain.”

“Tapi, aku bekerja dimana banyak wanita melayaniku. Ada yang menjadi penata rambutku dan penata busanaku.”

“Setidaknya mereka tak menyentuhmu dengan rasa.”

Makhluk itu kembali memanjat batu dan ikut berbaring di samping Jung Kook yang duduk.

Jung Kook memandang makhluk itu dan memposisikan tubuhnya berada di atasnya. Mereka berciuman kembali. Dan saling mengatakan cinta.

“Jangan mengkhianatiku, Pangeran.”

“Tidak akan. Tidak akan, Sayangku.”

“Ngomong-ngomong, namaku Ariel.”

“Aku tahu.”

“Bagaimana kau tahu, Pangeran?”

“Karena aku seorang Jeon Jung Kook.”

Mereka melanjutkan ciuman lagi.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Jimin dan Tae Hyung sedang bad mood berhari-hari. Keduanya kerap menghabiskan waktu bersama untuk meminum soju atau bir. Mereka hanya tidak terima ketika Jung Kook mendadak menjadi agresif dan tidak polos lagi.

Keduanya mengomeli Jung Kook usai pulang dari laut malam itu. Gara-gara Jung Kook kebetulan membuka kemeja putihnya dan terdapat bekas kemerahan yang lumayan banyak di kulitnya. Jimin dan Tae Hyung mengiterogasi habis-habisan sampai-sampai Hyungline tidak punya kesempatan untuk memberikan nasehat.

Jung Kook bersikeras jika ia dan Ariel tak melakukan apa yang keduanya pikirkan. Semuanya masih terkendali.

Sikap Jung Kook di dorm menjadi berubah. Penuh semangat dan optimis. Jung Kook rajin bangun pagi berbarengan dengan Seok Jin. Ketika Seok Jin sibuk di dapur, maka Jung Kook akan mengepel atau menyapu. Jatuh cinta membuat maknae menjadi rajin puluhan kali lipat. Bahkan ia bersedia membereskan kamar hyung-hyungnya.

Tapi itu adalah hal yang mengecewakan untuk Tae Hyung dan Jimin.

“Dia membicarakan Ariel terus-menerus. Aku sampai hafal yang dikatakannya,” Jimin meneguk bir.

“Hyung! Hyung! Apa kau tahu jika Ariel juga suka warna merah? Kau melihat rambutnya kan, Hyung? Merah menyala yang indah. Ekornya juga emas berkilau yang sangat cantik,” Tae Hyung memperagakan cara Jung Kook bercerita.

“Jimin Hyung! Coba kau lihat hadiah dari Ariel ini! Kerang berwarna biru. Cantikkan? Ariel memberikan ini untukku,” Jimin juga ikut-ikutan meniru Jung Kook.

“Hahahahaha. Kalian ini bilang saja iri dengan Jung Kook,” Yoon Gi menggoda kedua adiknya yang tengah mabuk.

“Yoon Gi Hyung! Aku ingin menciummu,” Jimin berdiri dan mendekati Yoon Gi yang sedang duduk. Yoon Gi seketika mendorong tubuh Jimin sambil mengomel.

Tepat saat itu, Ratu Elsa dan Snow White datang. Olaf yang bersembunyi di belakang gaun Elsa segera berlari meneriakkan nama Jhope.

“Pangeran! Ada yang ingin dikatakan Ratu Elsa.”

“Apa itu?”

“Aku hanya ingin mengutarakan analisisku mengenai kemunculan kami.”

Semuanya segera berkumpul. Termasuk Olaf yang mengotori lantai dengan coklat. Membuat Jung Kook mengomel karena ia baru saja mengepelnya.

“Aku baru membaca cerita Snow White and Seven Dwarfs. Snow White melarikan diri ke hutan setelah ratu yang baru menyewa pembunuh untuk membunuhnya. Namun pembunuh tak tega dan membiarkan Snow White lari. Kemudian Snow White menemukan sebuah pondok milik tujuh kurcaci di hutan. Dia pun tinggal di sana. Cerita itu juga sesuai dengan cerita nyata yang pernah dialami oleh Snow White sendiri.”

“Seperti yang pernah dikatakan oleh Dopey (Tae Hyung), aku mulai percaya jika kami semua datang dari lorong yang lain. Dan seperti yang dikatakan Doc (Nam Joon), sepertinya takdir akan berlanjut seperti di buku. Snow White memakan apel dan keracunan lalu mati. Kemudian datang pangeran yang akan memberikan ciuman cinta sejati. Tamat.”

“Lalu dari cerita yang pernah kudengar dari Tuan Hope jika Pangeran (Yoon Gi) pernah keracunan apel yang diberikan oleh nenek misterius. Sepertinya nenek itu juga datang dari tempat yang sama seperti kami. Kemungkinan besar dia adalah Ratu yang baru alias Ibu Tiri Snow White yang menyamar.”

Semuanya mendengarkan dengan baik penjelasan Elsa.

“Lalu aku beralih ke buku yang lain. Ariel si Putri Duyung. Jika benar apa yang di buku ini terjadi, maka Ariel akan kehilangan suara merdunya demi menukarnya dengan sepasang kaki untuk menemui pangeran.”

Elsa melirik kepada Jung Kook,”Dan pertukaran itu dilakukan atas kesepakatannya dengan Ursula.”

“Ursula? Iblis lautan itu?”

Elsa mengangguk pada Nam Joon.

“Lalu jika ceritanya mengikuti versi asli, maka Putri Duyung akan bunuh diri dan menjadi buih lautan gara-gara patah hati melihat pangeran memilih bersama gadis yang lain.”

Jung Kook terhenyak. Ia memikirkan semua yang dikatakan Elsa.

“Dilihat dari reaksimu, sepertinya kau dan Ariel sudah menjalin cinta.”

Elsa kembali beralih pada buku-buku lainnya.

“Dan jika semua yang dibuku telah keluar, maka masih ada empat gadis yang belum ditemukan.”

“Masalahnya darimana mereka muncul? Darimana cahaya biru berasal?” Nam Joon memotong penjelasan Elsa.

*_*_*_*_*_*_*_

Nam Joon melamun di depan komputernya. Komputernya bahkan tak bereaksi dari tadi. Niat awal ingin merampungkan lagu, diurungkannya akibat ada hal yang lebih menyita pikirannya kali ini.

Kehadiran Seok Jin di studio pun tak disadari oleh Nam Joon. Seok Jin meletakkan segelas air dan beberapa stoples camilan di atas meja.

“Kau memikirkan apa? Jangan terlalu dipikirkan. Nanti kau sakit lagi. Aku yang repot. Aku harus membujukmu mati-matian untuk makan dan minum obat,” Seok Jin sedikit mengerucutkan bibirnya dengan imut.

“Hyung, mengapa Snow White dan Ratu Elsa muncul di dorm kita? Mengapa Nenek itu juga muncul saat fansigning? Mengapa Jung Kook juga terlibat urusan dengan Putri Duyung itu? Mengapa semuanya hanya terjadi di sekitar kita? Mengapa tidak ditempat lain dan orang lain? Ini terlalu kebetulan, Hyung. Bukan, tapi aneh.”

Seok Jin akhirnya menarik sebuah kursi untuk diletakkan di samping Nam Joon duduk.

“Benang merah semua ini masih kabur, Namjoonie. Bukan hanya itu yang aneh. Yoon Gi, Ho Seok, dan Jung Kook jadi berubah sifat. Yoon Gi yang dingin dan cuek mendadak jadi orang ceroboh. Ho Seok yang pecicilan dan selalu heboh malah sangat dewasa sekarang. Jung Kook jadi lelaki yang sangat rajin.”

Perubahan Yoon Gi serta merta akibat Snow White. Yoon Gi menjadi serba salah (yang membuatnya terlihat ceroboh) dalam melakukan sesuatu. Sang Putri suka menempel dengan alasan menjaga Pangerannya.

Ho Seok sering menemani Ratu Elsa mengobrol ditemani Olaf yang menjadi obat nyamuk. Sifat manly Ho Seok mendadak bangkit ke permukaan saat di hadapan Sang Ratu yang memang suka menanyakan sesuatu pada Ho Seok saja.

Lain lagi dengan Jung Kook. Lelaki itu jadi rajin mendadak. Sudah diceritakan diparagraf sebelumnya, kan? Sifat manjanya seolah menguap ke angkasa. Dulu jika lapar, maka ia akan merengek pada Seok Jin. Sekarang ia akan berjalan ke dapur sendiri dan memasak sendiri.

“Bagaimanapun tak seharusnya Jung Kook dan Makhluk Air itu memiliki hubungan. Entahlah aku berpikir jika kelanjutannya akan menyakitkan. Juga untuk Ho Seok dan Yoon Gi. Ku harap mereka tak sampai memadu kasih dengan tokoh dongeng di samping dorm kita ini.”

“Namjoonie, jangan sebut mereka begitu. Apalagi kau memanggil Ariel dengan sebutan Makhluk Air. Jung Kook marah sekali. Jimin dan Tae Hyung pernah kena semprot gara-gara itu.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Jadwal fanmeeting masih menjadi aktivitas Bangtan Sonyeondan. Kali ini mereka akan berangkat ke Dubai. Tempat yang jauh.

Seperti biasa, Seok Jin harus mengingatkan Snow White dan Ratu Elsa agar tak pergi kemanapun dan tak membukakan pintu pada siapapun yang datang berkunjung. Sedangkan Jung Kook terlihat menggerutu, karena niatnya untuk mengunjungi Ariel ditolak dengan alasan penerbangan bisa terlambat jika harus mampir ke laut dulu. Seok Jin harus membujuknya jika sehabis pulang dari Dubai saja mengunjungi Ariel dengan membawakan oleh-oleh dari sana.

Bandara selalu dijejali para kameramen fansite saat sang artis datang ataupun pergi ke luar negeri. Style Min Yoon Gi kala itu menyita banyak perhatian. Yoon Gi sampai menyembunyikan rona malunya dengan masker.

“Putri Salju mendandanimu dengan sempurna, Hyung,” Ho Seok menggoda Yoon Gi.

“Selera Ratu Elsa juga tidak buruk,” Yoon Gi balik menggoda Ho Seok dengan menyentuh celana selutut Ho Seok.

“Ah, Ratu bilang jika lelaki yang memakai celana begini akan terlihat seperti lelaki pekerja keras.”

Sementara itu tatapan tak suka dari Jimin dan Tae Hyung mengarah pada Jung Kook.

“Dia semakin sering memakai kemeja putih.”

“Nde, tentu saja. Dia terus mengoceh jika Ariel menyukainya saat mengenakan atasan berwarna putih,” Tae Hyung melirik malas pada Jung Kook yang berjalan tiga meter darinya.

“Bahkan Yoon Gi Hyung dan Ho Seok Hyung sudah memiliki stylist pribadi. Ckckck,” Jimin terdengar iri.

“Ho Seok Hyung dan Jung Kook tak mau lagi bermain bersamaku semenjak ada putri-putri aneh itu,” Tae Hyung benar-benar kesal.

“Benar. Bahkan Jung Kook semakin berani melawanku.”

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Tok Tok TOk
Tok Tok TOk
Tok Tok Tok

Ketukan pintu yang membuat dua orang dan satu manusia salju di dalam ketakutan.

“Si-siapa?” Snow White menyahut dari dalam.

“Permisi, Nona. Saya hanya ingin menawarkan sisir-sisir cantik untuk rambut indahmu, Nona.”

Snow White menoleh pada Elsa.

“Jangan. Jangan pernah membuka pintu kata Bashful (Seok Jin).”

Hari kedua saat Bangtan Sonyeondan di Dubai.

Tok Tok Tok
Tok Tok Tok
Tok Tok Tok

Ketukan itu terdengar lagi.

“Si-siapa?” Snow White bertanya lagi.

“Aku menawarkan minuman segar, Nona yang cantik. Minuman yang membuat kulitmu semakin berkilau.”

Snow White meraih knop pintu, namun tiba-tiba Elsa mencegahnya. Elsa menggeleng pada Snow White lalu mengatakan maaf dengan sopan pada si penjual minuman.

Hari ketiga pun masih sama.

Tok Tok TOk
Tok Tok TOk
Tok Tok Tok

“Si-siapa?” Kali ini Elsa yang menyahut. Tubuhnya merapat pada gorden yang tak pernah dibuka seraya mengintip siapa gerangan yang diluar.

“Aku penjual buah, Nona. Cicipilah apel merahku yang manis ini, Nona. Gratis.”

Elsa tercekat. Dia mirip sekali dengan wanita penjual apel di buku.

“Maaf, Nyonya. Aku tak suka apel. Aku tak suka buah-buahan. Anda bisa menawarkannya ke tempat lain.”

“Baiklah, Nona.”

Sosok itu pergi dari balik pintu.

“Siapa lagi?” Snow White penasaran.

“Sepertinya Ibu Tirimu telah mengetahui keberadaanmu.”

“Dia benar-benar ingin membunuhku dengan sebuah apel?”

Sementara itu si Penjual Buah berdiri menatap tajam dorm Bangtan Sonyeondan yang berada tepat di samping kediaman Snow White dan Ratu Elsa.

“Lautan akan lebih baik. Dubai akan menjadi penuh misteri,” Si Penjual Buah menyeringai.

*_*_*_*_*_*_*_*_

Di Dubai.

Aktivitas Fanmeeting telah selesai. Ketujuh member Bangtan Sonyeondan bersiap untuk pulang ke Korea esok pagi.

Mereka sedang berada di kamar hotel bersiap packing. Tepat saat itu, manager datang membawakan sesuatu.

“Nam Joon, ini minuman yang kau suruh aku simpan saat fanmeeting. Aku sampai lupa.”

“Oh, Hyung. Nde, aku juga hampir lupa. Penggemarku bilang minuman ini bagus untuk meringankan pikiran. Akhir-akhir ini aku sulit tidur nyenyak,” Nam Joon meletakkan minuman berstiker biru itu ke dalam ranselnya.

“Kupikir kau akan langsung meminumnya.”

“Tidak, Jinnie Hyung. Aku barusan meminum obat tidur. Kupikir efeknya tidak bagus jika aku langsung meminumnya. Dan Hey, Kim Tae Hyung! Apa yang kau pegang itu? Unik sekali. Lampu tua?”

Member lain seketika ikut memperhatikan Tae Hyung yang memegang sebuah lampu berwarna emas kusam.

“Hahaha. Itu seperti lampu ajaib Aladdin,” Jimin mengambil lampu tua itu seraya mengamatinya lalu mengembalikannya pada Tae Hyung lagi.

“Gosok saja. Berpura-pura lah salah satu dari kalian jadi Jinnya!” Kata Nam Joon asal.

“Aku mendapatkannya saat jalan-jalan tadi sore. Dijual oleh nenek tua di sudut jalan pasar tradisional. Namun saat aku menanyakan harganya, nenek tua tidak menjawab. Ia bilang ambil saja jika aku mau. Anggap itu hadiah. Kau akan menemukan keajaiban yang mengubah duniaku. Itu yang dikatakan nenek. Jadi kuambil saj,.” Jelas Tae Hyung.

Tae Hyung ingin meletakkan lampu tuanya di ransel, namun tiba-tiba Nam Joon kembali mendekatinya. Seperti ada yang membuatnya penasaran.

“Tae, coba gosok lampunya!”

“Ada apa, Hyung? Apa kau pikir ini benar-benar keluar Jin? Hahaha,” Kata Tae Hyung sembari menggosok lampu dengan asal.

Namun reaksi selanjutnya mengagetkan Tae Hyung dan Nam Joon. Keluar asap biru mengepul dari lubang lampu. Kelima member yang lain pun ikut mengelilingi lampu yang kini tergeletak di lantai.

Asap besar itu semakin besar mengepul dan membuat ketujuh pasang mata terbelalak melihat apa yang keluar dari sana.

“Tuan Ali, hamba siap dengan perintah Anda.”

Pemilik suara itu memandang dan tersenyum pada Tae Hyung yang wajahnya pucat pasi lalu pingsan diikuti oleh Seok Jin dan Ho Seok yang juga tak sadarkan diri.

To Be Continued

Bangtan Sonyeondan and Seven WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang