“Si-siapa dia?”
Gadis itu seputih salju. Kedua pipinya merona merah seperti darah. Rambut sebahu bergelombangnya sehitam malam. Gadis itu sedang tertidur pulas di atas ranjang Yoon Gi. Memeluk boneka Kumamon.
“Cantik sekali.”
Pujian itu terlontar begitu saja dari mulut Tae Hyung. Kedua mulutnya membentuk huruf O kecil menandakan kekagumannya pada sosok bak putri itu.
“Siapa gadis ini?” Manager dan para member BTS berpandangan heran. Satu per satu menggeleng.
Mereka baru datang dari aktivitas luar negeri dan sampai dorm langsung disambut oleh kehadiran seorang gadis asing.
“Emmmh.”
Semuanya mematung. Gadis itu bergerak. Kelopak matanya mulai membuka perlahan. Semua pria yang mengelilingi tempat tidur Yoon Gi seketika kagum saat melihat bola mata besar beriris coklat yang berkedip kegenitan akibat bulu mata lentiknya.
Gadis itu memperhatikan tujuh makhluk disekitarnya dengan bingung.
“Kau siapa Nona?”
Gadis itu bangun dengan cepat dari kasur lalu memeluk Tae Hyung tiba-tiba.
“Wah, Dopey! Kau sekarang tinggi, ya! Kalian juga!”
Wajah gadis itu sangat ceria. Bahkan sampai deretan gigi putihnya terlihat.
“Kalian kenapa baru tiba? Aku sudah menunggu kalian lama sekali. Aku ketakutan dan menangis, karena tiba-tiba semuanya menjadi aneh. Hutan kita menghilang dan berubah. Aku tak tahu kemana.”
Semuanya saling melirik. Nam Joon menggeleng kecil dan mengedipkan matanya yang entah kode untuk apa kepada yang lain. Manager sampai menaruh telunjuknya di jidat. Berpikir jika gadis itu gila.
“Kau siapa? Maaf Nona. Kau salah masuk rumah sepertinya.”
Wajah ceria gadis itu menjadi murung. Lantas ia mendekatkan wajahnya pada Nam Joon.
“Doc, ini aku. Snow White.”
Semuanya kembali berpandangan. Sepertinya mereka mulai sependapat dengan Manager.
Nam Joon meneliti gadis cantik di hadapannya. Ia memang memakai kostum persis Snow White. Bahkan sampai ke bando merah berpita di kepalanya.
“Kau pasti Happy, kan?” Gadis itu tersenyum pada Ho Seok yang sedikit takut.
“Tapi kok kamu kurus sekali?” Gadis itu mengerutkan keningnya sambil mengangkat kedua tangan Ho Seok seolah-olah meneliti ukuran tubuh Ho Seok.
“Malah Sleepy yang gendutan. Kau jangan tidur terus. Ayo, buka matamu lebih lebar, Sleepy!”
Gadis itu membuka kedua mata Jimin yang sipit menjadi lebih lebar.
“Ya! Ya! Ya! Jangan lakukan ini!”
“Huuh, kasar sekali! Oke. Baiklah jika kau ingin tidur lagi. Tapi setelah makan. Karena aku sudah menyiapkan makanan yang lezat untuk kalian semua.”
Gadis itu berlari kecil menuju dapur diikuti oleh yang lain.
Semuanya kembali kaget saat melihat makanan lezat telah tersaji di atas meja. Semuanya penuh. Bahkan untuk menaruh piring saja tidak bisa saking penuhnya.
“Silahkan makan, tujuh kurcaciku.”
Tak bisa dipungkiri. Walau masih heran dengan kehadiran gadis asing yang mengaku Snow White itu, keenam member BTS dan manager segera menyerbu makanan lezat itu.
Semuanya makan dengan lahap. Wajah mereka sumringah. Begitu pula gadis itu. Ia amat bahagia menatap wajah puas nan bahagia member BTS dan Manager.
“Wah, lebih enak dari masakan Seok Jin Hyung,” Jimin menjejalkan apa yang masih bisa dimasukkan ke dalam mulutnya. Kedua pipinya dan member lain sudah menggembung. Apalagi piring manager yang terlampau penuh dan menggunung.
“Apa kau yang memasak ini semua? Wah, ini enak sekali! Kau memakai bumbu apa? Aku belum pernah merasakan masakan seenak ini.”
Seok Jin memuji masakan gadis itu. Bahkan dirinya tak marah dengan perbandingan yang dikatakan Jimin.
“Itu resep rahasia kerajaan. Ibunda ratu yang mengajariku.”
Wajah gadis itu seketika berubah sendu. Kedua matanya berkaca-kaca.
“Aku sangat merindukannya. Andai ibunda ratu masih hidup. Pasti aku dan Ayahanda hidup bahagia di istana. Aku merindukan ayahanda. Tapi aku tidak bisa muncul di hadapan ayahanda. Jika tidak aku akan dibunuh ratu yang baru.”
Suasana ramai sangat makan tiba-tiba menjadi hening. Ibunda Ratu? Kerajaan? Apa itu? Apa gadis ini pemain opera yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa?
“Memangnya kau darimana?” Tae Hyung tiba-tiba bertanya.
“Kerajaan … kerajaan … ah, apa nama kerajaanku?” Gadis itu menjadi bingung.
“Lalu siapa yang ingin membunuhmu?”
Gadis itu menatap heran,”Bukankah aku sudah pernah menceritakan semuanya pada kalian saat di hutan? Saat pertama kali kalian datang ke pondok juga. Waktu itu kalian baru pulang bekerja. Masa kalian tidak ingat? Aku akan dibunuh oleh Sang Ratu. Ibu tiriku. Aku lari ke hutan, karena seorang pembunuh melepaskanku.”
Gadis itu berdiri dan menatap haru ke jendela. Tersenyum menatap burung kecil yang bertengger di tepi balkon dorm.
“Hai, Tweety! Kau kehausan.”
Gadis itu membawa burung kecil tadi masuk ke dalam dorm. Membantunya meminum air dari ‘kubangan’ di dalam gelas. Burung kecil itu menoleh pada ‘Snow White’ seolah-olah mengucapkan terima kasih dan gadis itu membiarkannya terbang.
“Tweety akan datang lagi esok hari. Ia datang dua kali. Pagi hari meminta roti. Dan siangnya meminta air.”
*_*_*_*_*_*_*_
“Sepertinya dia memang pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri.” Manager begitu yakin.
“Nde, Hyung. Aku juga berpikiran begitu. Sebaiknya dia harus secepatnya dikembalikan ke rumah sakit.”
“Oke, Nam Joon. Aku akan mencari informasi mengenai pasien yang hilang. Untuk sementara, biarkan dia disini. Jangan sampai dia lari. Dan kalian hati-hati. Jika benar dia pasien sakit jiwa, dia bisa saja mengamuk sewaktu-waktu. Suntikkan obat penenang saja saat itu terjadi. Kalian tahu kan prosedurnya?”
Semua mengangguk mengerti.
Manager pun pergi dengan terburu-buru. Kini keenam makhluk tampan itu berhadapan dengan satu gadis asing yang sibuk bersih-bersih.
*_*_*_*_*_*_*_*_*
Salju turun.
Hal yang aneh itu seketika menjadi sesuatu yang luar biasa. Pasalnya salju turun saat pertengahan bulan Agustus.
“Apa ini? Mengapa salju turun lebih cepat?” Ho Seok menggertakkan giginya. Seketika saja pemanas ruangan dinyalakan.
“Suhunya agak ekstrim. Aku merasa suhunya lebih dingin dari suhu saat musim dingin biasanya,” Nam Joon mengenakan sepuluh lapis pakaian.
“Kajja! Aku sudah menyiapkan sup panas untuk kalian. Semoga kalian tidak kedinginan.”
Delapan mangkok sup panas telah dibagi rata. Gadis itu menjadi bingung ketika mangkoknya lebih.
“Doc!” Menunjuk Nam Joon.
“Happy!” Menunjuk Ho Seok.
“Dopey!” Menunjuk Tae Hyung.
“Bashful!” Menunjuk Seok Jin.
“Sneezy!” Menunjuk Jung Kook.
“Sleepy!” Menunjuk Jimin.
Telunjuk gadis itu seketika berhenti. Sadar jika satu ‘kurcaci’ tak ada.
“Grumpy mana?”
Member BTS kembali berpandangan satu sama lain.
“Maksudmu Manager Sejin? Dia tidak tinggal disini.”
Gadis itu menatap Seok Jin dengan aneh,”Lalu kenapa kasurnya ada tujuh?”
“Itu karena Yoon Gi Hyung sedang sakit. Dia di rawat di Rumah Sakit,” Kata Jimin seraya mengaduk sup miliknya.
“Jadi maksudnya aku salah Grumpy? Jadi kurcaci yang badannya besar tadi bukan Grumpy? Jadi Grumpy sakit? Omo!”
Gadis itu tak sengaja menghempas mangkoknya. Wajahnya menjadi panik. Lalu air matanya mengalir.
“Aku ingin bertemu Grumpy. Biasanya jika dia lelah, dia selalu memintaku untuk menggendongnya dan menepuk-nepuk bokongnya. Dimana dia?”
Kembali hening. Gadis itu dikenal terlalu mendramatisir keadaan.
“Kau tak perlu khawatir begitu. Yoon Gi Hyung tak perlu digendong apalagi ditepuk-tepuk bokongnya. Dia bukan bayi.”
Ho Seok mencoba meluruskan. Tetapi gadis itu rupanya belum mengerti.
“Happy, kau marah ya? Aku tahu kau pasti iri kan karena ingin digendong dan ditepuk-tepuk juga?”
“Bukan itu!”
“Lalu apa?”
Ketika perdebatan aneh itu terjadi, Nam Joon mendapatkan panggilan telepon. Namun informasi yang ia dengar membuatnya kecewa. Tidak ada pasien yang melarikan diri. Bahkan tidak ada informasi orang hilang. Lalu siapa gadis itu?
Malam pun segera tiba. Permasalahan tidur ‘Snow White’ menjadi perdebatan. Terutama Seok Jin yang keberatan jika harus ‘meminjamkan’ kasur Yoon Gi untuk sementara waktu.
“Bagaimana jika kau tidur di kamarku, Hyung. Aku bisa di sofa saja.”
Nam Joon menawarkan solusi yang paling tulus. Namun tidak semudah itu bagi Seok Jin menerimanya. Ia paling mengerti kondisi kesehatan Nam Joon. Walau Nam Joon terlihat kuat, nyatanya dialah member yang paling sering sakit. Ia tak mau sang leader kambuh lagi.
“Sudahlah, Namjoonie. Kalian bisa tidur sekarang. Aku yang akan tidur di sofa.”
Seok Jin sudah menyusun selimut dan bantal di sofa. Namun Nam Joon masih keberatan dengan keputusan Seok Jin. Sedangkan Jungkook dan ‘Snow White’ masih menunggu ujung musyawarah itu.
“Maaf ya, aku jadi merepotkan. Aku jadi tidak enak.”
Nam Joon terlihat putus asa. Otaknya terus berpikir darimana gadis asing nan aneh ini berasal?
“Aku saja yang tidur di sofa. Kalian bisa tidur di kasur masing-masing. Aku tidak apa-apa, kok. Tak perlu mengkhawatirkanku.”
Siapa juga yang mengkhawatirkan? Ups.
“Anda bisa tidur di kasur Yoon Gi. Ah, maksudku Grumpy atau apalah itu! Akan sangat keterlaluan jika kami membiarkan seorang wanita tidur di luar. Jadi masuklah sekarang dan tidur.”
Nam Joon menekankan setiap kata pada ucapannya seraya mengakhirinya dengan dimple manis yang tercetak alami.
“Dan untukmu Hyung, kau harus ikuti apa kataku.”
Nam Joon mengambil selimut dan bantal Seok Jin. Lalu masuk dengan cepat ke kamarnya dan Jung Kook. Seok Jin mencoba protes dengan perlakuan Nam Joon.
Namun, Nam Joon sudah memaksa Seok Jin berbaring di kasur. Jung Kook hanya bengong melihat Nam Joon memaksa Seok Jin yang sudah mengomel.
“Kookie mengantuk, Hyung. Kalian kapan berhenti berdebat? Lebih baik kalian tidur di sini saja. Ayolah, kita tidur bertiga saja!”
Jung Kook terlihat menahan kantuk. Ia menarik Nam Joon untuk tidur di sampingnya. Lalu memposisikan dirinya di tengah antara Nam Joon dan Seok Jin. Maknae segera terlelap dengan memeluk lengan Seok Jin.
Hening beberapa saat.
“Maafkan aku, Hyung.”
“Aku juga, Namjoonie. Ya sudah, kita tidur juga. Nanti Jung Kook terbangun. Dia sangat lelah sepertinya.”
Seok Jin merapikan poni Jung Kook yang menutupi keningnya.
“Kau jangan mendengkur ya. Aku benci suara dengkuranmu.”
“Aku mengerti. Hehe.”
*_*_*_*_*_*_*_*_
“Apa yang kau inginkan, Malaficient?”
Pria Tua itu bergetar hebat. Ketakutannya telah mencapai ubun-ubun. Bisa saja Pria Tua itu akan kencing di celana menatap makhluk cantik, namun mengerikan di hadapannya.
“Justru aku yang harusnya bertanya padamu, Pria Jelek? Tempat apa ini? Bahkan aku tak tahu jika aku telah bernama Malaficient.”
Pria Tua itu menyesali kecerobohannya. Ia sadari jika mesin ciptaannya belum sempurna. Namun ia sudah nekat mencobanya dengan percobaan sebuah apel. Tetapi semuanya menjadi kekacauan semata.
“Aku benci tempat ini. Pembalasan dendamku pada Princess Aurora belum selesai. Tepat saat jarum pintal itu ingin menyentuh jarinya, keadaan sekitar berubah menjadi aneh. Semuanya berputar seperti kapas yang digulung.”
Malaficient meraih satu buah apel dalam keranjang yang diletakkannya di kursi tua.
“Dan lucunya hasratku menjadi aneh ketika tiba di tempat asing ini. Tidak hanya membenci Aurora. Aku juga benci melihat gadis cantik. Aku juga tak suka ada yang melebihi kecantikanku.”
Malaficient berjalan menuju ke sebuah cermin yang masih utuh. Ia menatap pantulan dirinya. Menikmati kecantikan ragawinya sendiri.
“Aku tak tahu jika cermin ini bisa begitu jujur padaku.”
Malaficient tersenyum misterius seraya berdiri tegak di hadapan cermin.
“Cermin Ajaib. Siapakah yang paling cantik di negeri ini?”
Cahaya hijau kekuningan muncul dari permukaan cermin. Sebuah wajah muncul dari sana. Pria Tua telah menyaksikannya tiga kali.
“Ratuku Malaficient adalah yang tercantik. Namun ada tujuh orang lagi yang kecantikannya melebihi Ratuku.”
Malaficient marah. Wajahnya merah padam. Ia lempar apel yang baru digigit satu kali itu.
“Aku sudah meracuni satu orang. Tapi sialnya saat aku ingin meracuni enam yang lain, aku gagal. Akan kupastikan mereka mati. Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha.”
Halilintar mewarnai tawa sang iblis. Pemilik sepasang sayap kecil bersembunyi di samping jendela rumah Pria Tua. Ia pegang tongkat saktinya erat.
“Malaficient?! Aku harus segera mencari Cinderella.”
Apakah ia seorang Ibu Peri? Ia segera terbang untuk menemukan Cinderella!
*_*_*_*_*_*_*_
“Hey! Aku bersumpah! Aku melihat manusia salju berlari lalu melompat dari balkon.”
Tak ada yang mempercayai Ho Seok. Lelaki itu mungkin sudah terlalu ngawur. Apalagi dirinya dalam keadaan baru bangun dari tidur.
“Happy, apa kau terlalu lelah sehingga berhalusinasi? Manusia Salju mana ada yang hidup?”
‘Snow White’ memberikan segelas coklat panas untuk Ho Seok. Tepat saat itu, pintu dorm terbuka. Seseorang yang ditunggu datang dan Ho Seok langsung meletakkan segelas coklat panas yang hampir ia minum.
“Yoon Gi Hyung!”
“Hyung! Kenapa tidak bilang jika kau pulang hari ini?”
“Kami kan bisa menjemput.”
“Kau jahat.”
“Selamat datang kembali, Kawan!”
Walau protes terdengar, mereka segera memeluk Yoon Gi.
“Dokter menyuruhku pulang besok, sih. Tapi aku tak tahan lagi di sana. Aku lebih suka istirahat di rumah. Wah, ada coklat!”
Yoon Gi menyambar segelas coklat milik Ho Seok dan meminumnya sampai habis tak tersisa.
“Apa dia Grumpy?”
Gadis itu mulai lagi. Saking dekatnya wajahnya dengan wajah Yoon Gi, gadis itu nyaris menciumnya.
“Siapa kau?” Dengan tatapan penuh curiga.
“Aku Putri Salju,” kedua mata gadis itu berbinar menatap Yoon Gi.
Yoon Gi tertawa meremehkan,”Putri Salju? Kegilaan macam apa ini?”
“Gila? Maksudmu?” Gadis itu mengubah ekspresi wajahnya menjadi bingung.
“Siapa dia?” Yoon Gi bertanya pada keenam temannya.
“Sebenarnya ada sedikit masalah di sini. Nanti kami ceritakan,” Seok Jin mengendikkan bahu.
“Kau tidak ingat denganku, Grumpy? Aku Putri Salju. Snow White.”
Ngik!
“Hahahaahahahaha. Mwo? Putri Salju? Jika kau Putri Salju, maka aku Pangeran,” Yoon Gi menatap kesal pada gadis itu.
Gadis itu terdiam. Mulutnya membentuk huruf O kecil sambil terpaku pada Yoon Gi.
“Jadi kau Pangeran? Kau bukan Grumpy?”
Gadis itu seketika memberi hormat pada Yoon Gi. Ia membungkuk memberi penghormatan pada Pangeran Kerajaan.
“Maafkan hamba, Pangeran. Hamba pantas dihukum mati atas ketidaksopanan tadi. Maaf. Akan kuperkenalkan diriku sekali lagi. Aku adalah Putri Salju. Hamba siap melayanimu, Yang Mulia.”
Semuanya kaget. Tak menyangka jika si gadis benar-benar mendalami perannya dan terlihat begitu bodoh.
*_*_*_*_*_*_*_
“Pangeran, makanan ini spesial untuk Anda. Hamba mempersiapkan ini semua sebagai permohonan maaf atas kelakuan lancang hamba tadi. Mohon diterima, Yang Mulia.”
Gadis itu mendadak terlalu sopan. Member lain melongo melihat kelakuan gadis asing itu. Tak hanya membuatkan makanan, namun juga melayani Yoon Gi dalam pekerjaan lain seperti mengikat sepatu.
“Apa Pangeran membutuhkan sesuatu?”
“Ya! Kau ini kenapa sih? Berhenti melakukan ini semua. Aku bisa melakukannya sendiri.”
“Hamba hanya merasa sangat bersalah, Pangeran.”
“Sudahlah, berhenti! Berhenti!”
Wajah ‘Snow White’ menjadi murung. Sikap kasar yang diterimanya membuat kedua bola matanya berair. Seok Jin yang menyadari hal itu segera menenangkannya agar tak terlalu memikirkan perkataan Yoon Gi dan menyuruhnya melakukan pekerjaan yang lain. Setidaknya dia tidak wajib terus-terusan menempel pada Yoon Gi.
“Persediaan makanan mulai kosong. Sebaiknya aku pergi berbelanja dengan Putri Salju.”
Seok Jin berdiri, ‘Snow White’ memperhatikan Seok Jin saat namanya disebut.
“Benar, Bashful (Seok Jin). Sayuran habis, susu Sneezy (Jungkook) juga sisa sedikit. Coklatnya Happy (Ho Seok) juga.”
Seok Jin mendekati ‘Snow White’ yang sudah bersiap di depan pintu.
“Wah, Bashful sangat tampan memakai kaos putih!” Puji ‘Snow White’ yang membuat Seok Jin sedikit merona.
“Ah, aku memang dilahirkan tampan!” Seok Jin memberikan kedipan mata dan flying kiss tiba-tiba.
Member yang lain seketika memalingkan wajah dari Seok Jin. Pura-pura tak mengenalnya. Lain dengan ‘Snow White’ yang tersenyum lebar menerima semuanya.
“Kajja! Kita pergi bersama,” Seok Jin bersiap memegang jemari lembut ‘Snow White’. Namun Nam Joon menghentikannya.
“Tunggu. Jangan pergi bersama. Bahaya! Kau lupa ya jika dia seorang gadis?”
Nam Joon menunjuk ‘Snow White’ dengan sumpitnya.
Benar. Seok Jin pun baru menyadarinya.
“Penggemar bisa mengamuk jika tahu.”
“Penggemar? Bashful punya penggemar?” Gadis itu menggaruk kepala.
Akhirnya member BTS pun membuat penyamaran untuk ‘Snow White’. Awalnya member ingin memakaikan pakaian Jimin untuk gadis itu. Tetapi ukuran pakaian Jimin terlalu besar. Pakaian Yoon Gi pun menjadi sasaran. Walau Yoon Gi sempat protes, akhirnya terpaksa meminjamkan celana, kaos, jaket berbulu, sarung tangan tebal, masker, dan topi untuk gadis itu.
Reaksi sang gadis sungguh aneh. Gadis itu dinilai terlalu excited melihat penampilannya yang tidak memakai gaun kerajaan lagi.
“Adalah suatu kehormatan, hamba bisa mengenakan pakaian Pangeran. Hamba berjanji akan mengembalikannya dalam keadaan sudah tercuci, Yang Mulia.”
Plis. Mulai lagi deh. Yoon Gi sudah terlalu sebal mendengar perkataan ala drama dari mulut gadis asing itu. Untuk itulah, sebelum Yoon Gi meledak, Seok Jin sudah membawa gadis itu keluar.
*_*_*_*_*_*_*
“Wah, Bashful! Apa ini surga? Bahkan Dapur Kerajaanku tidak sebesar ini.”
Gadis itu menganga menyaksikan pusat perbelanjaan yang menyajikan segala apapun yang dibutuhkan. Gadis itu terlihat penasaran dengan segala sesuatunya. Dia sampai tak sadar mengambil semua yang berwarna-warni tanpa mengetahui apa itu. Dan langkahnya terhenti saat di depan matanya terpampang mainan berbentuk pondok kecil dimana ada dirinya yang sedang berdansa dengan seseorang dan tujuh kurcaci.
“Itu aku dan tujuh kurcaci? Mereka membekukanku menjadi patung? Lalu siapa orang yang berdansa denganku?”
Matanya beralih ke mainan lain. Rupanya banyak mainan lain yang menarik. Terdapat mainan Princess yang lain juga hingga Seok Jin datang.
“Ah, kupikir kau hilang! Kau kemana saja?”
“Bashful, apa aku boleh membeli ini?”
Gadis itu menunjuk mainan dirinya.
“Putri Salju, Pangeran, dan Tujuh Kurcaci?”
‘Snow White’ mengangguk senang. Binar matanya penuh harap agar dibelikan.
“Tentu saja. Anggap itu hadiah.”
‘Snow White’ bahagia. Setelah selesai dengan pembayaran. Mereka pulang.
Setibanya di dekat dorm, gadis itu menanyakan siapa lelaki yang berdansa dengan dirinya di mainan.
“Pangeran. Pangeran Putri Salju. Pangeran datang saat tujuh kurcaci menangisi kematian Putri Salju.”
Gadis itu kaget,”Aku mati? Bagaimana bisa?”
Seok Jin terdiam beberapa saat. Berpikir jika gadis disampingnya memang penuh misteri. Entah mengapa semuanya begitu nyata dan benar terjadi pada gadis itu. Namun logikanya tak bisa menerima jika gadis itu benar-benar Snow White.
“Pangeran memberikan Putri Salju ciuman cinta sejati. Putri Salju hidup kembali. Putri Salju mati setelah memakan apel beracun dari ibu tirinya yang menyamar menjadi seorang nenek.”
Seok Jin tiba-tiba memikirkan kalimatnya barusan. Apel beracun? Nenek? Seok Jin teringat dengan peristiwa yang menimpa Yoon Gi. Apa semuanya berhubungan dengan kemunculan gadis disampingnya? Bukankah kehadiran nenek misterius di fansigning juga tak diketahui datang dari mana?
Sementara itu, ‘Snow White’ tenggelam dalam pikirannya sendiri.
(“Ratu membunuhku? Pangeran menciumku?”)
“Putri, aku ingin menanyakan sesuatu.”
Lamunan gadis itu berhenti dan melihat kepada Seok Jin.
“Kau datang darimana sehingga sampai di dorm kami?”
“Dari cahaya biru.”
“Cahaya biru? Cahaya apa itu? Dimana?”
Gadis itu menggeleng,”Tidak tahu, Bashful. Aku hanya ingat sedang menunggu kalian semua pulang bekerja. Aku membersihkan pondok kita di hutan, dan angin aneh tiba-tiba datang. Aku seperti tersedot. Aku juga tak mengerti, Bashful.”
Seok Jin kembali bingung. Sekaligus menjadi yakin jika sedang terjadi sesuatu yang aneh.
“Omo?!” Gadis itu tiba-tiba berlari.
“Putri! Kau mau kemana?” Seok Jin mengikutinya kesusahan akibat membawa dua kantong besar belanjaan. Seok Jin melihat gadis itu ke arah gudang.
“Untuk apa kita kesini?”
‘Snow White’ mengisyaratkan agar Seok Jin diam. Mereka melangkah pelan berusaha tak membuat suara hingga akhirnya Seok Jin memekik kaget.
Makhluk kecil berwarna putih dan berhidung wortel yang kepergok itu bersiap bersembunyi sambil berusaha menarik perempuan bergaun biru di sampingnya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Sonyeondan and Seven Wonders
FantasyTujuh cinta, tujuh hati, dan tujuh rindu. Tak pernah terencana apapun gejolak yang akan menimpa mereka. Entah takdir apapun. Mereka tak bisa melawan. Bukan keajaiban biasa. Bukan sesuatu yang bisa disebut magic. Namun kehidupan mereka adalah jal...