Manusia Salju Berhidung Wortel

308 33 7
                                    


   Makhluk putih berhidung wortel itu menatap dua orang yang baru datang dengan wajah takut. Ia takut jika siapa saja bisa menyakitinya dan ‘Putrinya’.

Seok Jin terjerembab. Ia nyaris pingsan. Namun entah mengapa raganya menolak sekuat tenaga untuk tak menyadarkannya dan memilih agar kedua matanya tetap terpaku pada ‘Manusia Salju Berhidung Wortel’ yang sudah sangat tak asing baginya.

Snow White mencoba mendekati Manusia Salju Berhidung Wortel itu. Memberikan senyuman terhangatnya dan sapaan terlembutnya.

“Hay, aku Snow White! Bisa kita berkenalan. Sepertinya kalian butuh bantuan.”

Tangan kayu Manusia Salju tak melepaskan Putri bergaun biru yang terbaring lemah. Binar matanya menandakan ketakutan.

“Ka-kau … kau O-Olaf?”

Suara Seok Jin nyaris tergantung di pangkal tenggorokkan.

“Yes, Aku Olaf.”

Senyuman di wajah takut itu merekah. Makhluk bernama Olaf itu mulai menampakkan sinar mata yang bersahabat.

“Kau mengenalku, Nona?”

Kedip polos Olaf di hadapan wajah Seok Jin yang masih shock. Bahkan Olaf sampai salah mengira jika Seok Jin adalah seorang nona, ehem, maksudku perempuan.

“Jadi namamu Olaf?”

*_*_*_*_*_*_*_*

“Mwo?”

“O-Olaf?”

“Apa yang terjadi?”

“Ratu Elsa?!”

Semuanya tercengang. Masih tak mengerti mengapa semua keanehan yang benar-benar nyata itu terjadi dan berputar di sekeliling mereka? Menyaksikan Snow White, Olaf dan Ratu Elsa di dorm mereka, barulah mereka mulai yakin jika alam benar-benar sedang bercanda.

Ketujuh pria tampan itu bahkan tak percaya dengan kehadiran Olaf yang benar-benar Olaf seutuhnya. Seluruh tubuh yang benar-benar terdiri dari salju alami, tangan kayu berjari tiga, dan hidung wortel yang lucu itu. Hahaha. Author bahkan geregetan dan memeluknya sepanjang malam saat mendapatkan hadiah ulang tahun boneka Olaf.

Ketika Ratu Elsa dibaringkan di kasur Ho Seok sementara waktu – yang awalnya ingin dibaringkan di kamar Nam Joon dan Jung Kook, tetapi Olaf memprotes dengan gaya cerewetnya jika Ratu Elsanya tak bisa tidur di tempat yang berantakan. Huh, menyebalkan untuk ukuran tamu! Namun Olaf tak salah, karena kebetulan kamar Nam Joon dan Jung Kook belum beres. Padahal pagi tadi, Seok Jin sudah merapikannya. Gara-gara Nam Joon uring-uringan lagi di kasur, semuanya kembali berantakan.

Sepasang mata bulat telur bak mata boneka itu berkedip menatap ketujuh member BTS. Olaf menunjukkan raut wajah menyesal tiba-tiba.

“Ratu Elsa demam tinggi. Keadaannya belum juga membaik. Dan maaf, aku mencuri makanan kalian beberapa hari ini. aku terpaksa melakukannya untuk Ratu Elsa yang lapar.”

Olaf menangis. Setidaknya apa yang pernah dilihat Ho Seok kemarin adalah benar dan bukan ilusinya semata.

Bangtan Sonyeondan saling melempar pandangan. Bahkan Yoon Gi yang sarkartis mulai menerima ‘Snow White’ yang benar-benar seorang Putri Kerajaan.

“Darimana kalian datang? Bukankah kalian hanya ada di film? Bahkan cerita Snow White dan Frozen ada di generasi berbeda. Apa yang terjadi?”

Nam Joon menyipitkan kedua matanya.

“Aku hanya ingat ada cahaya biru. Saat itu aku menemani Ratu Elsa di ruang perpustakaan istana. Sesuatu yang aneh terjadi.”

“Hampir serupa dengan cerita Putri Salju.”

Semua member pun berkumpul di meja makan. Olaf menyusul Ratu Elsa yang sedang dirawat Snow White.

“Oke, Guys. Sepertinya ini bukan hal sepele lagi. Sepertinya ini serius. Aku segera mengambil kesimpulan jika keanehan ini dimulai saat fenomena es.”

Nam Joon memperhatikan keenam membernya yang mengangguk setuju.

“Air hujan yang tiba-tiba menjadi es.”

“Dan kemunculan nenek misterius di fansigning,” Seok Jin menyela.

“Nenek yang meracuniku dengan apel?” Yoon Gi meyakinkan.

Semuanya kembali berpikir.

“Ah, jika benar dugaanku, maka nenek itu juga muncul akibat cahaya biru! Berarti nenek itu sebenarnya mencari Putri Salju dan salah mengira Yoon Gi sebagai Putri Salju.”

“Itu artinya, Snow White dalam bahaya?”

“Lalu bagaimana?”

Bagaimana? Pertanyaan Jung Kook membuat semuanya terdiam. Jalan buntu. Tak ada solusi. Walau semuanya mulai terkuak, keadaan malah semakin menimbulkan tanda tanya besar.

“Kita tidak mungkin menampung mereka di dorm. Bahkan aku masih tak percaya mereka nyata,” ucap Jimin.

Yoon Gi mendengus,”Manager harus tahu.”

*_*_*_*_*_*_*_

Malam dilalui dengan tenang. Untuk sementara, Ho Seok, Tae Hyung, dan Jimin harus mengungsi tidur di kamar member yang lain.

Ketika matahari pagi menyapa, Korea Selatan berhenti diselimuti es. Cahaya hangat di pertengahan Agustus kembali mewarnai. Sontak saja, para peneliti menjadi semakin kebingungan menemukan gejala alam apa yang terjadi di Korea Selatan. Ya, hanya di Korea Selatan. Tiga hari dilanda musim es. Lalu kembali menjadi hangat.

Pagi itu kelihatan berbeda dari biasanya. Ketujuh pangeran dibangunkan oleh dua vokal merdu nan lembut. Saling bersahutan dan menyambung lagu dengan lirik yang indah dan terkadang lucu. Sesekali suara lucu Olaf ikut menyahut dengan nada yang pas.

Ketujuh member BTS keluar kamar nyaris bersamaan. Seraya mengucek mata yang penuh ‘belek’, mereka disambut oleh pertunjukkan dua Princess yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan nyanyian dan sesekali menari.

Kalian pasti tahu kan bagaimana merdunya suara para princess saat bernyanyi? Apalagi Ratu Elsa yang terkenal dengan lagu ‘Let It Go’ itu.

Suara merdu mereka mengundang penonton. Walau penontonnya sedikit lain sih. Para burung bertengger di titian kabel dan pohon untuk sekadar mendengarkan sejenak suara keduanya.

Ratu Elsa sedikit melakukan magic pada air yang ditampung dalam gelas. Airnya keluar menjadi butir-butir es di udara. Wajahnya sudah lebih baik dari kemarin. Ia kelihatan merona dan bersemangat.

Snow White lebih banyak menari mengelilingi meja makan sambil menata meja. Mengisinya dengan berbagai macam menu masakan. Tak lupa Olaf membantu dengan membawakan sepuluh piring, sepuluh gelas, dan sepuluh sendok. Snow White menambahkan sembilan pasang sumpit di sana. Mengapa hanya Sembilan? Karena Snow White lebih suka memakai garpu daripada sumpit. Jujur, sulit memakai sumpit.

“Hey, Kalian sudah bangun, para gadis?” cengiran khas Olaf membuat raut wajah Yoon Gi kembali sarkastis.

“Apa maksudmu dengan Para Gadis? Kami bertujuh ini laki-laki,” protes Yoon Gi.

Olaf kelihatan berpikir,”Emmm, benarkah? Tapi wajah kalian cantik semua. Kalau begitu beri aku pelukan hangat, Para Bujangan!”

“Tolong dibenarkan sapaanmu. Bujangan apa maksudmu?”

Tangan kayu bercabang yang membentuk tiga buah jari itu terbuka lebar seolah siap menerima pelukan. Kedua matanya berbinar cerah dengan senyuman lebar.

“Hai, Aku Olaf. Aku suka pelukan hangat!”

Namun kekecewaan yang diterima Olaf. Ketujuh pria itu mengabaikannya begitu saja. Mereka langsung duduk di meja makan. Terkagum-kagum dengan hidangan yang tersaji di sana. Apalagi menyaksikan Ratu Elsa mendekorasi dorm dengan sentuhan es mengkilap yang menakjubkan.

“Wah, aku merasa semuanya mimpi!” Jungkook menyentuh air yang membeku dan melayang di depan wajahnya.

“Kau benar-benar bisa melakukan ini semua, Ratu?” Tae Hyung memperhatikan pancuran air yang diciptakan Ratu Elsa di samping tanaman hias.

“Daebbak!”

“Baiklah. Kalian tak perlu sungkan untuk memelukku,” Olaf ikut duduk di meja makan.

“Apa tidur kalian nyenyak?” Sapa Snow White dengan ramah seraya melayani para kurcaci dan melayani Pangeran Yoon Gi.

“Nyenyak sekali. Hingga akhirnya kami terbangung gara-gara ada konser,” entah bernada sindiran atau tak bermaksud apa-apa saat Yoon Gi mengatakannya.

“Maaf Pangeran jika Pangeran merasa terganggu dengan nyanyian kami di pagi hari. Aku hanya terlalu senang bertemu dengan Ratu Elsa. Ternyata Ratu Elsa pandai bernyanyi. Begitu juga dengan Olaf. Aku merasa punya dua teman baru,” genggaman kedua tangannya mengepal di depan dada.

“Pangeran? Apa dia seorang Pangeran?” Pertanyaan yang diajukan Ratu Elsa serentak membuat yang lain menunda untuk menggigit roti.

Snow White bersemangat menjelaskan panjang lebar dengan menyebutkan nama para kurcaci satu per satu. Namun tetap saja Yoon Gi menolak keras panggilan itu. Namun rupanya si Snow White masih bersikeras memanggilnya Pangeran.

“Anda bilang jika saya seorang Putri, maka Anda adalah Pangeran. Saya masih ingat itu, Yang Mulia.”

Yoon Gi akhirnya menyerah.

“Jadi mereka adalah kurcaci? Tapi bukankah kurcaci memiliki tubuh kerdil? Mereka terlalu tinggi untuk disebut kurcaci? Apa kau yakin? Setidaknya kurcaci harus setinggi Olaf.”

Olaf yang sedang memakan roti milik Ho Seok, segera terpekik kaget. Semua mata menatap kearahnya. Ia mematung di samping piring Ho Seok seraya meletakkan roti yang bekas digigit.

“Aku tidak memakan rotimu, Tuan Happy.”

“Kau bahkan tak mengaku saat aku sudah memergokimu, Olaf. Panggil aku Ho Seok saja.”

Tatapan mata Olaf menjadi menyipit,”Siapa? Memanggilmu dengan sebutan GOSOK? Namamu GOSOK?”

“Hahhaahahahaha,” Tae Hyung dan Jimin tertawa bersamaan.

“Bukan. Ho Seok. Panggil aku Ho Seok. Bukan Gosok,” Ho Seok pasrah.

“Aku tak bisa menyebutnya, Tuan Gosok,” Olaf semakin menantang.

“Panggil dia dengan Tuan Hope, Olaf. Dia pria pengabul harapan,” Ratu Elsa meluruskan. Ho Seok menatap iris biru Ratu Elsa yang segera mengalihkan pandangan ke sarapannya.

“Kau pengabul harapan? Wah, aku merasa beruntung! Kau bisa mengabulkan keinginanku? Aku ingin musim panas tak pernah berakhir.”

Kedua mata Olaf melebar dua kali lipat. Seringaiannya selebar panjang hidung wortelnya. Hidung wortelnya menyentil wajah Ho Seok.

“Biarkan aku menikmati sarapanku dengan tenang, Olaf.”

“Baiklah, Tuan Hope. Aku menyukaimu sekarang. Kau adalah sahabatku.”

*_*_*_*_*_*_*_*_

“Tuan Hope, apa yang sedang kau lakukan?”

“Tuan Hope, apa yang kau lakukan di ruangan ini?”

“Tuan Hope, mengapa kau mengomel? Kau memarahi siapa?”

“Tuan Hope, bisakah kita berlibur ke pantai? Mumpung cuaca cerah. Ah, aku suka cahaya matahari!”

“Tuan Hope, kau tampan sekali.”

Lihatlah betapa Olaf begitu menyukai Ho Seok. Manusia salju itu terus mengikutinya seharian. Olaf menjadi penggemar baru Ho Seok.

“Kau bisa duduk manis bersama Ratu Elsa, Olaf.”

“Tapi kata Ratu, aku bisa pergi bersamamu jika aku menyukaimu.”

“Aku sedang ingin istirahat. Karena malam ini, aku harus bekerja sampai subuh.”

“Apa pekerjaanmu? Aku akan membantumu. Apa kau menjual es batu seperti Kristoff?”

Kristoff? Ah, lelaki penjual es batu yang memiliki sahabat seekor rusa di film Frozen?

“Tidak. Kami diundang ke acara pernikahan di kapal pesiar malam ini. Jadi tinggalkan aku sebentar untuk terlelap.”

“Pernikahan? Wah, apa ada pesta dansa? Dengan siapa kau pergi? Apa kau bisa membawa Ratu Elsa bersamamu untuk menjadi teman dansamu, Tuan Hope?” ucap Olaf dengan penuh semangat.

“Tidak, Olaf. Tidak ada pesta dansa,” Ho Seok mulai membaringkan tubuhnya.

“Uh, Sayang sekali,” Cahaya di mata Olaf meredup kecewa.

“Kau bisa bermain bersama Ratu Elsa. Lagipula kau tiba-tiba menempel sekali denganku. Aku jadi risih.”

“Aku menyukaimu. Kau sehangat cahaya matahari, Tuan Hope.”

Ho Seok tertegun sesaat. Olaf menatapnya polos.

“Dan kata Ratu Elsa, aroma tempat tidurmu seperti aroma peppermint kesukaannya. Ratu Elsa menyukai lelaki beraroma peppermint. Dan apapun yang disukai Ratu Elsa, aku juga menyukainya.”

Ho Seok tersenyum canggung,”Lain kali kita akan bermain. Tapi tidak sekarang. Maaf, Olaf.”

Seuntai senyum tersungging di bibir Olaf.

“Baiklah, Tuan Hope. Aku akan berjaga di luar pintu kamarmu agar tak ada yang mengganggu tidurmu.”

Ho Seok tertawa kecil,”Kau tak perlu berjaga. Selain aku, kamar ini juga kamar Jimin dan Tae Hyung. Mereka juga akan beristirahat sebentar lagi. Kau bisa menemani Princess, maksudku Ratu Elsa. Dan jangan panggil aku Tuan Hope. Panggil aku J-Hope saja.”

“Baiklah, J-Hope.”

*_*_*_*_*_*_*_

“Ah, jadi begitu. Ini abad dua puluh satu dimana aku tidak berkuasa di sini. Pantas saja saat aku berjalan di keramaian, tak ada orang yang memberi hormat padaku. Aku malah disangka memakai kostum Princess Elsa. Mereka mengenalku, itu yang membuatku aneh.”

“Ah, benar. Aku baru ingat. Kemarin saat aku berbelanja dengan Bashful (Seok Jin), aku melihat Olaf begitu banyak di rak. Banyak sekali. Dan aku melihat istanamu. Tapi aku tidak membelinya. Aku hanya membeli ini.”

Snow White mengambil kotak mainan dan membawanya ke hadapan Elsa.

“Ini adalah pondokku dan tujuh kurcaci saat di hutan.”

“Apa ini? Kalian menjadi patung?”

“Kata Dopey (Tae Hyung), di masa sekarang mereka menyebutnya mainan. Dan Dopey bilang jika aku sebenarnya tokoh dongeng.”

“Dongeng?”

Snow White mengangguk.

“Ah, ada lagi. Tunggu aku disini, Ratu!”

Tak lama kemudian, Snow White datang membawa beberapa buku dan meletakkannya di depan Elsa.

“Doc (Nam Joon) memberiku ini semua. Dia bilang takdirku yang sebenarnya telah ditulis di buku ini.”

Elsa mengambil tumpukan buku yang paling atas. Huruf Hangeul yang tercetak sebagai judul di hard cover buku seketika berubah menjadi alphabet berbahasa inggris ketika kedua mata Elsa belum menyapu ke arah sana. Gambar yang tercetak di sampul memang Snow White dan Tujuh Kurcaci.

Tepat ketika Elsa dan Snow White ingin membuka halaman pertama buku, suara para member BTS yang baru saja bangun dari tidur siang membuat gaduh dorm.

Mereka sedang sibuk mempersiapkan untuk schedule di malam hari. Bahkan Seok Jin berpesan kepada Snow White untuk tidak pergi kemanapun selama tak ada orang di dorm. Elsa dan Olaf pun diminta untuk tidak membukakan pintu pada siapapun yang datang berkunjung. 

“Baiklah. Aku mengerti, Bashful (Seok Jin). Ngomong-ngomong, maafkan aku Ratu. Aku harus melayani Pangeran dulu. Sepertinya dia akan kerepotan.”

Snow White segera mendatangi kamar Yoon Gi. Yoon Gi masih bersiap dengan memilih pakaian.

“Pangeran, biarkan saya melayani Anda. Saya akan memilihkan pakaian yang bagus untuk Anda, Yang Mulia.”

Tubuh Yoon Gi seketika tersingkir dari depan lemari. Snow White sudah berdiri di sana dan fokus mengacak-ngacak isi lemari Yoon Gi.

“Bagaimana dengan yang ini, Pangeran? Pangeran pasti sangat tampan saat memakainya,” usul Snow White dengan penuh semangat.

“Tidak, tidak. Pakaian ini terlalu berlebihan. Untuk apa aku memakai coat. Aku mau kaos saja. Yang warnanya hitam atau putih. Lalu jaket. Selesai.”

“Kaos ya. Baiklah, Pangeran.”

Snow White menemukan apa yang Yoon Gi mau. Kaos putih dan jaket abu-abu sederhana. Yoon Gi pun memakainya walau harus bersikeras mengusir Snow White dari kamarnya. Siapa sih yang tidak risih dilihat seorang gadis saat berpakaian? Snow White tetap tidak mau keluar kamar. Yoon Gi berhenti mengusirnya saat sadar jika Snow White tak memperhatikannya. Gadis itu merapikan isi lemari Yoon Gi yang sempat teracak.

“Pangeran, mana pedang kebesaranmu?”

“Untuk apa aku memiliki benda semacam itu.”

Walau risih, Yoon Gi sepertinya mulai terbiasa dipanggil Pangeran. Yoon Gi memperhatikan penampilannya di cermin saat Snow White datang mendekatinya dan merapikan rambutnya.

“Pangeran tampan sekali. Seperti ayahanda,” Snow White tersenyum getir.

Raut wajahnya berubah sedih.

“Maafkan saya, Pangeran. Saya hanya merindukan Ayahanda.”

Snow White menunduk. Yoon Gi ragu untuk menenangkannya. Namun lelaki itu mendekat dan meraih Snow White dalam pelukannya.

Deg!

Jantung Snow White berdegup cepat. Kedua rona pipinya semakin pink.

“Pangeran, saya gugup.”

“Tak perlu berbicara terlalu formal padaku.” (Jika memang benar kau seorang putri, harusnya aku yang berbicara formal, Putri Salju)

Yoon Gi melepaskan pelukannya.

“Baiklah, aku pergi.”

Yoon Gi keluar dari kamar. Snow White membuntutinya di belakang. Yoon Gi mengambil sepatu di rak dan ingin memakainya. Tetapi Snow White segera memaksa untuk membantu Yoon Gi.

“Kau tak perlu melakukan ini, Putri,”

“Biar saja, Pangeran. Aku ingin melakukannya. Kupikir aku harus melakukan ini semua khusus untukmu.”

Semua member tertahan di depan pintu menyaksikan ‘pelayanan’ Snow White pada Yoon Gi. Snow White memakaikan sepatu dan mengikatnya.

“Wajahmu merona, Hyung. Aku tahu kau sangat bahagia kan?” Jimin menggodanya.

Yoon Gi segera menggagalkan senyumnya lagi.

“Tidak. Biasa saja,” bantah Yoon Gi.

“Kau tidak bisa membohongi kami. Haha.”

“Kalian cocok.”

Nam Joon dan Seok Jin menggoda Yoon Gi yang semakin menahan malu.

“Putri, apa kau menyukai Yoon Gi? Maksudku Pangeran?”

Pertanyaan dari Ho Seok membuat Snow White tersenyum canggung.

“Pa-pangeran, su-dah selesai. A-aku permisi dulu,” Snow White berlalu dengan cepat. Menyembunyikan rona pink pipinya.

“Dia malu. Haha,” Tae Hyung berjingrak kecil.

“Sudahlah. Cepat kita berangkat! Apa sih kalian ini? Membicarakan hal tidak penting,” Yoon Gi keluar dorm dengan langkah cepat. Senyum yang ia tahan sedari tadi keluar saat tak ada orang yang memperhatikannya. Hatinya sedikit berbunga-bunga.

Para member pun pergi satu per satu melewati pintu.

“Hai, tunggu!”

Elsa memanggil seseorang yang seketika langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang.

“Apa aku boleh bertanya darimana kau mendapatkan aroma peppermint?”

Ho Seok kembali masuk untuk menjawab pertanyaan Elsa. Ho Seok mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya dan memberikannya pada Elsa.

“Dari sini, Ratu.” Ho Seok tersenyum lembut pada Elsa yang terpaku pada botol parfum berwarna bening di hadapannya.

“Ambil saja jika Ratu mau. Anggap saja itu hadiah dariku.”

Snow White menatap Elsa dan Ho Seok bergantian.

“Happy (Ho Seok), apa kau tak ingin memberikan hadiah padaku juga?” Tatapan Snow White sedikit memelas. Ho Seok hanya tertawa kecil seraya memberikan permen lollipop yang masih terbungkus.

“Aku pergi dulu, ya. Sampai nanti. Tak usah menunggu kami pulang. Jika kalian mengantuk, langsung tidur saja. Dan Olaf!”

Olaf yang dipanggil, seketika berlari kencang dari arah dapur. Mulut dan tangannya belepotan coklat.

“Aku tidak memakan coklatnya, J-Hope. Aku hanya melihat sedikit lalu menyentuhnya lalu memakannya. Ah, Tidak! Aku tidak memakannya.”

Snow White berdiri dan berkacak pinggang menatap Olaf.

“Kau memakan coklat Happy (Ho Seok). Itu punya Happy!”

“Olaf, sudah kukatakan berulang kali agar jangan memakan makanan yang bukan milikmu. Ayolah, Olaf! Jangan sampai kita diusir. Kita tak punya tempat tinggal di negeri asing ini,” ucap Elsa putus asa.

Wajah Olaf seketika sendu. Ho Seok tersenyum tipis.

“Tidak apa-apa. Makan saja, Olaf. Aku hanya ingin berpesan agar kau menjaga Ratu Elsa dan Putri Salju.”

*_*_*_*_*_*_*_*_

Kapal pesiar mewah itu milik pribadi keluarga grup Royen. Keluarga yang bisnisnya sukses di bidang real estate. Putra tertuanya akan melangsungkan pernikahan di atas kapal mewah itu.

Bang Shin Hyuk dan Bangtan Sonyeondan menjadi salah satu tamu undangan di sana. Mereka pergi tanpa manager, karena manager tak diundang. Simple.

Pergi dengan CEO sendiri sudah membuat Manager tenang. Ketujuh pria itu menjelma bak tujuh pangeran dari negeri dongeng. Para stylist mendandani mereka dengan perfect. Bahkan Bang Shin Hyuk mengenakan setelan.

“Aku terlihat seperti ayah kalian. Hahaha,” Bang Shin Hyuk tertawa bahagia begitu pula member BTS.

Mereka menyaksikan rangkaian acara pernikahan dengan khidmat. Bahkan mereka juga menyumbangkan sebuah lagu yang manis untuk kedua mempelai. Acara pun berlanjut hingga malam semakin larut. Usai dinner, beberapa tamu ada yang berkeliling kapal.

“Aku ingin ke bibir kapal. Kita bisa meniru adegan Titanic. Hahaha.”

Tae Hyung dan Jimin memperagakan adegan Rose dan Jack yang fenomenal disambut gelak tawa yang lain.

“Jangan pergi kemanapun. Nanti tersesat.”

“Uh, kenapa PD-Nim?! Kami bosan di dalam sini. Aku ingin melihat laut sebentar saja, ya?” Jung Kook cemberut.

“Baiklah. Aku bercanda, kok.”

*_*_*_*_*_*_*_

Seok Jin mengabadikan adegan Rose dan Jack yang diparodikan oleh Ho Seok dan Tae Hyung. Suara tawa Jimin dan Nam Joon begitu lepas menyaksikan betapa seriusnya wajah Ho Seok memerankan Rose. Sementara itu, sang maknae kelihatan berbeda. Ia memegangi perutnya.

“Hyung, aku sepertinya mabuk laut. Aku mau muntah,” adunya kepada Seok Jin.

“Apa? Kau sakit kah?” Seok Jin menaruh punggung tangannya di kening Jung Kook. Adiknya tak demam.

“Sebaiknya muntahkan saja. Agar lebih baik. Bertahanlah.”

Jung Kook menurut. Ia pun pergi mencari toilet. Ia memuntahkan menu dinnernya. Memang sedikit lebih baik walau kepalanya masih pusing sedikit. Ia kembali menuju ke bibir kapal. Namun, tak ada siapapun di sana. Sepertinya semua orang sudah kembali ke dalam.

Jung Kook pun berbalik, namun ekor matanya menangkap sesuatu kilatan emas aneh. Jung Kook kembali ke ujung kapal. Menengok apa yang ada di bawah sana.

Riaknya sedikit bergelombang. Tapi Jung Kook berpikir itu terjadi akibat dilalui kapal.

Jung Kook berbalik lagi, namun di bawah air sana terdapat cahaya yang menyala. Jung Kook mendongak ke langit. Banyak bintang di angkasa. Wajahnya tersenyum sesaat menikmati keindahan malam saat di tengah laut.

Bibirnya bersenandung tiba-tiba. Terkadang bersiul dengan lembut. Jung Kook terbawa suasana lautan yang damai. Siulannya semakin panjang dan seakan lupa dengan mabuk lautnya. Ketika ia berhenti bersiul dan ingin melangkah ke dalam, ada siulan lain yang membuat seluruh tubuhnya mematung.

Jung Kook takut untuk menengok ke arah mana saja. Namun, rasa penasarannya membuatnya nekat menoleh. Siulan itu masih berlanjut. Siulannya bahkan semakin lama semakin membuat Jung Kook terhipnotis. Kedua kakinya melangkah dan mendekati ujung kapal. Jung Kook melakukan sesuatu di bawah kendalinya. Seperti ada tali yang mengekang dan magnet yang menarik tubuhnya.

Jung Kook menaiki pijakan besi yang terdapat di sana seperti orang yang ingin melompat ke dasar lautan. Wajah innocentnya menangkap sesuatu yang indah. Si pemilik siulan terus bersiul di permukaan air. Mengekor di belakang kapal dan menggerakkan ekornya dengan penuh godaan.

Kedua mata Jung Kook membesar. Ia melihat seorang gadis! Ah, tidak seekor ikan! Ah, tidak! Itu setengah manusia dan setengah ikan sedang bersiul menghipnotisnya! Rambut panjang tebalnya merah dan ekornya berwarna emas mengkilap.

Jung Kook melepaskan pegangannya dan terjun ke air.

Byuuur! Gadis asing berekor di sana pun berbalik ke dalam air untuk meraih lelaki asing yang baru terhipnotis oleh siulannya. Keduanya melayang di dalam air. Mata Jung Kook menatap sayu makhluk ajaib di depan matanya.

Wajah cantik makhluk itu tersenyum manis lalu merapatkan tubuhnya untuk membuat tubuh Jung Kook tidak tenggelam.

Makhluk itu semakin merapat dan merapat. Dan bibir keduanya menyatu. Berciuman romantis di air laut yang dingin.

To Be Continued

Bangtan Sonyeondan and Seven WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang