Bang Shin Hyuk memarkirkan mobilnya di sebuah pekarangan lumayan luas dimana permukaannya terdiri dari batu kerikil.
Pria bertubuh montok itu keluar dari mobil membawa dua kantong belanjaan dan memasukki rumah berlantai dua yang di halamannya dipenuhi tanaman mawar berduri berwarna merah darah.
"Selamat pagi, Anak-anak," sapa Shin Hyuk dengan senyum lebarnya.
Lima orang gadis yang ada di ruang tengah menoleh nyaris bersamaan.
"Paman Shinhyuk, kau belikan es krim, tidak?" cicit salah satu gadis berkulit seputih salju.
Lelaki itu hanya mengangguk. Dua kantong belanjaan tadi telah beralih ke gadis berkulit coklat dan segera membawanya ke dapur.
Shin Hyuk mendudukan bokongnya ke sofa berwarna peach di depan televisi yang dibiarkan menyala sendirian. Menampilkan acara home shopping tanpa seorang pun yang peduli.
Shin Hyuk jadi berpikir wajar jika pembayaran listrik di rumah itu tak bisa dikatakan sedikit.
"Tidak ada yang menonton tv. Lebih baik matikan saja untuk mengurangi efek pemanasan global," sindir Shin Hyuk.
"Jangan, Paman! Ella masih di toilet. Dia melarang kami untuk mengganti saluran apalagi mematikannya. Dia mengancam akan memanggil Tink untuk menyihir kami. Menyebalkan," gerutu si gadis berkulit seputih salju.
Pantas saja selain pembayaran listrik, tagihan Shin Hyuk juga membengkak akibat salah satu gadis yang hobi belanja di saluran home shopping.
Gadis beriris biru keluar dari dapur membawa secangkir teh beraroma melati.
"Apa kabar Anda, Tuan Bang?"
Sapaan gadis beriris biru sungkan untuk berubah. Bahasa formalnya tetap kokoh sementara gadis lainnya mulai bisa beradaptasi dengan bahasa informal.
"Kabar saya terlalu baik, Yang Mulia Ratu."
"Anda tak perlu memanggilku begitu. Aku tak punya kekuasaan di sini. Justru anda yang punya."
"Saya bukan seorang raja. Hanya pemusik."
Elsa menunduk dan tertawa.
"Mana Tuan Sylvester?"
"Kesehatannya semakin memburuk. Dia harus selalu diperhatikan. Aurora sering mengomel akhir-akhir ini, karena Kakek Lee enggan meminum obatnya."
Sejak kejadian itu usai, para gadis memanggil Sylvester dengan sebutan kakek Lee.
"Dia memang sudah terlalu renta. Syukurlah Aurora begitu perhatian," ungkap Shin Hyuk.
"Dia begitu menjiwai identitas barunya sebagai perawat. Dia sangat berterima kasih pada Anda, Tuan Bang."
Bisa dikatakan jika Bang Shin Hyuk memberikan dokumen kependudukan kepada para gadis.
"AKU PULANG!"
Seorang gadis berambut merah terang berlari masuk dan melompati sebuah meja kecil - nyaris mengenai sebuah tongkat golf yang dibiarkan menganggur lumayan lama.
"Ariel, sudah kukatakan berulang kali untuk menjaga sikapmu!"
Ups!
Ariel melirik takut pada Elsa. Ariel mendadak mengubah sikapnya menjadi sedikit feminim. Dengan berjalan sedikit melenggok ke kanan kiri dengan pelan layaknya puteri keraton.
Elsa hanya menggelengkan kepalanya sementara yang lain cukup geli melihat tingkah Ariel.
"Kebetulan sekali Ariel datang. Aku ada perlu dengannya," tutur Bang Shin Hyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Sonyeondan and Seven Wonders
FantasyTujuh cinta, tujuh hati, dan tujuh rindu. Tak pernah terencana apapun gejolak yang akan menimpa mereka. Entah takdir apapun. Mereka tak bisa melawan. Bukan keajaiban biasa. Bukan sesuatu yang bisa disebut magic. Namun kehidupan mereka adalah jal...