Jason
"Uh hey Colton,"
Aku tertegun saat melihatnya. Tubuhnya yang tinggi, bahu yang cukup lebar, tangan kuat dengan beberapa urat yang menonjol keluar, bibir yang seksi, bola mata yang sangat indah-
"Hey, senang dapat bertemu denganmu," sapa Sharon menyadarkanku.
"Yeah. Uh, sedang apa kalian di sini?" Tanya Colton.
"Kami sedang melihat-lihat kamera. Jason sangat suka photography," unggah Sharon tersenyum kepada Colton.
"Wow. That's cool man," Colton berbalik menatapku dengan senyuman terpasang di wajahnya. Dia tambah cakep dengan senyuman itu.
"Yeah... t-thanks," aku tergagap saat menjawab pujiannya. Aku selalu gugup saat harus mengobrol atau menatapnya, dia dapat membuat detak jantungku dua kali lebih cepat dari pada biasanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Sharon bertanya kepada Colton.
Aku sungguh berterima kasih kepada Sharon. Jika tidak ada dia yang memecah keheningan di antara aku dan Colton, aku yakin 100% kalau pembicaraan ini akan menjadi sangat awkward.
"Aku sedang jalan-jalan lalu memutuskan untuk melihat-lihat kamera, walau aku tidak begitu paham bagaimana cara kerja kamera tapi aku suka dengan kamera," jawab Colton.
"Lalu tanpa sengaja kau menemukan kami dan menyapa Jason," Sharon seperti melanjutkan cerita Colton hanya saja dia memberikanku seringai jahilnya sebagai tambahan.
"Yeah... dapat kau bilang begitu," Colton memasang senyuman itu lagi.
"Baiklah! Kalau begitu haruskah aku tinggalkan kalian berdua? Aku semacam harus melakukan sesuatu," Sharon tersenyum.
"Tapi-"
"Ok. Sampai bertemu lagi Jason. Hubungi aku jika kalian sudah selesai dan ingin pulang." Sharon berjalan dengan terburu-buru sambil melambaikan tangan ke arah kami dan menghilang di tengah kerumunan orang.
"Uh...jadi Jason, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Dia menatapku. Aku, entah bagaimana, dapat melihat jika dia gugup, atau itu hanya halusinasiku saja.
"Aku...uh...tidak punya rencana," aku sangat-sangat gugup, maksudku, apa-apaan Sharon meninggalkan aku berdua dengan Colton di sini. Walau aku, di sisi lain, berterima kasih kepadanya karena memberikan waktu berdua dengan cowok ini.
"Jalan-jalan?"
"Okay..."
Kami berjalan keluar dari toko kamera. Kami hanya berjalan memutari mall yang cukup besar ini dengan keheningan yang mengganggu mengikuti kemanapun kami berjalan.
"So, Jason apa yang ingin kau lakukan?" Dia menatap ke arahku.
"Uh...entahlah...kau ingin melakukan apa?" Aku kembali bertanya kepadanya tanpa menatap ke arahnya.
"Hmm...aku juga tidak tahu," dia menatap ke arah depan, "mau ke toko olahraga di sana?"
"Ya tentu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The One Who Saved Me (boyxboy)
Jugendliteratur"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan seseorang berjalan atau cerita apa yang ia simpan selama ini. You only know his name and not his story." ------- Jason Easton, cowok pendiam yang tidak senang bersosialisasi. Terlalu senang menyendiri...