Beberapa tahun kemudian,
Di sudut aula yang penuh kebisingan siswa, Liona menidurkan kepalanya di atas meja. Sudah lima belas menit ia tertidur di dalam aula pada saat hari terakhir masa orientasi siswa. Semua siswa memberi tepuk tangan yang meriah saat Bapak kepala sekolah selesai memberi pidato penutupan MOS, ya pidato ini yang membuat Liona tidur.
Beberapa saat kemudian para guru keluar aula dan para siswa sibuk dengan bawaannya untuk bersiap pulang. Liona disana masih tertidur.
"Woi!" sebuah bentakan dan gebrakan meja membangunkan Gadis itu. Ia tersentak dan segera bangkit dengan keadaan bingung. Disana ia dikelilingi empat anak perempuan yang agak lebih tua dari Liona, memandang gadis itu dengan sinis.
"Oh udah selesai yah." ujar Liona pelan tidak menghiraukan tatapan tajam dihadapan dia. Dengan tenang ia membereskan buku-buku, memasukkan nya kedalam tas lalu berdiri.
Namun, saat dia hendak keluar dari deretan meja, tangannya ditarik paksa oleh salah satu anak perempuan tersebut. Alhasil tubuh kecil Liona kembali terduduk, nyaris terjungkal.
Ia meringis tak suka."Anak baru kok songong, lu kok bisa-bisa nya baru MOS udah berani tidur?" bentak perempuan berambut agak pirang, dengan mata yang terus menatap tajam wajah Liona.
Liona diam bergeming, hanya helaan napas yang keluar dari mulutnya, merasa lelah dengan omong kosong ini. Ia sudah muak dengan budaya sekolah yang tidak pernah luntur ini.
Senioritas itu sampah
"Jawab dong! Budek lo?!" satu perempuan bermata biru mulai menyahuti, ah mungkin dia pake softlens, pikir Liona.
"Ahhh gini kakak-kakak ku, saya ini ngantuk. Jadi kalo ngantuk tu harus apa? Kalo bukan tidur?" sahut Liona sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah bekas tarikan si singa betina lapar ini.
Mereka menatap tak percaya setelah mendengar sahutan Liona. Makin geram karena baru kali ini disahuti tanpa rasa takut oleh adik kelas, lalu tanpa disadari Liona. Sebuah tangan meraih rambut nya dan menjambaknya secara kasar.
"Gilak, lo berani hah sama kita? Lu anak baru sialan." Perempuan yang bertubuh sedikit lebih besar dari yang lain mulai melakukan kekerasan fisik terhadap Liona.
Tangan Liona mencoba menahan tangan perempuan yang diduga ketua geng itu. Ia menatap Liona dengan tatapan ingin membunuh, Liona hanya bisa meringis dan berteriak menyuruh mereka melepaskannya. Sisanya menertawakan Liona yang mengerang kesakitan.
Tak berselang lama, suara hentakan kaki terdengar memasuki ruangan.
"Naya, imel, ida, Lina!" suara bentakan menginterupsi mereka. Membuat perempuan itu berhenti menjambak Liona. Tubuh Liona nyaris terjungkal lagi, karena dia melepaskannya dengan agak sedikit kasar.
"Berandal! Lagi-lagi kalian. ikut saya!" seorang pria muda memakai seragam coklat menatap geram ke arah empat perempuan yang baru saja merundungi Liona.
Matanya melirik sekilas ke arah Liona yang wajah nya sudah merah menahan tangis. Ia membenahi rambut nya, menguncir nya kembali."Kamu juga ikut saya," pria itu menunjuk Liona. Dengan malas Liona bangkit dan berjalan di belakang rombongan si perundung tersebut. Berjalan menuju ruangan yang bertuliskan, Ruang Wakil Kepala Sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little BIRD : Junior High School (On going)
Teen FictionWarning : Berisikan SelfHarm, Bullying dan scene percobaan suicide. Tolong dibaca dengan bijak. Jangan lupa Vote, komen nya ya. Itu salah satu bentuk apresiasi untuk penulis. Terimakasih Selamat membaca 🕊 Segalanya yang terangkum dalam sebua...