Chapter 6: Tragedy

16 3 0
                                    

Diatas itu kak Dellon. Kakak tersayangnya Haky, anggap matanya sama warnanya....

"Gue mil--"

BRAK!

Seseorang berlari dan menabrak gue. Belum selesai ucapan gue, gue udah terdorong menuju jalan raya yang tadi gue punggungi.

TEEEN...!!!

Klakson? Waktu terasa lambat sekarang. Sangat lambat. Tatapan gue kosong, masih kaget karena terdorong. Apa... gue bakal ketabrak? Gue, gak mau masuk rumah sakit lagi. Gue gak mau koma lagi. Gue gak mau orang khawatir!

TEEEN...!!!

Klakson itu makain terdengar. Badan gue seperti tak bernyawa. Gue gak bisa apa-apa. Badan gue masih dalam posisi terjatuh, tapi belum mengenai aspal. Masih diantara berdiri dan terjatuh. (Anggap lagi slow motion)

TEEEN...!!!

Klakson itu makin jelas terdengar, begitu juga suara orang-orang yang panik dan kaget terdengar jelas oleh gue. Gue... bakal ketabrak?

Author POV

BRAK!

Orang yang berlari itu tanpa sengaja menabrak Haky yang ada di pinggir jalan, berbicara dengan Rival, maaf salah. Rian maksudnya. Tubuhnya terjatuh kearah jalan, dan disaat itu juga, mobil dengan kecepatan tinggi melaju dari kejauhan.

Klakson mobil terdengar, jeritan orang-orang yang mulai panik juga mendominasi. Sementara itu, Rian masih berdiri ditrotoar, memasang wajah bingung dan panik miliknya. Saat klakson mobil terdengar untuk ketiga kalinya, dan mobil itu hanya tinggal sedikit lagi mengenai Haky yang hampir terjatuh, sebab badan Haky yang masih gak jelas. Terjatuh atau berdiri. Jarak mobil tinggal beberapa meter, dan semua orang panik saat itu, termasuk Rian.

SRAT!

Lalu tanpa disadari, dengan satu langkah ajaib, Rian dengan wajah yang sama dengan saat melawan 2 om-om brengsek kemarin. Datar dan dingin. Dengan kecepatan yang gak tau dibilang apa, dia menarik tangan Haky yang terlentang disana. Tubuh Haky yang tertarik kini telah ada dipelukan Rian.

Rian POV

Seseorang berlari dan menabrak Haky yang tengah berbicara dengan gue. Tubuh Haky yang terkaget itu langsung oleng dan terjatuh kearah jalan. Waktu terasa berhenti sesaat. Tubuh Haky masih dalam keadaan hampir terjatuh.

Bayangan buruk akan masa lalu gue kembali terulang. Kejadian saat Haky diopname dirumah sakit. Gue gak sanggup ngeliat dia terbaring layaknya tak bernyawa disana. Diranjang rumah sakit dia terbaring dengan infus dan berbagai macam alat-alat rumah sakit.

Matanya masih senantiasa tertutup rapat. Tak kunjung terbuka hanya untuk melihat sedikit cahaya. Dia masih disana, sendiri. Didalam kegelapan. Entah apa yang sedang ia lihat. Wajah itu, wajah yang merubah diri gue, kini terbaring lemah disana.

Dan sekarang, dirinya dihadapan gue hampir tertabrak mobil. Gue, gue gak bisa biarin ini! Gue gak mau dia diopname lagi dirumah sakit! Gue gak mau!

TEEEN...!!!

Klakson mobil jelas terdengar kali ini. Sangat jelas hingga membuyarkan lamunan gue. Kembali ke diri gue yang dulu, dingin dan menyeramkan. Mata gue menggelap, wajah gue datar dan dingin. Entah apa yang merasuki gue, tapi setiap hal ini terjadi, gue selalu seperti dulu.

Sadar akan keadaan, dengan satu langkah gue langsung narik tangan Haky yang hampir terjatuh itu. Gue gak mau ngeliat dia diopname kayak dulu lagi, apa lagi kalau gara-gara gue.

Haky yang kini sudah selamat, ada dipelukan gue. Wajahnya pucat dan tampak kaget, gue pun gitu. Tapi gue gak boleh lemah didepan dia, gue bakal lindungi dia, karena gue gak mau hal itu terjadi lagi!

 Pom Pom Aqua! My Age...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang