07

3K 522 73
                                    

Suga selalu memandang ke pintu masuk kafe jika dentingan lonceng yang terletak diatas pintu tersebut berbunyi sebagai tanda kedatangan seseorang.

Setelah membaca berbagai komentar dari para penggemar dan netizen terkait berita kencannya dan Wendy tadi malam, Suga memutuskan untuk menghubungi gadis itu. Tetapi dihentikan oleh managernya karena semalam Wendy dilaporkan langsung mengurung diri di kamar.

Akhirnya, pagi ini Suga menelepon Irene untuk menanyakan kabar Wendy. Dan dijawab tidak tahu oleh leader Red Velvet tersebut karena keempat anggota lain tidak ada yang berani mengganggu dan memberi waktu untuk gadis itu sendirian. Irene juga bercerita tentang berbagai komentar negatif yang terarah pada Wendy.

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya Suga menyerah untuk menunggu dan memilih menelepon gadis itu tanpa suruhan manager. Mungkin ada 7 kali ia menelepon sampai diangkat oleh Wendy dengan suara serak khas habis menangis.

"Kita bertemu siang ini. Di kafe biasa. Bagaimana?"

Tawaran Suga itu akhirnya diiyakan oleh Wendy. Dan disinilah ia sekarang. Di kafe tempat mereka biasa bertemu.

Setelah beberapa menit, akhirnya gadis itu datang. Wendy mengenakan hoodie hitam, masker hitam, dan kacamata. Saat masuk ke kafe Wendy langsung menangkap Suga duduk di tempat yang biasa mereka duduki. Tempat terpojok dan paling tertutup di kafe tersebut.

Wendy menarik kursi dan duduk di hadapan Suga. Ia melepas kacamata hitamnya dan menurunkan maskernya. Suga menahan nafas saat melihat mata gadis itu yang sedikit membengkak dan memerah.

"Are you okay?" tanya Suga. Wendy tersenyum tipis kemudian meraih cangkir mochalatte yang dipesankan Suga lebih dulu untuknya.

Melihat Wendy tak menjawab, Suga menghela nafas pelan. "Mereka keterlaluan, ya?"

Wendy meletakkan cangkirnya. Kemudian memandang Suga dan menggeleng. "Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Jadi wajar saja berkomentar seperti itu."

Suga hanya diam. Tak merespon ucapan Wendy barusan. Dalam hati ia membenarkan ucapan gadis itu.

"Sekarang bagaimana? Jadwal kita dikosongkan dua minggu. Tadi aku diminta untuk bertanya padamu tentang relaksasi sejenak," ujar Suga.

Wendy mengadah memandangnya. "Relaksasi?"

Suga mengangguk. "CEO kami meminta izin pada Lee Sooman seonsaeng-nim untuk membiarkan kita berdua pergi menenangkan pikiran selama jadwal kosong." Wendy memiringkan kepalanya.

"Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"

Mata Wendy kembali terarah pada laki-laki di hadapannya. Kalau ditanya tempat yang bisa menenangkan pikirannya, jawabannya hanya satu.

"Pantai!"

***

Wendy memejamkan matanya menikmati semilir angin laut yang menerpa wajah putihnya. Rambut hitamnya berayun pelan mengikuti arah angin.

Sejak sampai di salah satu pantai di kota Seoul, Wendy langsung keluar dari mobil Suga dan duduk diatas hamparan pasir putih. Ia membiarkan celana dan bagian bawah bajunya basah terkena terpaan ombak kecil.

Sedangkan Suga, ia hanya bersandar di pintu mobilnya dan memandang Wendy yang sedari tadi tidak bersuara. Hanya diam dan sibuk oleh pikirannya sendiri.

Wendy merasa kepalanya benar-benar ingin meledak. Berbagai pikiran negatif dan beban terus menghantamnya. Apa yang akan ia lakukan setelah ini? Apakah penggemarnya masih mempercayainya? Apa mereka marah? Apa mereka merasa dikhianati? Apa mereka akan meninggalkannya?

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang