Menurut Jimin, semua ini tidak adil. Dia sudah menyukai Professor Min sejak dia berkuliah di sini. Sudah lebih empat semester dia mengagumi dosen musik kontemporernya.
Selama empat semester ini dia selalu jadi anak yang baik. Nilainya bagus. Dia tidak pernah datang di kelas Professor Min. Belum lagi semua usahanya untuk membuat dosen itu terkesan.
"Kerja bagus, Jiminie."
Mendengar itu adalah tujuan sementara hidupnya. Dia ingin Professor Min selalu memujinya. Rasanya begitu luar biasa. Seakan dia terbang tinggi ke angkasa dan berjalan bersama malaikat. Dia ingin dapat lebih banyak pujian, jadi dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik yang dia bisa.
Min Yoongi sudah tanpa sadar menanam bibit bunga di dadanya. Setiap kali dia melihat Yoongi, bunga itu semakin tumbuh. Rasanya menyenangkan.
Kim Taehyung adalah teman sekamar Jimin selama empat semester ini. Dia baik, sangat pengertian dan selalu berhasil membawa keceriaan. Namun hari ini ada satu hal yang membuat Jimin merasa dunia ini tidak adil.
Pagi ini di sampai pukul setengah delapan pagi seperti biasanya. Padahal kelasnya akan dimulai tepat pukul delapan, tapi selalu datang lebih awal di kelas Professor Min. Dia akan duduk paling depan dan menatap semua gerak-gerik dosen muda itu.
Taehyung punya seorang pacar. Mereka baru kenal sekitar tiga bulan yang lalu. Pacarnya adalah mahasiswa baru di jurusan menyanyi. Wajahnya lucu seperti kelinci, Jimin suka mencubit pipinya. Namanya Jeon Jungkook. Menurut Jimin, Taehyung mengambil keputusan yang baik karena Jungkook sangat manis dan penyayang. Jimin merasa Jungkook cocok dengan Taehyung akan ribuan hal yang dia tidak bisa sebutkan. Tapi salah satunya yang ada di atas daftarnya adalah karena Jungkook juga berasal dari Busan.
Kembali ke hari tidak adilnya, di sore hari, Taehyung bilang sepupu Jungkook berulang tahun. Jimin juga diundang. Sebenarnya Jimin sangsi untuk hadir. Dia tidak kenal siapa yang berulang tahun. Rasanya dia akan kesepian di pesta nanti, tapi dia tetap datang.
Taehyung sudah memintanya untuk tidak repot-repot membawa kado, tapi Jimin tetap membawanya. Jungkook bilang sepupunya suka apa pum yang berwarna hitam jadi Jimin membelikan sebuah tas punggung dengan desain modern yang tidak begitu mahal di Hongdae. Dia membungkusnya dengan kertas kado berwarna hitam dengan corak emas dan membeli tas kertas dengan warna senada. Jimin hampir merasa berlebihan. Dia bahkan tidak kenal orang yang berulang tahun, kenapa dia mau repot begini?
Jimin datang bersama Taehyung dan Jungkook. Dia duduk di depan. Jungkook datang menjemput mereka dengan seorang supir. Entah anak itu terlalu kaya atau anak itu tidak bisa menyetir.
Saat mereka sampai Taehyung menepuk pundak Jimin dan berkata, "Ikuti kejutannya." dengan wajah jenaka. Jimin kebingungan. Untuk apa ada kejutan? Bukan dia yang sedang mengadakan pesta.
Lalu saat dia masuk ke dalam gedung pesta dan melihat Professor Min menyalami tamu yang datang, dia mengerti. Wajahnya memerah secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Perutnya bergejolak, ada rasa panas di sana. Dia sangat bersyukur dia membawa kado yang layak hari ini.
Jimin berjalan ke depan dengan ragu. Taehyung dan Jungkook sudah hilang entah ke mana. Dasar dua anak itu.
"Selamat ulang tahun, Professor Min." Jimin berbisik ragu. Dia menyerahkan kadonya kepada seorang pria dengan jas hitam di depannya.
"Oh hai, Jimin. Datang bersama Jungkook?" Pria itu membalas. Menatap Jimin dengan senyum yang cerah. Ah, bunga di dada Jimin mulai bergetar.
Jimin melongo. Dia tahu? Jungkook tahu? Taehyung tahu? Apa hanya dia yang bodoh dan tidak tahu apa-apa?
"Ah... Ya. Maaf, sir. Sebenarnya saat baru tahu Anda adalah sepupu Jungkook." Jimin tersenyum canggung.
"Oh ya? Tapi Jungkook dan Taehyung selalu cerita banyak tentangmu." Pria itu menarik lenan Jimin untuk berdiri di sebelahnya sementara dia masih menyalami tamu yang hadir.
Jimin hampir tersedak napasnya sendiri. Apa maksudnya dengan cerita? Kalau yang dimaksud cerita tentang rasa sukanya pada Professor Min, Jimin ingin segera mengubur dirinya hidup-hidup sekarang.
"Maksudnya, sir?" Nada suara Jimin hampir memaki, penuh selidik.
"Hyung saja tidak apa-apa, Jimin. Kita sedang tidak di kampus." Pria itu menyeringai.
"Ah... Oke Yoongi hyung." Jimin membalas dengan suara bergetar. Bibirnya terasa kelu. Sepertinya ada yang salah di sini.
"Jiminie, sebenarnya aku yang meminta Jungkook mengajakmuikut," lanjut Yoongi setelah hening yang cukup lama dan menyakitkan.
"Oh?" Jimin hampir menjerit. Bunga di hatinya sekarang berkembang cepat, tumbuh tinggi dan mekar.
"Aku pikir kau manis, mau membantuku membuat guide untuk beberapa lagu yang akan aku jual?" Kali ini Yoongi tersenyum.
Apa korelasi manis dan menyanyi? Jimin tidak mengerti.
"Ah... A-aku...mau....tentu saja." Jimin menjawab dengan ragu.
"Rasanya tidak adil kalau kita tidak berkenalan duluㅡmaksudnya, aku tidak mau menintanya sebagai dosen. Kau mengerti maksudnya kan?" Yoongi tersenyum canggung.
"Ya... Aku mengerti." Jimin ikut tersenyum.
"Kalau kau mau, kita bisa mulai besok?" tanya Yoongi.
"Besok?" Jimin bertanya cepat.
"Ya, aku bisa menjemputmu dari asrama dan kita bisa ke studioku bersama-sama. Apa kau ada waktu besok?" Kali ini Yoongi mentapnya tajam.
"Oh...tentu hyung." Jimin menghindari tatapan mata Yoongi.
"Kalau begitu, aku akan menghubungimu? Mungkin kita bisa pergi agak siang untuk makan." Yoongi tersenyum dan sedikit mengelus rambut Jimin.
Bunga di dada Jimin bermekaran begitu indah. Seperti ada taman bunga di hatinya. Ini tidak adil, tapi dia suka semua ini.
***
A/N: Tiba-tiba aku nemu draft ini ms word hpku. Kayaknya aku buat ini tepat seelah Yoongi post selca di atas. Kkkk. Agak sayang kalo dibuang, tapi butuh usaha untuk jadiin ff. Jadi aku potong dan post di sini deh hehe. Ada yang butuh plot ff? Boleh silakan pake ini aja. Kalo mau rinciannya(?) bisa pm kkk~
KAMU SEDANG MEMBACA
Servir
FanfictionCollections of drabbles. Basically prompts that I really like and want to write but got no time to turn it to be a fic. Warning: sometimes nsfw, mostly just a rant of my current emotion.