Chapter 11: I'm taking back

303 38 3
                                    

Dari balik pintu, seorang anak perempuan keluar sambil memegang boneka kelinci hitam. Rambut dan dressnya menyesuaikan. Dengan malu, ia berlari menuju Ethan. Bum!

"...Lucia?! Kenapa kau disini?"
"Adikmu, ya?" tanyaku mulai penasaran karena dari awal dia keluar sampai memeluk Ethan dari belakang, selalu menatapku tajam.
"Bukan urusanmu,"

Wah, sinis sekali. Aku hanya bertanya tapi dia membuatku terlihat seperti orang yang sangat kejam di depan adiknya. Apa dia mau jaga imej? Kalau iya, tak usah seperti ini juga, kan. Bagaimana kalau aku balas dendam saja.

"Hey, mau sampai berapa lama kau menahan putriku, Ethan? Kau tak ingin aku menyakiti adikmu yang berharga, tapi sebaliknya, kau menyakiti putriku. Apa kau tak bisa membayangkan berada di posisiku yang sekarang begitu cemas?"

Terlihat di wajah Ethan, rasa kesal karena tahu arti dibalik perkataanku. Padahal aku tidak bermaksud mengancam tapi yah mau bagaimana lagi. Aku kehabisan cara.

"Halo, gadis cantik, kau menyayangi kakakmu kan? Apa kau tidak merasa bahwa kakakmu pelakunya? Pelaku penculikan, atau kau malah percaya kakakmu kalau ia tidak bersalah?"
"Jangan percaya dia Lucia! Jangan tergoda oleh iblis!"

Kau menyebutku iblis padahal kau sendiri iblis. Beraninya memanggilku seperti itu. Ah, aku sudah tidak punya waktu. Setengah badanku sudah hampir menghilang. Aku ambil paksa saja.

"Maaf pangeran tapi aku benar-benar butuh putriku sekarang jadi akan kurebut darimu,"

Kuarahkan tanganku pada sebuah pintu yang sejak tadi memberikan tanda kalau Helena berada di balik nya.   Dan ternyata benar.

"Maaf ya, aku ambil ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf ya, aku ambil ini. Oh iya tuan Putri yang cantik, aku benar kan, kakakmu adalah tersangka, jadi jangan mengira aku ini iblis seperti katanya," ujarku seraya menghilang dari hadapan Ethan. Sekilas aku melihat Ethan menggertakkan giginya tanda kalau ia marah dan kesal bersamaan. Aku hanya terkikik melihat itu karna kupikir itu lucu.

........................................................................

Tok tok!
Aku mengetuk pintu rumah Rika dan segera mendengar suara hentakkan dari dalam.

"Helena!"
"Yo Rika, tak usah terburu-buru, anakmu tidak apa-apa, jadi tenanglah," ujarku menenangkan Rika. Kubawa Helena ke dalan rumah dengan menggendongnya. Rika yang terlihat cemas mengikuti dan memegang erat baju ku. Aku hanya diam karena aku tahu Rika masih shock.

"Tenanglah, putrimu baik-baik saja," ujarku menenangkan Rika.
"Uriel mana?"
"Dia kembali ke dunia langit sebentar. Ada yang ingin dia bahas di perjamuan malam ini,"
"Perjamuan?"

Oh, aku lupa. Rika belum tahu soal ini. Perjamuan para petinggi langit. Harusnya aku ikut. Tapi aku menemani Rika dulu.

"Dia mirip seseorang..."
"Eh?" gumamku terdengar oleh Rika.
"Aku pernah melihat wajah yang sama seperti milik penculik Helena...  tapi itu dulu,"
"Dan 'dulu' itu kapan?" ujar Rika penasaran.
"Sudah beratus-ratus tahun silam, makanya aku tidak terlalu ingat. Tapi.. " Kuarahkan pandanganku ke Rika yang menaruh segelas teh di depanku. Ia menatapku balik.
"Kalau memang dia adalah orang yang sama, maka dia akan menjadi ancaman besar untuk kerajaan langit."
"!!!!"

Heavenly RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang