chapter 2

618 66 22
                                    

Chapter yang lalu...

Sedikit demi sedikit cangkang telur itu ia bantu lepas, kini terlihatlah sesosok bayi mungil yang tak normal.

Eunhyuk tidak percaya ini, bayi itu bermata hitam pekat tapi sendu dan jernih. Lalu warna kulitnya yan berbeda dengannya, biru terang dengan garis-garis biru gelap, belum lagi ada sekat aneh di setiap ruas jari kakinya.

"Ya tuhan... mahkluk apa ini?"
.
.
.
.

Eunhyuk mengusap lendir keunguan yang menempel di tubuh bayi itu hingga bersih, lalu membasuhnya dengan air hangat di kamar mandi.

Awalnya ia memang tidak percaya ini, Eunhyuk masih bingung dengan asal-usul si bayi aneh yang menangis keras saat seluruh cangkang biru itu terlepas, ibarat bayi baru lahir.

ia bahkan mencoba memukul-mukul pipinya agar tersadar, namun itu bukan mimpi atau khayalan, suara tangisan dan lendir di tangannya nyata.

Kini di sinilah ia dengan bayi itu, di atas ranjang dengan perlengkapan bayi di sampingnya.

Untung saja barang-barang milik keponakannya masih tertinggal di sana semenjak sebulan lalu, itu membantu saat-saat yang di butuhkan Eunhyuk, seperti sekarang.

Toh mahkluk ini juga bayi, hanya saja berbeda warna kulit dan bersekat di kaki, itu mengingatkan Eunhyuk kepada kaki bebek. Oh... tuhan, dia tidak boleh berpikir seperti itu.

Sudah ia putuskan,ia akan merawat bayi ini, fisiknya bukan masalah, Eunhyuk menyukai anak kecil, bagitupun dengan bayi biru di hadapannya, ia tampak normal seperti bayi lainnya.
mengerjap, menggerak-gerakkan kaki dan tangan secara acak, tampak sangat menggemaskan.

Eunhyuk menaburkan bedak di seluruh tubuh bayi itu, lalu menggosoknya hingga merata, sesekali ia bersenandung senang seperti seorang ibu yang merawat anaknya, Eunhyuk terkikik memikirkan itu.

"Jha... bayi biru... nama apa yang cocok untukmu?,"

Eunhyuk menatap mata kecil yang sendu itu, obsidian hitam jernihnya tampak kontras dengan warna kulitnya. Ia terus berpikir sambil memakaikan helai demi helai pakaian kecil kepada bayi laki-laki itu.

"Kau seperti laut, matamu terlalu dalam untuk di selami. Jadi..."

Eunhyuk tersenyum simpul, ia merapikan pakaian yang sudah terpakai di tubuh mungil si bayi biru, lalu menggendongnya dengan hati-hati.

"... namamu sekarang adalah Donghae, Lee Donghae..."

Namja itu mengecup puncak kepala bayi biru yang ia beri nama Donghae, menurutnya itu nama yang bagus, sangat cocok dengan fisik Donghae yang berwarna biru, mengingatkannya kepada laut.

Berada dalam gendongan Eunhyuk membuat Bayi itu menggesek-gesekkan kepalanya di dada namja itu sambil mencoba meraup sesuatu, ketika ia tidak menemukannya, ia menangis.

"Aish... eottohke... kau pasti lapar,"

Eunhyuk melupakan hal yang amat penting, makanan bayi itu, atau lebih tepatnya susu. Tidak mungkin ia keluar malam-malam seperti ini, ataupun jika ia bisa keluar, kepada siapa ia harus menitipkan Donghae dengan fisik yang seperti itu. Lagi pula ia tidak memiliki kendaraan, bisa gawat kalau dia jalan kaki.

Sambil terus menimang Donghae, Eunhyuk mengingat-ingat siapa orang yang bisa membantunya sekarang.
Noonanya?, tidak mungkin, mereka tinggal terlalu jauh.
Ryeowook?, juga tidak mungkin, bocah itu pasti kelelahan setelah sekolah seharian penuh.
Lalu siapa?
Yesung?, ya benar, Yesung bisa membantunya.

Tidak butuh wktu lama untuk menunggu Yesung mengangkat telponnya, sahabatnya pasti sedang bermain ponsel di jam segini, dasar tukang narsis di sosmed.

Alien??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang