"Meski mereka terlihat menakutkan, tapi bukankah mereka juga hanya manusia biasa seperti halnya diriku?"
(Meosjin Qwartet)
❄❄❄
BEL istirahat berbunyi, waktunya istirahat makan siang. Siswa-siswa kelas 2-A mulai meninggalkan kursi masing-masing. Namun tak ada satupun di antara mereka yang bisa meninggalkan kelas, karena Hong Shik dengan gerakan secepat kilat telah memblokade pintu.
Siswa-siswa saling menatap penuh kecemasan. Jika Hong Shik sudah menutup jalur keluar kelas, Meosjin Qwartet pasti akan melakukan sesuatu. Seperti yang terjadi pada kasus Wang Min Young tahun lalu. Atau perkelahian antara Jisoo dan Kwangmin, si ketua kelas. Atau kasus-kasus pembullyan lain di kelas 2-A.
Shabira menelan ludah. Ia sangat gugup saat ini. Firasatnya, sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Pasalnya, sejak jam pertama dimulai tadi Jungwoo dan Hong Shik terus memperhatikannya. Pikiran Shabira kacau, ia terus berdzikir menyebut nama Allah.
"Prok...prok...prok..." terdengar suara tepuk tangan dari salah satu siswa, suara itu berasal dari Park Jisoo rupanya.
"Jadi di kelas ini ada anggota baru?" lanjut Jisoo.
Jungwoo, Hong Shik, dan Insoo menatap Shabira bersamaan. Sedang Shabira hanya bisa mematung di kursinya.
"Sayangnya tadi kita dateng telat, jadi gak tahu deh. Iya gak guys?" seru Hong Shik yang tengah menyandarkan punggungnya santai di pintu.
"Hei anak baru, berdiri." pinta Jisoo tenang namun terdengar mencekam.
Dan Shabira pun berdiri tanpa memberikan penolakan sedikit pun.
"Sini..." perintah Jisoo sambil memberikan kode untuk menuju depan kelas.
Shabira berjalan dengan tenang, meski jantungnya terasa ingin keluar dari tempatnya. Shabira tidak takut, ia hanya gugup.
"Karena Meosjin Qwartet belum kenal siapa kamu, untuk itu kamu harus mengulangi perkenalanmu." Go Insoo turut andil dalam dialog ini.
Kali ini Shabira membuka mulutnya, "Bukannya kamu tadi ada saat aku berkenalan?"
Go Insoo tertawa kecil, "Itu tadi aku, bukan Meosjin. Ah benar sekali, kamu ini kan anak baru pasti belum tau siapa Meosjin Qwartet."
Shabira hanya diam. Apalagi saat ini Jungwoo menatapnya dengan intens.
"Maka dari itu, kamu sekarang kenalan ulang. Nanti gantian deh kita yang kenalan." lanjut Insoo.
Sesungguhnya Shabira sudah cukup tahu siapa gang pembully ini lewat cerita Herin. Tidak perlu berkenalan lebih lanjut. Namun melihat kondisi kelas yang semakin mencekam, ditambah perasaannya yang tidak enak karena membuang waktu siswa lain, akhirnya Shabira memutuskan untuk berkenalan kepada gang pembully itu.
"Namaku Shabira. Aku baru pindah ke Korea." jawab Shabira singkat, matanya menatap kedua sepatunya.
"Oh jadi nama kamu Shabira." Jungwoo yang sedari tadi hanya menatap akhirnya membuka mulutnya.
Suara itu begitu mengerikan di telinga Shabira. Berat, serak, dan sangat menganggu.
"Aku baru tahu ada gadis yang sesombong dirimu." lanjut Jungwoo tersenyum tipis.
Apa? Jungwoo menyebut Shabira sombong? Bagaimana bisa? Shabira bahkan baru beberapa detik yang lalu berbicara dengannya.
"Seorang gadis yang menutup seluruh tubuhnya seperti kamu itu namanya sombong." singkat, padat, namun berhasil membuat jantung Shabira mencelos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Boy (REVISI)
Teen FictionSeperti sebuah teka-teki yang sulit dipecahkan, Jo Jungwoo bukanlah seseorang yang mudah diketahui isi hatinya. Jiwa mudanya yang liar. Hasrat kebebasan yang mengalir di darah dan nadinya. Tak mudah untuk membawa laki-laki itu kembali mengenal Tuhan...