11. Adara

55 12 5
                                    

Ketika Adara melewati sebuah toko boneka dalam mall tersebut, ia sedikit tertegun. Lantas mengambil handphone dalam tas nya dan mendial nomor seseorang.

Dalam toko boneka berdinding kaca itu terlihat seorang laki-laki yang berseragam khas anak SMA tengah menempelkan ponselnya pada daun telinga.

“Halo?” Ujar seseorang di sebrang sana.

“Kamu dimana?” Tanya Adara.

“Aku lagi main time zone sama Rendy di mall, disini gak kedengeran. aku tutup ya.” Telpon itu langsung terputus secara sepihak.

Dilihatnya lagi seorang laki-laki dalam toko boneka tersebut menyimpan ponselnya kedalam saku celana abu-abu nya.

Laki-laki itu tersenyum kearah seorang perempuan di sebelahnya yang tengah memegang sebuah boneka panda berukuran lumayan besar.

Laki-laki yang barusan ditelpon nya dan sedari tadi ia perhatikan dari jauh itu adalah, Juna. kekasihnya.

Dan perempuan yang tersenyum disebelah Juna adalah, Syakira. sahabatnya.

***

Pagi ini Adara berangkat bersama supirnya karna Juna tidak bisa menjemputnya, Juna bilang ia akan rada terlambat ke sekolah karna ada sedikit masalah di rumahnya. Adara hanya bisa menuruti perkataan Juna. Namun, ia juga mengakui bahwa berangkat sekolah dengan mobil bukanlah pilihan yang tepat. Macet nya ibu kota jakarta membuat ia hampir 30 menit bulak-balik melirik jam tangan dipergelangan kirinya.

Usaha nya menerobos jalan tikus pun ternyata tidak terlalu berpengaruh. sesampai nya didepan gerbang sekolah, gerbang telah dalam keadaan tertutup. Adara mendengus kasar, karna akhirnya ia akan tetap diperbolehkan memasuki area sekolah dengan catatan, ia harus menyapu halaman parkir para siswa sebagai hukuman.

Ketika sampai halaman parkir dengan sebuah sapu digenggaman nya, hatinya mencelos.

Juna berada disana, baru akan melepas kaitan helm seorang perempuan yang masih duduk bertengger di jok belakang motor Juna, Syakira.

Ketika Juna berbalik akan melangkah menuju area sekolah, tatapan nya bertemu dengan bola mata Adara yang tengah menatapnya sendu. Sedangkan Syakira hanya bisa mematung ditempat. Adara tersenyum menatap keduanya, berbalik badan dan melanjutkan hukumannya menyapu halaman. Berusaha melupakan Juna yang meninggalkan nya kesekolah demi sahabatnya, berusaha mengabaikan hatinya yang berteriak pedih.

Setelah hampir satu jam menyelesaikan hukuman nya, Adara segera berjalan menuju kelas. Sesampainya didepan pintu kelasnya, ia melihat Syakira yang duduk dibangku barisan kedua dengan telinga tersumpal earphone. Ia menghela napas, menghembuskan nya perlahan dan berjalan ke bangkunya yang memang tepat di sebelah bangku Syakira.

Syakira mendongkak begitu mendengar bangku sebelahnya berdecit. Adara menjatuhkan bokongnya pada kursi dan mengambil sesuatu didalam tas.

“Kir, lo udah sarapan?” Tanya Adara pada sahabat disebelahnya.

“Gue... udah. Ehm Dar, gue bisa jelasin yang tadi lo liat,” Cicit Syakira terdengar gugup.

Adara yang melihat wajah Syakira memucat hanya mengulum senyum kecil, “emang apa yang tadi gue liat?” Pertanyaan Adara membuat Syakira diam tak berkutik.

“kita kan udah sahabatan lama, berarti gue harus percaya elo kan? Gue gak mungkin ancurin kepercayaan elo.” Lanjut Adara seolah menyindir sahabatnya tersebut.

Syakira sekarang benar-benar dibuat membisu dengan sindiran halus yang dilontarkan Adara. Namun ia memilih tak membalas perkataan Adara dan mencoba menyibukan diri dengan ponselnya.

Event Pertama: Fiksi RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang