Ti Amore Aiden.
Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan. Karena jatuh cinta itu hal yang wajar.
Namun, bagaimana jika cintamu tak berbalas? Apakah kau masih mengindahkan kata-kata 'bahwa cinta tak harus memiliki'?
Ada beberapa orang yang lebih memilih mencintai dalam diam daripada mengungkapkannya.Karena mereka takut hanya mereka yang memiliki rasa.
Jika kalian memilih mencintai dalam diam. Maka kalian juga harus sanggup melihat dia bahagia bersama orang yang dia cintai. Sekalipun orang itu bukan kamu.
Akan kuberi tahu resiko terbesar dari mencintai seseorang. Resiko terbesar dari mencintai seseorang adalah mengikhlaskan dia bahagia dengan orang yang dia cintai...
Apakah kalian sanggup? Apakah kalian ikhlas? Jika jawabannya adalah tidak. Maka lebih baik ungkapkanlah perasaan itu. Jangan takut cintamu tak berbalas, atau pernyataan cintamu ditolak.
Jika kalian lebih memilih untuk memendam perasaan itu sendiri. Aku tidak akan menyuruhmu untuk mengungkapkannya apalagi sampai memaksamu.
Tapi, jangan salahkan aku kalau kalian akan menyesal suatu hari nanti sama sepertiku. Aku juga dulu pernah menyesal karena tidak pernah memberitahunya bahwa aku mencintainya.
Curhat? Tentu, tidak. Aku sama sekali tidak curhat. Aku hanya ingin membagi kisahku tentang seseorang yang mencintai dalam diam. Jika, kalian berkenan maka bacalah kisahku ini dengan seksama. Siapa tau kita memiliki kisah yang sama...
***
Namaku Viola Kinara Radyana. Panggil saja Vio. Aku bersekolah di sebuah SMA swasta di Bandung, SMA Angkasa.
"AIDEN! AIDEN!"
"SEMANGAT AIDEN!"
"AIDEN WILLIAM PRADIPTA!"
Teriakan itu bergemuruh di lapangan basket SMA Angkasa. Semua siswi berteriak histeris meneriaki nama sang pangeran tampan, termasuk aku.
Aiden William Pradipta itulah nama lengkapnya. Seorang pangeran tampan yang dilahirkan di keluarga Pradipta yang kaya raya. Aiden adalah kapten basket di SMA Angkasa, ia adalah satu siswa yang mewakili OSN Fisika di tingkat Nasional, selalu menjadi ranking 1 di sekolah. Memiliki hidung mancung, alis tebal, bulu mata yang lentik, dan satu lagi senyumnya sangat memesona.
Dia ibarat pangeran dan aku ibarat upik abu. Bukankah upik abu selalu bermimpi mendapatkan suara pangeran? Dia adalah seorang most wanted dan aku adalah seorang kutu buku yang hanya bisa mengaguminya dari kejauhan. Bukan karena aku takut untuk mengungkapkannya. Tapi, aku takut dia menjauh setelah tau yang sebenarnya.
Suatu ketika di saat aku ingin menuju ke perpustakaan. Aku tidak sengaja menabrak seseorang.
"Awww...," ringisku pelan lalu mendongak menatap siapa yang menabrakku.
"A--Aiden?" suaraku bergetar.
Dia tersenyum ke araku dan mengulurkan tangannya. Dan aku dengan senang hati menerima uluran tangannya.
"Maaf ya. Gue bener-bener gak sengaja. Tadi, gue lagi buru-buru," ujar Aiden meminta maaf.
Astaga, Tuhan! Aku sangat gugup berada di dekatnya! batinku menjerit.
"Iya, aku gak papa kok. Lagian aku juga yang salah--"
"Gak gue kok yang salah. Cewek selalu benar," sela Aiden terkekeh pelan.
Melihat Aiden tertawa membuat bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman. Aku terus-terusan memandanginya sambil tersenyum. Sampai aku tidak sadar kalau dia memanggilku berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Pertama: Fiksi Remaja
Cerita PendekKumpulan Cerpen Teenfiction/Remaja Karya Member WWShines. Cerpen ini merupakan Event pertama di grup WWShines. Selamat Membaca Guys!