21. A Silent Voice

187 7 0
                                    


Seorang lelaki sedang menatap kalender yang tergantung di dinding kamarnya. 'Aish, sampai kapan aku seperti ini?' Pikir lelaki itu.

Ia mengacak surai hitamnya. "Dulu aku membencinya, sangat membencinya. Tapi kenapa sekarang aku malah merindukannya?"

'Aish, ini gila.' Pikirnya. Ia mengempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Lelaki itu memejamkan matanya. Tanpa sadar, memori tentang gadis yang dulu ia benci kembali terulang. Setiap kali ingatan itu terulang, rasa bersalah yang ada pada diri lelaki itu pun semakin bertambah.
.
.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru," ucap Guru Kim, wali kelas 6-2.

Murid-murid yang awalnya masih asyik mengobrol dengan yang lain, kini kembali ke tempat duduknya masing-masing. Kecuali satu orang, Ryo.

"Ehm," Guru Kim berdeham di dekat Ryo yang masih sibuk dengan lokernya. "Duduklah, Ryo. Atau guru akan menghukummu lagi," ucapnya.

"Baik, Guru Kim~" dengan malas, Ryo berjalan menuju bangkunya. Lelaki itu memangku dagunya seraya melihat anak baru itu.

"Baik, Guru akan ulangi lagi, hari ini kita kedatangan teman baru. Perkenalkan namamu, nak," ucap Guru Kim di depan kelas. Anak baru itu tak memberi respon apa-apa.

Sudah sekitar 3 menit anak baru itu hanya diam berdiri di depan kelas. Murid-murid mulai berbisik ke teman sebangkunya. "Masa dia tidak dengar, sih?" Ucap salah satu murid ke temannya. Terlihat, temannya itu mengedikkan bahunya. "Mana aku tahu,"

"Ah, guru lupa," Guru Kim menepuk dahinya. Ia menoleh ke anak baru itu, lalu menepuk bahunya. Guru Kim menggerakkan tangannya. Seperti sedang melakukan bahasa isyarat.

Anak baru itu pun mengangguk, lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah buku tulis. Ia membuka lembaran pertama.

'Halo semua! Namaku Sera.'

Ia membuka lembarannya lagi.

'Saat masih kecil, aku tuli. Karena bukan bawaan dari lahir, aku masih bisa mengucap beberapa kata.'

Murid-murid mulai menatap iba anak baru yang bernama Sera itu. Sera membalikkan halaman bukunya.

'Walau begitu, kata-kata yang kuucapkan tidak jelas. Jadi, untuk mempermudah, kalian bisa mengobrol denganku lewat buku ini. Mohon bantuannya ya, teman-teman ^^'

Setelah itu, Sera menutup bukunya. Gadis itu tersenyum manis.

"Cih, menjijikkan sekali," gumam Ryo. "Heh, jaga ucapanmu," ucap Nao, teman sebangkunya. Ryo hanya mendecih kesal.

"Nah, Sera. Tempat dudukmu berada di depan Ryo," ucap Guru Kim. Sera mengangguk, ia mulai melangkahkan kakinya.

Brakk

"Apa?! Aku tak ingin anak tuli itu duduk di depanku! Menghalangi pemandangan saja!"
.
.
Lelaki yang memejamkan matanya itu adalah Ryo. Sekarang ia sudah memasuki tahun kedua SMA, dan itu merupakan ingatannya dulu saat kelas 6 SD.

'Hmph, dulu aku kekanakan sekali.' Pikirnya. "Sekarang dia sudah pergi, karena ulahku. Dan aku merasa sangat menyesal," Ryo menatap langit-langit kamarnya.

"Apa aku bisa mengulang waktu kembali?" Tanya Ryo pada dirinya sendiri. "Kalau bisa, aku ingin merubah perilaku burukku. Memperbaiki apa yang telah rusak dan..." Ryo berpikir dirinya sudah benar-benar gila karena gadis itu.

"... aku pasti akan menerima tawarannya dulu,"
.
.
"Namaku Annaise. Tapi kau bisa memanggilku Ann. Mari kita berteman!" Ucap salah satu murid sekaligus teman main Ryo, Ann. Gadis cantik yang memakai kacamata dan mengepang rambutnya.

Sera menyodorkan buku tulis dan pensilnya. "Astaga, aku lupa. Maafkan aku," Ann menundukkan kepalanya dan cepat-cepat menulis apa yang dikatakannya tadi ke buku milik Sera.

Event Pertama: Fiksi RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang