-Every Human Being Needs An Angel.
"Mau ke mana lo?! Nih, liat ke kaca gue dulu!" teriak salah seorang perempuan berambut pirang dengan tatanan make-up yang cukup tebal sembari memperlihatkan cermin kecilnya kepada seorang teman perempuannya.
"Mampus, mau ke mana lo, hah?" cibir perempuan lain yang sedang duduk di atas meja siswa.
Keadaan kelas cukup ramai dengan kehadiran seorang siswi bernama Maritha. Gadis itu tak henti-hentinya menutupi wajahnya untuk menghindari tatapan langsung dengan cermin yang disodorkan beberapa temannya saat ini.
"Jauhin benda itu dari aku!" pekiknya tatkala beberapa cermin yang dijejali teman-temannya memantulkan bayangan dirinya yang sedang menutup wajah.
"Makanya kalo punya fobia itu jangan aneh-aneh. Masa takut sama kaca? Takut, tuh, sama gue!" tutur perempuan dengan make-up tebal itu.
Dengan langkah dipenuhi kekalutan bercampur marah dan sedih, Maritha melangkahkan kakinya dengan cepat ke luar kelas menuju toilet.
Sementara kerumunan teman-temannya di kelas dia tinggalkan.
Blam!
Maritha menutup pintu toilet dengan kencang hingga menimbulkan bunyi yang membuat ketiga pria yang sedang berkumpul dekat sana sontak menolehkan kepala mereka.
"Woy! Siapa sih yang banting pintu? Gak punya etika banget, sih, lo!" teriak Keagan, salah satu di antara mereka.
Keagan dan kedua orang temannya saling melemparkan pandang dengan seribu pertanyaan yang tak dapat diucapkan dengan kata-kata.
"Gan, kayaknya yang masuk tadi cewek, deh. Itu 'kan toilet cowok," bisik Heldan diiringi oleh anggukan Sterhen, teman-teman Keagan yang saat ini tengah bersamanya.
"Emang iya, Bro? Jangan-jangan itu mbak kunti lagi," timbrung Keagan seiring keluarnya Maritha dari toilet laki-laki.
"Tuh, tuh! Cewek itu, Gan! Masa mata lo buta, sih?"
"Iya, iya, Dan. Gue juga udah liat."
"Sekarang langkah kita apa?" tanya Sterhen yang sontak membuat kedua temannya hening.
"Kuylah, ikut gue," ajak Keagan sembari mematikan puntung rokoknya lalu beranjak dari tempat duduknya mengikuti langkah Maritha.
"Mau ke mana, sompret?!"
Keagan mengisyaratkan tangannya agar Heldan dan Sterhen segera bergegas melihat apa yang dilihatnya.
Terlihat Maritha dengan kesedihan menyelimuti jiwanya tengah duduk seorang diri di taman belakang sekolah. Bening air mata mengiringi kesenduan hatinya saat ini.
"Siapa tuh cewek, Gan?" tanya Sterhen seraya memanjangkan lehernya agar matanya dapat leluasa melihat gadis itu.
"Gak tau gue, Ren. Coba gue ke sana, ya?" Keagan memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Namun belum selangkah derap kaki diambilnya, tak terlihat gadis itu yang tadi duduk di taman belakang.
Lagi-lagi mereka saling melempar pandang seolah mengetahui maksud pikiran di masing-masing otak mereka.
"Setan!!" jerit mereka sambil lari terbirit-birit.
👼👼👼
Dengan keringat yang terus mengucur melalui sela-sela wajahnya, Maritha terus berusaha mengutak-atik layar ponselnya dengan harapan paket data yang dibelinya sebulan lalu belum habis. Sekarang sudah memasuki petang hari dan sebentar lagi sekolah akan ditutup. Namun tak satu pun usaha yang berhasil didapatkannya untuk memesan ojek on-line mengingat tak ada koneksi data yang terpancar dari layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Pertama: Fiksi Remaja
NouvellesKumpulan Cerpen Teenfiction/Remaja Karya Member WWShines. Cerpen ini merupakan Event pertama di grup WWShines. Selamat Membaca Guys!