02

4.6K 412 32
                                    

"Apa ada yang menempati rumah sebelah?" 

Aku berhenti mengunyah dan bertanya pada ibuku yang sedang menyajikan beberapa piring makanan lagi untuk menyambut kepulanganku.

"Oh! Ya, Vin. Seorang duda dengan anak perempuannya yang manis!" jawab ibu dengan senyum lembut yang seperti terpahat rapi di tempatnya. Ia tersenyum dengan cara yang tidak biasa ke arahku, seakan menyuruhku menebak siapa tetangga baru kami, lalu berjalan menuju ayah yang duduk di sebelahku, kemudian mengusap-usap lengannya.

"Mereka berasal dari Wales," lanjut ayah.

Aku menggerakkan rahangku ke satu arah dan menatap ayah lekat-lekat.

"Wales?" ulangku tidak yakin.

"Dari Inggris," lanjut Ayah sambil mengangguk seakan terus memancing agar aku bisa menjawab dengan benar.

"Tunggu. Apa orang itu ... Paman West?" 

"Betul, West Charles Berryland," jawab Ayah mengangguk puas karena aku bisa menebak dengan benar. "Orang yang sama," ulangnya lagi sambil mengangkat alisnya dan mulai tersenyum.

Aku pun tersenyum, menutup mataku,  teringat wajah menakutkan gadis yang kulihat di ujung jalan beberapa waktu lalu.

Go away.

"Berryland," bisikku pada diri sendiri. "Bagaimana aku bisa lupa."

"Kau tak ingat nama keluarganya? Padahal aku mengingat pria itu karena nama keluarganya yang aneh," ujar Ayah diselingi kekehan kecil.

"Ya, kurasa saat itu aku masih terlalu kecil untuk mengingatnya."

Saat itu adalah musim dingin tahun terakhirku di kelas 6 sekolah dasar. Sekolahku dengan anehnya mendapati anak baru di tengah semester. Adik kelas, tahun pertama sekolah, seorang gadis kecil dengan rambut pirang platinum, kulit seputih salju, mata biru kehijauan dan bintik-bintik oranye di hidung dan pipinya. Aku tak mengenalnya, tapi ada sesuatu yang aneh dalam diri gadis itu.

Gadis itu mengeluarkan aroma yang manis.

"Vincent?" Suara Ibu memanggil. Aku menoleh dan tersenyum simpul. "Seingat Ibu, kalian satu SD dulu, bukan? Kau dan anak gadis Tuan West."

"Ya, saat aku akan lulus, dia baru masuk ke kelas satu SD."

"Aku ingat sekali gadis itu selalu mengepang rambutnya dan menyembunyikannya dibalik coat," ucap Ayah sembari mengingat-ingat dan pandangannya tertuju pada langit-langit ruang makan. "Kata West, dia malu memiliki rambut berwarna terlalu terang seperti lampu di kelasnya, sedangkan gadis lainnya memiliki warna rambut gelap. Tentu saja, ini Italia!" seru Ayah dengan bangganya mengangkat cangkir kopinya tinggi-tinggi.

Aku hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Ayah yang berusaha mengingat-ingat masa kecil anak keluarga Berryland itu.

Pekerjaan Tuan West adalah jurnalis dan sekaligus fotografer di sebuah perusahaan surat kabar terkenal di Inggris yang memuat hal-hal mengenai keindahan alam dan tradisi berbagai negara di Eropa, membuatnya harus berkeliling Eropa, alih-alih menetap di suatu tempat dan hidup dengan nyaman seperti keluargaku. Saat pindah kemari, keluarga Berryland masih lengkap dengan sosok Ny. Claire Berryland. Wanita yang terlihat ceria, dan menurunkan semua kecantikan yang ia miliki pada gadis kecilnya. Kecuali senyum lebar milik Ny. Berryland. Anak gadisnya sangat jarang tersenyum lebar dan sama sekali tidak ceria seperti sang ibu.  Dia lebih sering tersipu dan meringis ketakutan pada bahasa Italia yang asing di telinganya.

Mereka dulu tidak tinggal di rumah sebelah rumah kami seperti sekarang. Pertemuan keluarga kami lebih pada sebutan kebetulan.

"Anak gadisnya itu, apa masih sakit-sakitan?" tanya ibu mengingat-ingat dengan wajah khawatir.

The Blackish White (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang