•Awal kah?

5.3K 309 8
                                    


         Aku sedang menghafal bahasa arab di kamarku, namun tiba-tiba sebuah ketukan dari luar mengintrupsikan. Ku kira Ustadz Fatir hanya menyampaikan pelajaran atau memberi tahu jika nanti tidak bisa mengajar, namun dugaan ku ternyata salah. Lebih tepatnya aku dipanggil keruangan kiyai, Subhanallah ini ada apa lagi. Mau tak mau aku harus menurutinya pergi, keruangan kiyai.

"Assalamu'alaikum," ucapku, baru saja sampai diruangan kiyai, dan aku sangat terkejut saat melihat sosok perempuan yang telah membawaku kedalam masalahnya, apa ini ada sangkut pautnya dengan perempuan ini. Ah, sangat menyebalkan, eh Astagfirullah Azmi gak boleh su'udzon, harus husnudzon.

     Aku menghela nafas lega saat keluar dari ruangan tersebut, ku kira akan terkena hukuman lagi, ternyata tidak. Bahkan aku terkejut saat tahu bahwa aku yang memberi hukuman pada perempuan itu, dan ia membuat aku masuk kedalam masalahnya lagi, tapi untungnya aku tidak kena hukuman dalam masalah ini, dan sekarang aku bingung harus memberi hukuman apa untuknya.

    Akupun terus berjalan dikoridor kamar para ikhwan dengan sesekali tersenyum saat ada yang menyapaku.

"Hafidz aku mau bicara sama kamu terus mau minta saran juga," ucapku saat sudah disamping Hafidz dan berjalan kearah kamar yang sama.

"Tumben kamu pake bilang dulu, sepertinya serius banget," ujar Hafidz menatap heran kepadaku.

"Ya entahlah aku juga bingung ini penting apa engga, tapi jangan disini ngobrolnya, nanti ada yang dengar bahaya, dikamar aja ayo cepet," ucapku seraya menarik tangan Hafidz secara paksa.

"Et dah mi, aku bisa jalan kali mi, gak usah ditarik juga," protes Hafidz.

saat kita sudah sampai di kamar aku pun langsung menutup pintu kamar dan duduk dikasur samping Hafidz. "Jadi gini tadituh aku dipanggil keruangan kiyai....." ucapku menceritakan apa yang terjadi tadi. "Nah inti dari cerita ku tadi, hukuman yang pantas buat dia kira kira apa ya? aku msih bingung, kamu bisa kasih saran atau ide gitu?" tanyaku pada Hafidz yang sejak tadi diam karena mendengarkan ceritaku tadi.

"Tumben," ucap Hafidz, tapi anehnya dia tidak mentapku, wajahnya seperti memikirkan sesuatu dengan tatapan kosong lalu tersenyum miring.

"Eh Hafidz," ucapku seraya mengguncangkan tubuhnya.

"Eh iya," ujar Hafidz terkejut.

"Kamu kenapa sih fidz," tanyaku heran.

"Ah engga," ucapnya singkat, lalu merubah raut wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Gimana kalau hukumannya gak boleh pulang kerumah," ucap Hafidz asal.

"Ya kamu, kasian lah dia juga mau ketemu kali sama keluarganya," ucapku agak kesal, karna ku kira saran Hafidz bagus, ternyata biasa saja, malah kasian nanti.

"Terus apa dong?" tanya Hafidz bingung.

"Ya mana aku tahu, makannya aku nanya kamu, malah balik nanya," ucapku kesal.

setelah lama aku berpikir, akhirnya aku sudah tau apa hukuman yang pantas.

"Eh aku udah nemu fidz, makasih sebelumnya, daaah aku mau keruangan kiyai dulu ya," pamit ku pada Hafidzh seraya keluar dari kamar.

"Aneh dasar, dia yang minta tapi dia juga yang punya ide," ucap Hafidz agak kesal. Namun dalam hati Hafidz merasa ada yang beda sama temannya itu. Pertama, Azmi paling anti perempuan. Kedua, pas tau Alma pasti tidak tertarik sama sekali. Ketiga, dia tidak mau mendengar cerita apa pun tentang alma. Ke empat, Azmi tidak peduli dengan masalah Alma, namun sekarang? bahkan Azmi menceritakan kejadian diruangan kiyai dengan mudah saja tanpa beban, biasanya kan kalau ada masalah dengan Alma, dia tidak mau menceritakannya pada Hafidz, paling hanya memberitahu hukumannya saja, bahkan akhir-akhir ini dia sering bercerita tentang Alma, bahkan tadi dia meminta saran, udah dikasih tau tapi kasian, Azmi kan jarang memikirkan itu. Hafidz masih bingung dengan tingkah Azmi belakangan ini.

BerHijrah & Mencintaimu Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang