•Pengorbanan

5.2K 284 15
                                    


           Dalam kehidupan pasti selalu ada pengorbanan yang harus kita relakan, walau itu sangat berharga tapi rela berkorban demi seseorang, entah itu seseorang yang disayangi, disukai atau kah dicintai, kita tidak tahu.

"Loh kok bisa mi? Bukannya kemarin kiyai udah memutuskan aku dikeluarkan dan gak ada kesempatan buat balik lagi," ucap Azmi terkejut saat umminya memberi tahu bahwa, kiyai dari pesantrennya menelepon dan memberi tahu bahwa Azmi tidak dikeluarkan, jadi besok Azmi harus ke pesantren lagi.

"Ummi juga gak tau mas, ummi nanya juga gak dijawab sama kiyainya," ucap umminya Azmi.

"Kok bisa ya?" tanya Azmi pada dirinya sendiri.

"Udah jangan terlalu dipikirin, yang penting kamu bisa balik lagi kepesantren yang kamu idamkan dari dulu," ucap umminya Azmi seraya tersenyum.

"Iya, tapi kayak ada yang mengganjal aja ummi," ucap Azmi keukeh.

"Yaudah, besok setelah kamu sampai pesantren kamu tanya aja sama kiyai, siapa tau kalau sama kamu dijawab," saran umminya Azmi.

"Iya deh mi," ucap Azmi seraya mengangguk.

"Oh iya, abi udah denger kabar ini?" tanya Azmi.

"Belum, kan dia belum pulang, nanti ummi kabarin," jawab umminya Azmi seraya tersenyum kepada anak sulungnya, namun Azmi tidak tersenyum balik kepada umminya, melainkan menundukan kepalanya dan bersedih.

"Kenapa mas? Kok murung gitu muka nya?" tanya umminya Azmi saat melihat wajah anak sulungnya yang ditundukan tadi.

"Mas kan belum minta maaf sama abi mi, mau minta maaf juga abinya sibuk mulu, nanti kalau mas keburu kepesantren terus belum sempet minta maaf sama abi itu gak enak ummi, gak tenang selama di pesantren, terus mas juga takut abi marah sama mas, terus abi gak mau maafin mas," ucap Azmi seraya menahan air matanya yang ingin keluar.

"Masya Allah, aku bersyukur pada-Mu ya rabb, kau karuniakan ku anak yang bertanggung jawab yang berjiwa lembut, yang menyadari kesalahannya," ucap umminya Azmi dalam hati.

"Nanti setelah abi pulang kamu coba bicara sama abi ya," saran umminya Azmi seraya mengusap rambut anak sulungnya.

"Tapi aku takut, ummi," ucap Azmi.

"Udah gapapa nanti ummi kasih kode ke kamu kalau abi lagi gak sibuk, oke?" ucap umminya seraya memberi semangat.

"Oke," ucap Azmi lesu.

"Ah masa gak semangat sih mas," ucap umminya Azmi seraya berpura-pura cembrut.

"Iya ummiku," ucap Azmi seraya memegang kedua pipi umminya dan mencium pipi kanan umminya.

"Tumben gak malu cium pipi ummi," ledek umminya.

"Ummi mah gitu, kalau gitu nanti mas gak nyium-nyium ummi lagi deh, mending nyium dek rara aja," ucap Azmi pura-pura merajuk.

"Dasar," ucap umminya Azmi seraya mencubit pipinya Azmi dan pergi kearah dapur.

***

        Tidak ada yang memberitahuku, kenapa aku bisa masuk kembali kepesantren, bahkan saat aku menanyakan pada kiyai, bukannya menjawab melainkan mengalihkan pembicaraan, temanku pun tidak ada yang tahu, anggota hadrah pun tidak tahu. Tidak mungkin aku bisa kembali begitu saja kepesantren ini lagi, seperti ada yang mengganjal di hatiku, ada segudang perasaan penasaraan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa sih mi, bengong mulu," tegor Hafidz.

"Ah— gapapa," ucapku seraya memaksakan untuk tersenyum.

BerHijrah & Mencintaimu Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang