Aku bisa melakukannya ...
Tetapi tidak mau melakukannya ...
***
"Tangan kamu gak pa-pa, Sey?" Ruka bertanya cemas. Tangan kanan Seyna diperban, tidak salah lagi ... memang mengalami luka bakar. Ruka tidak sempat bertanya apapun soal kejadian dua hari lalu. kemarin sore, dia sempat mau menjenguk, tapi ternyata Seyna sudah keluar dari rumah sakit.
Saat ini, Seyna sudah kembali ke rumah keluarga besarnya. Yang Seyna tahu, darahnya memiliki fungsi yang cukup ampuh untuk mengusir roh atau pun Undied. Karena itu, saat ini nyaris setiap sudut dinding rumahnya memiliki cap lima jari.
Orangtua Seyna tidak mau puteri mereka melukai diri sendiri lagi, karenanya, Seyna memilih mengambil darah lewat suntikan yang kemudian langsung dia pergunakan.
"Gak pa-pa." Seyna menjawab datar. Pagi-pagi, di depan kelas dia sudah disambut Ruka, "aku masih punya tangan kiri."
"Dua tangan kamu sama-sama berharga." Ruka meraih kedua pergelangan Seyna kemudian tersenyum kecil, "jadi harus sama-sama dijaga. Tapi kok bisa ya gosong kayak kemarin? Padahal gak kena api atau listrik."
"Kamu juga gak usah sok kuat padahal lagi kerasukan." Seyna mencebik. Ruka nyengir canggung. Wajahnya pucat, dia berkeringat dingin. Ada tiga roh yang menempel menggelayut manja di kedua kaki Ruka. Seyna menepis tangan Ruka kemudian menyentuh leher pemuda itu.
Dalam sekejap, roh itu menghilang.
"Cuma bisa hilang kalau kamu yang sentuh, ya? Gak pengaruh kalo aku pegang kamu duluan?" Ruka bernapas lega saat tubuhnya terasa lebih ringan.
"Hm, gak guna kalo kamu yang modus."
Derai tawa Ruka menarik perhatian orang-orang. Seyna masuk kelas, Ruka mengekorinya. Seyna duduk, Ruka mengambil bangku di samping kanannya. Lalu, gadis itu menoleh menatap pemuda itu heran?
"Kamu ngapain di sini?"
"Itu, kemarin aku ketemu kepala sekolah, 'kan. Terus aku bilang Seyna kesepian sementara satu-satunya di sekolah yang berani sama kamu Cuma pacar kamu doang."
"Pacar?"
"Aku." Ruka terbahak percaya diri. Seyna menghujaminya dengan tatapan keji. Berdehem, pemuda itu menambahkan, "jadi biar kamu gak kesepian lagi, aku boleh duduk di samping kamu. Kita jadi sekelas, horeeee!"
Tanpa tahu malu, dia selalu saja heboh sendiri. Seyna ingin menyanggah, tapi kata-kata Ruka ada benarnya. Walau status pacar itu hanya diklaim secara sepihak. Seyna tidak pernah berpikir mereka akan pacaran. Ruka itu pasti menyusahkan. Lagipula, paling dia menyukai Seyna karena bisa mengusir roh-roh yang sering merasukinya saja.
"Diem." Seyna berdiri. Dia mendekati Ruka sehingga tawa pemuda itu terhenti. Seyna menyentuh bahu Ruka, menatap tajam sekumpulan anak kecil dengan aura merah kehitaman yang bermain di depan pintu.
Sudah dia duga. Satu Undied dewasa dibunuh, akan mengundang banyak Undied yang lain. Seyna tidak peduli kalau orang-orang yang selama ini menggunjingkannya mati. Lagipula, mereka mati akibat kesalahan mereka sendiri. Tidak sengaja menghilangkan nyawa seseorang, atau mengganggu ketenangan para Undied yang sedang beristirahat tenang.
Hanya saja, Seyna tidak tahu apa yang diperbuat Ruka sampai dirinya juga diincar? Terburuk, yang nyaris membunuh Ruka itu Undied dewasa.
"Ruka, apa kamu pernah bunuh kucing, anjing, atau hewan peliharaan orang lain? Atau kamu pernah gak sengaja bikin seseorang mati? Atau ada temen juga sanak family kamu yang sebelum mati punya kemarahan besar ke keluarga kamu?"
"Kenapa kamu tanya gitu?" Ruka keheranan. Pegangan Seyna di pundaknya terlepas. Undied itu berlalu, Seyna kembali duduk di bangkunya.
"Undied gak pernah ngincer orang yang gak nyakitin mereka. Selama ini yang aku lihat, kebanyakan kayak gitu." Seyna mengingat pengalamannya. Ya, seingat Seyna, mereka yang dibunuh Undied adalah mereka yang menjadi sasaran target dari seseorang atau hewan yang mati.
Kemarahan yang luar biasa besar. Membuat mereka tidak bisa menuju alam baka. Menjadi makhluk kekal di dunia, membunuh targetnya lalu mencari mangsa lainnya.
"Undied itu wujud kemarahan mereka yang mati gak wajar. Mati bawa dendam, gak sudi ke alam baka karena urusan yang belum selesai. Tapi sebagai gantinya, setelah itu mereka gak bakalan bisa nginjak akhirat sama sekali, terus jadi roh gentayangan. Menderita, haus darah. Kalau Undied itu udah jadi wujud dewasa, mereka bahkan bisa bunuh dua sampai tiga manusia."
"Jadi maksudnya, satu Undied cuma bisa bunuh satu orang?"
"Yang aku tau, iya. Aku juga gak paham soal mereka. Sebisa mungkin gak mau berurusan sama mereka." Seyna mengangguk. Dan untuk pertama kalinya, dia melanggar sumpahnya, melewati pantangan dan menyelamatkan seseorang. Seyna sudah membunuh satu Undied. Entah roh itu lenyap ke mana? Yang Seyna tahu, roh yang sudah disentuh oleh darahnya, akan menghilang seolah tidak pernah ada.
"Ruka, kamu yakin gak pernah ngelakuin sesuatu yang bikin seseorang mati bawa dendam? Misal, gak sengaja cincang kucing peliharaan seseorang."
"Ngeri amat! Cincang kucing mah bukan lagi gak sengaja, Beb. Psikopat doang yang berani kayak gitu. Aku, 'kan pecinta binatang. Hewan aja aku sayang, apalagi kamu."
Seyna memberi Ruka sorot rendah saat pemuda itu tertawa garing.
"Sumpah deh." Ruka mengacungkan dua jarinya. Seyna menghela napas kemudian meluruskan pandangan. Berpikir keras sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mungkin saja Ruka memang menyebabkan sesuatu mati tanpa pemuda itu sadari.
Atau itu hanya kebetulan saja Ruka diincar Undied karena gampang dirasuki? Tubuh Ruka memang sasaran empuk para sosok tak kasat mata. Lagipula yang nyaris membunuhnya Undied dewasa, mungkin saja memang sangat menginginkan jiwa Ruka.
Aku gak tahan lagi.
Seyna menoleh ke sisi kirinya. Menatap seorang gadis yang berdiri di sisi jendela sambil menatap keluar –hampa. Sedang depresi. Gadis itu dirundung rasa putus asa.
Lebih baik aku mati. Aku gak tau cara ngadepin Mama sama Papa kalo dia bener-bener nyebarin video seks kami berdua.
Satu lagi calon Undied yang muncul. Kemarahan itu terlihat membara. Aura abu mulai muncul semakin pekat saja. Tidak salah lagi, gadis itu akan mengakhiri hidupnya sendiri. Hanya tinggal menunggu waktu, cukup satu percobaan, dan dia akan mati.
"Ruka, ayo kita taruhan." Seyna menoleh. Untuk pertama kalinya dia tersenyum penuh arti.
"Yang kalau harus cium, ya." Ruka mengajukan bersemangat.
"Boleh."
"Yey. Apa taruhannya?" Ruka menggebu-gebu. Namun perlahan senyuman itu lenyap saat Seyna bicara.
"Menurut kamu, tinggal nunggu berapa jam lagi ada seseorang di kelas kita, yang bakalan mati bunuh diri?"
"Sey-"
"Sekolah, bakalan libur lagi."
Ruka kehilangan kata-kata. Sesaat, dia melihat kilat jahat di sorot mata Seyna. Seolah benar-benar menantikannya. Seolah tidak merasa bersalah kalau ada seseorang yang akan bunuh diri tanpa dicegah padahal Seyna mampu melakukannya.
Ruka berdiri, menyambar lengan Seyna kasar lalu menatapnya tajam, "Seyna, kamu tau orangnya? Siapa yang bakalan bunuh diri? Jawab!"
***
Daripada ke horror, ini lebih kentara ke fantasi, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SSSST!!! (TAMAT)
HorrorSEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Apa yang lebih mengerikan dibanding bisa membaca pikiran orang-orang, mendengar segala isi hati busuk mereka tentangmu? Seyna Kurogami menderita karenanya. Terburuk, Seyna bisa melihat roh...