Mereka mungkin tidak tahu ...
Sesenang apa saat aku bisa bicara denganmu...
***
Seyna dan Ruka makan siang bersama. Membawa bekal masing-masing, dalam hening di halaman belakang sekolah, keduanya tidak membincangkan apapun demi memecah hening.
Di bawah pohon mangga yang rimbun, menikmati semilir angin berhembus lembut. Terik matahari tidak terlalu menyengat. Awan bergumpal menyembunyikan sang surya beberapa saat.
Banyak hal yang Seyna renungkan. Tapi dia tetap tidak bisa membaca apa yang sebenarnya Ruka pikirkan? Kenapa juga dia tidak takut bersama dengan Seyna yang dijauhi orang-orang?
Ruka bahkan tidak bertanya apapun tentang Seyna yang bisa memprediksi kematian seseorang.
Sebenarnya. Seyna yang lebih takut. Entah kenapa segala kemampuan supranatural yang dia miliki saat ini sejak awal bahkan tidak membuatnya terkejut? Seolah dia sudah terbiasa.
Seolah Seyna memang pernah mengalaminya.
"Manusia itu..." Ruka memberi jeda, dia menoleh kemudian mengukir senyuman manis. Membuat Seyna termenung, "makhluk yang bener-bener menarik, ya?"
"Kamu ngomong seolah bukan manusia."
Tidak ada sanggahan. Membuat Seyna semakin penasaran, "atau kamu emang bukan manusia?"
"Aku bukan manusia." Ruka terbahak, "aku pangeran dari Negeri dongeng."
Uwah. Narsis sekali.
"Dari kecil aku itu beda dari yang lain, bahkan paling aneh di antara keluarga aku sendiri. Sering ketindihan, gampang capek, tapi anehnya gak mati-mati."
Ruka berkedip, dia menatap Seyna dalam, "Sey, kamu tau kenapa? Aku dua kali ketabrak mobil ampe parah. Tapi gak mati."
"Takdir."
Jawaban yang mengecewakan. Ruka cengengesan.
"Kamu itu bisa ngeliat makhluk halus, ya?" Ruka bicara kali ini sambil melahap bekalnya.
Seyna diam sejenak. Dia menatap Ruka lama menimang apa sebaiknya dia ceritakan atau tidak? Ini sebuah rahasia. Sesuatu yang kalau disebarkan Seyna akan dianggap gila.
Tapi...
"Aku pernah koma selama 2 tahun. Begitu bangun, aku bisa ngeliat hantu, baca pikiran orang lain, juga... Ngeliat seseorang yang hampir mati."
Ruka mendengarkan.
"Hitam artinya mereka hampir mati, abu-abu, mereka bakalan kecelakaan. Merah mereka dirasuki. Merah kehitaman... Mereka bakalan dibunuh roh jahat. Aku sebut mereka Undied."
Seyna melirik Ruka. Pemuda itu tampang bingung. Tidak memberi respons atas cerita tidak masuk akalnya. Sudah Seyna duga. Walau itu Ruka pasti-
"Kereeeeen!!!" Ruka bertepuk tangan. Dia terlihat senang dan bangga. "kamu bisa ngeliat semua itu? Bener-bener keren."
"Kamu percaya?"
"Percaya dong. Buktinya, kamu bisa ngusir roh yang ngerasuki aku, 'kan?" Ruka tersenyum manis. "kamu emang luar biasa."
"Ini sama sekali gak luar biasa!" Seyna menyentak kesal. Lalu sadar sikapnya salah. Bukan Ruka sosok yang patut Seyna salahkan.
Tapi. Dia memang menderita.
Sesekali, Seyna merasa gila.
"Maaf." Ruka berkata lirih. Tidak bermaksud membuat Seyna marah, dia hanya keceplosan menyuarakan kekagumannya. Tanpa memikirkan bagi Seyna, melihat makhluk mengerikan di sekitarnya tentu saja membuat jera.
"Aku, bisa baca pikiran orang-orang sekitar. Gak bisa temenan sama siapa pun. Karena aku tau gak ada satu pun di antara mereka yang tulus." Seyna meringis, "aku pengen bisa hidup normal kayak yang lain juga. Tapi gak bisa."
"Emang mustahil, sih."
"Hah?"
Ruka tersentak. Melihat raut heran Seyna, dia menjelaskan bahwa harapan Seyna memang terlalu muluk. Seharusnya dia tidak berusaha menghilangkan semua yang sudah terlanjur dia miliki. Sesuatu yang diberikan, hanya bisa diambil kembali oleh si pemberi.
Terutama kalau hal itu berhubungan dengan sesuatu yang ghaib seperti ini.
Terlalu memikirkan cara menghilangkan semua kemampuan Seyna saat ini hanya akan membuat semakin frustrasi. Faktanya Seyna memang tidak tahu caranya. Jadi kenapa tidak mulai coba terima saja?
Jalani hidup sesukanya. Biarkan orang lain berkomentar semaunya. Karena hidup memang selalu seperti itu.
Seberusaha apapun kita memaksa, jika Tuhan tidak berkehendak memang kita bisa berbuat apa?
"Aku, gak bisa bilang 'semangat' ke kamu. Karena aku tau, sekarang pun kamu udah ngerahin semua semangat kamu, segala kemampuan kamu. Support semacam itu cuma bakalan jadi beban." Ruka memiringkan kepala dengan senyuman mengembang, "aku cuma bisa bilang, Sey ... Kamu cukup berjuang semau kamu aja. Hidup ada banyak pilihan. Kamu bisa pilih hal yang paling kamu anggap sesuai."
Seyna terdiam. Ternyata Ruka memang tidak sebodoh kelihatannya. Dia bisa mengatakan sesuatu yang baik juga.
"Terus, aku mau tau Undied itu apa? Kenapa mereka disebut Undied?"
Seyna mengepalkan kedua tangan. Bel pelajaran berbunyi. Keduanya sama-sama merapikan kotak bekal masing-masing. Berdiri dan berjalan menuju gedung sekolah.
"Mereka udah mati. Tapi gak ngerasa mati. Makhluk paling berbahaya. Gak bisa dilihat atau didengar telinga biasa. Gak bisa disentuh, tapi mereka bisa membunuh." Seyna mulai bercerita. Karena Ruka percaya, dia jadi mau bicara.
"Maksudnya?"
"Undied itu roh paling jahat. Mati dengan dendam dan penyesalan. Mereka-"
Seyna yang berjalan selangkah di depan Ruka, terdiam saat merasakan dingin mengenai tengkuknya. Firasat Seyna memburuk. Di lorong menuju kelas lantai dua, dia berbalik dan tercenung.
Aura hitam itu menggelap, berbaur dengan merah darah yang kian pekat. Gadis berlumur darah tepat berada di belakang Ruka, tersenyum lebar, memamerkan semua taringnya yang hitam.
"Seyna?" Ruka merasa heran karena Seyna mendadak bungkam.
Sudah lama Seyna tidak pernah melihat Undied sebesar ini. Biasanya mereka hanya setinggi anak-anak SD yang tidak terlalu dihiraukan olehnya.
Tapi-
"Lari Ruka!"
"Hah?"
"Lari!!!"
"Eh? Kenapa?"
Seyna memucat. Tubuhnya gemetar hebat saat dua tangan merah itu terulur nyaris mencekik Ruka.
Apa yang harus Seyna lakukan?
Berurusan dengan satu Undied dewasa, akan membawanya masuk ke dalam petaka.
Seyna selalu diminta diam.
Sekali dia melanggar pantangan, keluarganya bisa terlibat bahaya juga.
Tapi-
Airmata Seyna menetes menyusuri pipi. Dia menelan ludah beberapa kali.
Kalau Ruka mati.
Dia tidak akan punya seorang teman pun lagi.
"PERGI!!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SSSST!!! (TAMAT)
TerrorSEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Apa yang lebih mengerikan dibanding bisa membaca pikiran orang-orang, mendengar segala isi hati busuk mereka tentangmu? Seyna Kurogami menderita karenanya. Terburuk, Seyna bisa melihat roh...