Delapan

188K 18.8K 1.6K
                                    

Dia ada, aku tiada.
Dia tak ada,  aku tertawa.

***

Seyna duduk di ranjang UKS. Ruka mendekat dengan segelas plastik air mineral yang diambil di dus. Memberikannya pada Seyna agar lebih tenang. Pemuda itu menatap Seyna yang pucat dalam.

"Udah agak tenang?" Ruka tersenyum kecil. Seyna menatapnya sejenak kemudian mengangguk.

Ruka diam lagi dan menyarankan, "Mendingan kamu tiduran aja. Aku yang bakalan izin sama wali kelas."

Ruka membimbing Seyna agar berbaring. Menyelimutinya, kemudian nyaris pergi ketika Seyna meremas ujung kemeja sekolahnya. Pemuda itu menoleh, menyorot tidak paham.

"Bisa, kamu di sini dulu?"

Walau tidak mengerti kenapa Seyna mendadak seperti ini? Ruka mengiyakan begitu saja. Duduk di kursi dengan Seyna yang kini mencengkeram lengan kemejanya.

Seyna... Ketakutan, ya?

Tidak ada yang bersuara. Hanya suara jarum jam yang mendadak terdengar keras. Koridor di depan UKS sepi. Seyna mulai nyaman. Beberapa hari ini dia kurang beristirahat.

Ada Ruka, dia pasti baik-baik saja, 'kan? Lori tidak akan mengganggu Seyna selama gadis itu tidak sendiri.

"Hei, Seyna." Ruka memanggil. Seyna mengangkat wajah, menatap pemuda di depannya yang tersenyum dalam. "Kamu tau, anak kecil yang namanya Lori?"

Seyna terperangah. Namun dia mengangguk, "Hm. Aku tau."

"Kenapa kamu bisa kenal Lori?"

"Ceritanya panjang. Yakin kamu mau tau?"

Mereka diam lagi. Kali ini giliran Seyna yang penasaran. "Ruka. Darimana kamu tau soal Lori?"

Ruka tersenyum misterius. Dia menatap Seyna jenaka, "Ceritanya panjang. Yakin kamu mau tau?"

Seyna nakal!

Suara Lori kembali bergema. Seyna duduk mengedarkan pandangan takut. Ruka hanya terkekeh.

Seyna nakal!

Seyna nakal!

Seyna nakal!

"Ruka-!"

"Seyna nakal." Ruka menyeringai. Perlahan, kepalanya mulai terbelah. Mengalirkan darah dengan banyak belatung ke lantai. Seyna mundur. Memepet ke dinding. Mual saat pemuda di depannya memuntahkan banyak kelabang. "Anak nakal. Harus dihukum."

***

"Sey. Bangun, Sey!"

Seyna terjaga. Napasnya terengah. Dia menjerit saat di depannya Ruka terus saja memuntahi wajahnya dengan cairan hijau dengan kelabang.

***

"Seyna!"

Terjaga.

Seyna duduk spontan. Napasnya memburu, dia mengedarkan pandangan dan Ruka berdiri di sampingnya sambil menatap cemas.

Tidak ada yang aneh dengan wujud Ruka.

Jadi, tadi dia bermimpi di dalam mimpi?

"Minum dulu. Aku kaget kamu tidur sambil jerit-jerit. Mimpi buruk, ya?" Ruka menyodorkan gelas plastik yang tadi Seyna minum.

Seyna menelan ludah. Masih waswas, takut ini juga merupakan mimpinya. Seyna mencubit dirinya sendiri.

Sakit.

SSSST!!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang