Syifa telah sampai di pekarangan Masjid At-Taqwa. Namun, dia tak melihat satu orang pun berada di masjid itu. Dia melihat sekeliling masjid, tapi justru dia hanya melihat satu dua orang lelaki sedang sholat.
Saat Syifa baru saja akan melangkahkan kakinya untuk pulang, tiba-tiba ada yang memegangi bahunya. Syifa menatap ke arah bahunya perlahan. Sebuah tangan putih menempel di bahunya itu. Apa jangan-jangan hantu? Pikir Syifa.
"Duhh, Hantu, Syifa udah tobat ko. Suerr dah, tadi aja gue udah mulai baik sama Ibu tiri gue. Plis, Tu, jangan ganggu gue. Biarin gue hidup dengan tenang," ucap Syifa dengan suara yang bergetar saking kagetnya.
"Ukhti?" Suara lembut perempuan membuat Syifa terperanjat kaget, dan menoleh reflek ke arah sumber suara.
"Lo bukan hantu?" tanya Syifa.
Perempuan itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Nama Saya Fatimah. Ukhti siapa?"
"Gue Syifa. Bentar dulu deh, perasaan nama lo Nurul deh? Ilham suka manggil lo Nurul." Syifa mengernyitkan dahinya bingung.
"Nama saya Fatimah Nurul Afifah, Ukh. Dulu saya memang dipanggil Nurul, tapi semenjak saya masuk SMA IT Al-Ikhlas, saya dipanggil Fatimah."
"Ooh ... bukannya Al-Ikhlas itu pondok pesantren ya?" tanya Syifa yang katakanlah sedang kepo.
Fatimah tersenyum tipis. "Iya. Karena rumah saya dekat dengan Al-Ikhlas, Umi tidak mengizinkan saya boarding di sana," jelasnya.
"Hmm ... lo mesti ikut ke rumah sakit, sekarang!"
Fatimah mengernyitkan dahinya. "Mau apa?" tanyanya bingung.
"Ka Ilham ada di rumah sakit. Dia sakit parah."
"Ilham kenapa?" tanya Fatimah cepat.
"Pokoknya lo ikut sama gue, ayo!" ajak Syifa sambil menarik lengan Fatimah menuju mobil Ferarrinya.
"E eh."
***
Di depan kamar Ilham, terlihat ada Nisa, Aisyah−Uminya Azam−, dan Bi Inah sedang mengobrol. Sesekali mereka terkekeh pelan. Entah karena apa, mungkin karena ada pembicaraan yang menurut mereka lucu.
"Loh, Fatimah, kamu ke rumah sakit juga?" tanya Aisyah saat melihat Syifa datang bersama Fatimah.
"Fatimah mau jenguk Ilham, Ustadzah. Ilham itu temen Fatimah pas SMP," jelas Fatimah.
"Oh iya." Aisyah mengggukan kepalanya sambil tersenyum manis.
Bukannya tadi ada Ustadz muda sama Adiknya yang nyebelin itu ya? kok ga ada sih? Tanya Syifa dalam hati.
Syifa segera mengajak Fatimah ke kamar di mana Ilham terbaring lemah di sana. Saat melihat mata Ilham tertutup rapat, Fatimah memandanginya. Jujur saja, dia rindu pada sosok Ilham yang ceria seperti dulu. Bukan Ilham yang tertidur lemah pucat seperti saat ini.
"Bangun woyy! Ini mantan lo udah ada di sini!" Syifa berteriak tepat di samping telinga Ilham.
Tentu saja, Ilham yang pura-pura tertidur itu langsung menutup telinganya. "Berisik amat sih lo! Lo mending ke luar deh, gue mau ngobrol sama Nurul."
Syifa hendak pergi, namun Fatimah menahannya. "Jika Ukhti pergi, saya juga pergi!" ucap Fatimah.
"Kenapa, Nur?" tanya Ilham.
"Kita bukan mahram, Ham. Tidak baik kita berdua-duaan," ucap Fatimah sambil menundukkan pandangannya.
"Ya udah deh. Lo duduk aja di sofa, Fa. Awas aja kalo lo nguping pembicaraan empat mata gue sama Nurul!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Hijrah #FJSTheWWG
Spiritual1#hijrahcinta "Ta-tapi, kenapa ka Azam memilih saya untuk dijadikan pendamping?" "Bukannya kakak tau, dulu sikapku pada kakak seperti apa?" lanjut Syifa. Azam terdiam sekejap. "Tapi itu dulu kan?" tanyanya singkat. "Dan masa laluku sangatlah buruk...