Bismillahirahmaanirrahiim.
Semoga setiap saat kita selalu berada di dalam ketaatan pada Allah. Dan semoga Allah meridhoi setiap langkah kita, aamiin.***
Dan pada akhirnya, apa yang selama ini kita harapkan ternyata berakhir mengecewakan. Tentu saja, karena kita berharap pada makhluk.
Siapapun yang kita cari, yang kita inginkan, yang kita dambakan, jika memang takdirnya tidak bersama, ya tidak akan bisa. Percayakan saja bahwa kisah hidup terbaik sudah tertulis rapi oleh Sang Maha Pencipta. Bahkan kitab lauh mahfudz pun telah ada jauh sebelum kita dicipta. Yang mesti dilakukan adalah menjadi pemeran skenarioNya dengan sebaik-baik memerankan.
Azam menarik nafasnya dalam-dalam, dan kemudian menghembuskannya. Dia menatap dirinya di cermin. Masih sama seperti dulu. Masih seperti Azam kalem yang menenangkan mata. Sederhana sekali penampilannya saat itu. Hanya menggunakan koko biasa untuk menghadiri acara resepsi Syifa dan Bagas.
Aisyah, Faqih, Zahra dan Zidan telah siap untuk berangkat. Mereka menunggu Azam yang sudah lama berada di kamar, tidak biasanya. Tak lama kemudian, yang mereka tunggu pun keluar dari kamar.
"Ish Ka Azam lama banget sih. Padahal penampilannya biasa aja," ucap Zidan yang memang paling senang mengomentari.
Azam hanya terkekeh pelan. "Orang sabar, disayang Allah," tanggap Azam dengan tenang.
"Yang sabar yah, Zam kamu juga," ucap Zahra yang lantas membisikan sesuatu pada Azam, "aku tau kondisi hatimu. Aku ini kembaran kamu, aku bisa ngerasa apa yang kamu rasa. Aku tau ini berat."
Azam tersenyum tipis mendengar saudara kembarannya itu dan lantas berbisik kepada Zahra, "Sodara kembarmu ini kuat, Ka."
Mereka berdua pun tertawa tanpa memikirkan orang tua dan adiknya yang sedang menunggu.
"Gini nih nasib gak punya sodara kembar, apa-apa sendiri. Udah ah, ayo berangkat kak, Umi, Abi," ucap Zidan yang membuat tawa mereka semua pecah.
Mereka pun berangkat menuju pernikahan Syifa dan Bagas. Sesampainya di sana, Azam mempersilahkan Kakak, Adik dan orang tuanya untuk masuk terlebih dulu. Dia sebelumnya ada janji dengan Ardhan.
"Assalamualaikum, Zam," ucap Ardhan yang baru saja sampai di sana. Saat itu Ardhan menghampiri Azam yang tengah menunggu di dalam mobil.
Azam pun keluar dari mobil. "Waalaikumussalam. Abis dari mana dulu, Dhan?" tanya Azam pada Ardhan.
"Abis nganter pesenan Umi, Zam. Ayo, masuk! Ente siap menerima ini, kan?" Ardhan memastikan kondisi Azam.
Azam terkekeh pelan sambil menepuk pundak Ardhan. "Ane gak selarut itu dalam kekecewaan, Dhan. Udahlah, tenang aja."
Baru saja Azam melangkah, tiba-tiba seorang gadis berapapasan dengannya. Keduanya terkejut. "Astagfirullahal'adziim, " ucap Azam saat mendapati gadis tepat di hadapannya tengah menunduk.
"Maaf, Ukh," ucap Azam yang tidak direspon sama sekali oleh gadis itu.
Sepertinya, Azam mengenali gadis itu. Ya, itu gadis yang kemarin datang ke Pesantren untuk menemani Syifa. Dengan ragu, Azam bertanya, "Namanya siapa, Ukh?"
Gadis yang ternyata Fiany itu tampak ragu pula untuk menjawab. "Eum, cari tau sendiri aja ya." Fiany pun segera pergi, berlalu dari Azam dan Ardhan.
Azam memperhatikan perginya Fiany. Gadis yang dulu pernah ia lihat bersama Syifa. Ada yang aneh dengan Azam yang tidak seperti biasanya jika bertemu akhwat.
"Woy, Zam! Jangan ngelamun!" Ardhan membuyarkan lamunan Azam.
"Astagfirullahal'adziim."
"Ente cari tau di sepertiga malam, Zam. Siapa tau dia jawaban dari doa Ente," ucap Ardhan seakan tau apa yang Azam rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Hijrah #FJSTheWWG
Spiritual1#hijrahcinta "Ta-tapi, kenapa ka Azam memilih saya untuk dijadikan pendamping?" "Bukannya kakak tau, dulu sikapku pada kakak seperti apa?" lanjut Syifa. Azam terdiam sekejap. "Tapi itu dulu kan?" tanyanya singkat. "Dan masa laluku sangatlah buruk...