LIMA

5K 565 13
                                    

Haloooo, udah lama gak update, maaf kemarin kemarin lagi sibuk hehe, yukk langsunh dibaca  aja ^^

.
.
.

Aku melangkagkah dengan gontai menyusuri lorong rumah sakit yang tidak begitu ramai, aku menggeser pintu ruangan yang dimana itu adalah tempat kakeku dirawat.

Yah cuman kakek ku yang mengetahui jika aku memiliki keistimewaan, bahkan ayah dan ibuku tidak mengetahuinya.

"Kakek" pria paruh baya yg sedang terbaring lemah itu menoleh.

"Ah cucuku sudah lama kau tak berkunjung" aku tersenyum lemah dan duduk di kursi samping ranjangnya.

"Kau memiliki masalah ?" Tebaknya seraya menggerakan tangannya yg ingin mengelus kepalaku.

"Kau selalu mengetahuinya"

"Ada apa? Ceritakanlah" aku menunduk dan membayangkan kejadian di depan sekolah tadi.

"Aku membiarkan temanku tertabrak mobil" aku menatap kakekku dengan mataku yg mulai berair.

"Apa karna penglihatanmu itu?" Aku mengaangguk, "aku begitu takut akan terjadi sesuatu pada diriku jika menyelamatkan dan mengubah takdirnya" aku menatap kakekku yg kini menatap atap ruangan.

"Seharusnya aku memberitahumu sejak dulu" ia kembali menatapku.

"Membantu seseorang yang akan terkena sesuatu yang buruk sama sekali tidak akan membuatmu celaka"

"Tapi kenapa aku tiba tiba pingsan dan mengeluarkan darah dari hidungku disaat aku tanpa sengaja menolong seseorang?"

"Mungkin itu hanya kebetulan, percayalah kau tidak akan celaka jika menolong dan mengubah nasih seseorang menjadi lebih baik"

**

Aku berjalan meninggalkan rumah sakit, menatap langit yg dipenuhi awan mendung, akankah turun hujan dimusim panas ini??

Aku segera menaiki bus yang telah menunggu di halte. Aku duduk di kursi dekat dengan jendela, menatap kosong ke jalanan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan.

Kejadian tadi siang kembali terputar diotakku, apakah aku begitu bodoh membiarkan temanku sendiri mengalami hal mengerikan itu tanpa membantunya sedikitpun walau aku tahu jia ia akan mengalami hal buruk itu.

Aku tersadar disaat tetesan air mulai turun dengan perlahan.

"Hujan" gumamku

**

15 menit kemudian aku turun dari bus dan berlari menuju rumahku dengan tas kugunakan untuk melindungi kepalaku dari tetesan air yang tidak begitu deras.

Aku membuka pintu besar itu dan masuk kedalam rumah.

"Kau tak membawa payung?"

"Ibu?" Aku menatap ibuku yang berjalan menghampiriku.

"Tumben sudah pulang, apa pekerjaan ibu sudah beres?" Aku memeluk ibuku, dan iapun memelukku balik.

Aku sangat merindukannya, ia jarang sekali ada di rumah, paling dalam satu minggu ia akan di rumah hanya sehari dan itupun tak tentu.

"Ayahmu sedang dalam perjalanan bisnis di Jepang dan ibu akan menyusulnya besok, ibu pulang hanya untuk memberitahumu itu" aku menghela nafasku.

"Aku kira jika kita telah kembali ke Korea kita akan dapat banyak wakti bersama, tapi ternyata tidak, jika tahu akan seperti ini mungkin aku tidak akan memilih kembali untuk kembali kesini "

"Maaf kan ibu sayang, ini demi kebaikanmu "

"Itu yg selalu ibu katakan padaku, aku akan kekamar" aku meninggalkan ibuku dan berjalan memasuki kamarku.

***

Aku menutup laptop miliku disaat semua tugas berhasil kuselesaikan. Aku menatap jam yang berada di nakas, sudah jam 11.

Setelan tadi aku membersihkan badanku tadi sore aku langsung mengerjakan semua tugasku, menyibukan diriku agar aku tidak kembali mengingat kejadian itu.

Kini aku beranjak menuju tempat tidurku dan berusaha agar diriku merasa mengantuk, tapi hingga jam menunjukan pukul 2 dini hari, tidak ada tanda tanda mengantuk sedikitpun.

Aku mengambil ponselku dan mengecek beberapa akun sns milikku.

Aku mengecek akun instagram miliku dan aku melihat Rose mengupload sebuah foto dimana ia sedang menggenggam tangan yang tertanam selang infus. "Yoojin-ah segeralah sembuh, sebentar lagi ujian akan dilaksanakan, kita akan masuk perguruan tinggi bersama sama bukan?"

Hatiku terasa sakit disaat membaca caption yang Rosè tulis, apa Yoojin belum sadar? Apakah ia mengalami hal yang serius? Hal itu tentu saja membuatku lebih parah dan semakun merasa bersalah.

***

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, aku berjalan pelan entah akan kemana, aku tidak ingin pergi ke sekolah untuk saat ini, efek tidak tidur semalaman menambah alasan untuk tidak  pergi ke sekolah begitu kuat.

Aku menatap sebuah toko bunga dan kakiku melangkah menasukinya, mataku langsung tertuju pada satu buket mawar putih yang begitu cantik

Aku teringat jika Yoojin pernah berkata jika ia sangat menyukai mawar putih, tak fikir panjang aku langsung membelinya dan keluar dari toko bunga.

Langkahku terhenti disaat mengingat jika aku tidak tahu dimana Yoojin dirawat.

"Bodohh, mengapa aku begitu bodoh" gerutuku.

Aku langsung teringat jika aku menyimpan nomor telfon ibu Yoojin.

***

Dan disinilah aku sekarang, berdiri di sampingnya, perban yang mengelilingi kepalanya begitu menusuh jantungku, aku kembali mengingat kejadian dimana aku menahan Rose yang ingin menolong Yoojin.

"Yoojin-ah, joesonghamniida, ini semua salahku, seharusnya aku menyelamatkanmu dan bukan membiarkanmu, maaf aku sangat pengecut, aku terlalu takut jika akan ada sesuatu yang terjadi pada diriku jika aku menyelamatkanmu, aku begitu egois, aku hanya memikirkan diriku sendiri.
Yoojin segeralah sadar, lusa adalah hari pertama ujian dilaksanakan, bukankah kau begitu menantikannya?, sadarlah dan aku akan menbus semua kesalahku"

 aku mendongakkan kepalaku disaat merasaan air mata yan akan segera menetes, aku mengelus tangan Yoojin san segera berdiri, meletakan bungamawar yang kubawa di pas bunga yang kosong. Aku menatap ibu Yoojin dan segera membungkuk.

"joesonghamniida, aku teman yang buruk untuk Yoojin" ibu Yoojin tersenyum lembut dan mengelus kepalaku pelan.

"Ini buka  salahmu, ini tidak ada hubungannya denganmu, mungkin ini sudah takdirnya, Yoojin pasti senang memiliki teman sepertimu" aku menundukan kepalaku

"Pergilah, kau tidak boleh membolos, ujian akan segera dilaksanakan bukan?" Aku mengangguk dan membungkukan badanku kembali.

"Aku pergi dulu, tolong jada Yoojin"

Aku berjalan keluar dari ruangan dan tersentak disaat melihat Taehyung yang sedang bersandar di samping pintu.

"Kau mengagetkanku" ia menegakkan tubuhnya dan menatapku.

"Kenapa kau diam diluar? Kau ingin menjenguk Yoojin? Kenapa tidak langsung masuk saja."

"Aku tak sengaja melihatmu didalam jadi aku mengurungkan niatku." Aku terdiam, dia masih marah rupanya.

"Aku sudah selesai, kau bisa masuk sekarang" aku berjalan meninggalkannya dan baru beberapa langkah, kakiku kembali terhenti.

"Mau pergi ke sekolah bersama??"

***

Maaf di part ini scen taennie nya dikit, next part nya pasti banyak kok.

Yang udah baca please vote + comment ya, makin banyak yg vomment bakalan lebih cepet di next.

Walopun baru pemula dan ceritanya belum sebagus author lain, tetep tolong hargain yaa ^^

💕

My Future Boyfriend (Jennie X Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang