Part 9 - Heart

20 1 0
                                    

Ketika aku membuka pintu apartemenku, aku benar-benar terkejut. Ada Calvin di sana! Dia sedang membolak-balik majalah otomotifnya yang sengaja ditinggal di apartemenku. Aku tidak mengira ia akan datang. Biasanya di hari libur pagi begini, dia dan teman-teman lelakinya akan pergi bermain basketball atau bermain baseball.

Calvin langsung berdiri dan tersenyum ketika melihatku pulang. Tapi senyumnya seketika pudar ketika dia melihat laki-laki yang tak dikenalnya ada di belakangku, sedang menggandeng tanganku pula.

"Cal... kenapa kau ada di sini?" Tanyaku bingung dan canggung.

"Dia siapa?" Tanya Calvin dengan nada tinggi. Dia menunjuk-nunjuk Lincoln. Majalah otomotif kesayangannya dia banting.

Aku lalu melepaskan tanganku dari genggaman Lincoln yang anehnya malah semakin kuat dan kencang ketika dia melihat Calvin.

"Di... dia..."

"Aku Matthew," ujar Lincoln memperkenalkan diri dan menjabat tangan Calvin tanpa ragu-ragu. Sepertinya dia tidak bisa membaca situasi, "Tapi Nona Athena lebih suka memanggilku Lincoln. Dan kau siapa?"

"Kau tidak perlu tahu namaku!"

"Oh wow... dia kasar sekali Nona," kata Lincoln santai. Dia mengangkat kedua bahunya, "Apa aku boleh masuk Athena? Aku haus."

"Kau tidak boleh masuk bedebah!" Calvin mendorong bahu Lincoln.

"Hei-hei, aku bertanya pada Athena bukan padamu!"

"Kau siapa hah? Orang asing tidak sopan yang main pegang-pengang tangan perempuan?"

"Kau sendiri? Kau lebih tidak sopan daripada aku. Main masuk apartemen perempuan, mendorong-dorong tamunya, dan membentak-bentak."

"Jawab pertanyaanku bedebah!"

"Aku temannya dan aku ingin mengantarnya pulang. Omong-omong namaku bukan 'bedebah' dan bukan 'Orang Asing'. Dasar kau freak!"

"Athena tidak pernah memiliki teman laki-laki kecuali aku dan Jasper." Teriak Calvin kalap.

"Itu karena kau menghalanginya freak. Kau terlalu protektif padanya dan mengganggap seolah-olah Athena adalah milikmu seorang."

"Apa!" Calvin mencengkeram kaus Lincoln dan memojokkannya di pintu apartemenku yang sudah ditutup.

Aku dapat melihat kedua tangan Lincoln yang mengepal. Buku-buku jarinya memerah. Sepertinya dia menahan diri untuk tidak terpancing emosi untuk memukul Calvin. Lincoln dan Calvin sama-sama memiliki postur tubuh tinggi dan kekar. Tapi jika keduanya bertarung maka aku berani menjamin pasti Lincolnlah yang menang. Hey dude apa kau lupa bahwa Lincoln adalah seorang pembunuh profesional?

Begitu aku melihat Lincoln mengangkat tangan kanannya-hendak memukul Calvin-aku langsung berlari ke arah mereka berdua. Aku menampar pipi kiri Lincoln dan menggampar pipi kanan Calvin. Mereka berdua terperangah. Antara kaget dan tidak percaya.

"Bisakah kalian menghentikan ini!" Teriakku. Lebih keras dibanding yang kuinginkan.

Dan ajaib, mereka berdua berhenti. Tidak sepenuhnya berhenti sih karena masih ada lirikan kebencian di antara keduanya.

Aku lalu mempersilakan Lincoln masuk-dengan diikuti ketidaksetujuan Calvin. Mereka berdua lalu duduk di sofa kesayanganku. Berseberangan. Karena kalau mereka berdekatan maka perang dingin ini akan berakhir dan menjelma menjadi perang sungguhan. Aku tidak mau barang-barang kesayanganku rusak jadi aku memisahkan mereka.

Aku lalu menghidangkan sirup lavender pada keduanya dan duduk di sebelah Lincoln. Lincoln tersenyum penuh kemenangan sedangkan Calvin memelotot kepadaku tapi aku membuang muka, tidak peduli.

ZoneperestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang