Vote sebelum read hiks:)
Recommended song : Gravity - Sara Bareilles.
-
Dia bagai sutradara sandiwara cinta, dan dirinya adalah pemeran utama. Dia yang mengekong seluruh hidupnya, dan dirinya yang akan menuruti intruksi gila dari sang sutradara.
--
-
Mengambil keputusan menerima beasiswa kuliah dan melanjutkan pendidikan di negeri paman Sam, dan jauh dari orang tuanya yang berada di China nyatanya adalah bukan pilihan yang tepat bagi Hanna, berbekal seonggok kepintaran yang ia miliki nyatanya tak mampu melindungi dirinya sendiri dari kejamnya perlakuan manusia disini. Seolah hati nurani mereka telah hilang di telan bringasnya kota metropolitan New York.
Membiarkan dirinya bersikap seolah manusia lemah dan menerima segala perlakuan keji dari murid yang bernaung pendidikan, membiarkan dirinya menjadi bahan lelucon dari beberapa mahasiswi satu tingkat di atasnya atau yang sama dengannya. Tidak ada yang harus ia lakukan ketika penindasan itu terjadi padanya selain tersenyum.
Hanna harus kuat untuk yang satu ini, sampai kemudian ia bisa menyelesaikan pendidikannya sampai ia lulus nanti dan mendapat gelar sarjana terbaik di kampus. Tumpuan melanjutkan hidup nantinya dan juga harapan satu-satunya keluarga Hanna.
Ia tidak memiliki teman, tidak memiliki sabahabat, tidak memiliki pelindung, Hanna sendiri disini. Namun ia memiliki Sehun, pria yang menawarkan cinta sekaligus menggoreskan luka di hidupnya, walaupun pria itu juga seringkali acuh ketika sang kekasih tersembunyi menerima perlakuan tak terpuji disini.
Seolah takut bila ada yang tahu hal ini akan terjadi sesuatu yang buruk, seperti meregang nyawa contohnya. Karena memiliki kekasih miskin seperti Hanna, atau juga menghitamkan reputasi baik hidupnya saat ini. Karena pria itu menyandang nama 'Anak pemilik Universitas Sentury'.
Telur, tepung, tumpahan spaghetti , itu mendarat sempurna di atas kepalanya. Menyisakan lelehan luka batin mendalam yang ia pendam sendiri.
"Katakan sejujurnya, apa yang telah kau lakukan pada tugasku?" perempuan berambut pirang dan berkaki jenjang itu berteriak marah sembari melempar buku tugas ke lantai kafetaria kampus, tempat Hanna istirahat.
Hanna menghela napas lelah, merasa jengah atas apa yang Jessi tuduhkan berkali-kali. "Memang apa yang aku lakukan?"
"Memang apa yang kau lakukan, kau bilang?" Jessi bersungut marah, mengulangi pertanyaan Hanna tadi. "Kau sengaja menulis kalimatnya dengan salah, kan? Hingga Mr. Paris menegurku!" satu telur Jessi lempar lagi ke wajah Hanna, membuat sang empu memejamkan matanya perih.
"Aku sudah mengerjakan sebisaku. Sama sekali tidak ada niatan mengisinya dengan salah."
"Pembohong!" Jessi merebut bekal sarapan siang yang Hanna buat, lalu melemparnya ke lantai. Membuat Hanna terkesiap. Kemudian berjongkok, mengambil dan memasukan kembali makanannya.
Seolah belum puas menghakimi Hanna, Tangan Hanna, Jessi injak keras dengan sepatu heels yang ia pakai membuat Hanna hanya menggigit bibir bawahnya kuat seraya memejamkan mata menahan sakit. "Kerjakan kembali tugasku dengan benar. Jika aku diberi hukuman oleh Mr. Paris kau yang harus menanggungnya."
Lalu sesaat keadaan menjadi riuh ketika dirinya menjadi pusat perhatian Jessi, mereka yang berada disitu menyerukan suaranya senang. Berbondong-bondong mendekat ke arahnya.
Tidak ada manusia yang peduli, bahkan mengulurkan tangan pun mungkin tidak ada. Berpikir mungkin ini adalah tradisi hidup.
Tangannya perih dan berdarah, "Aku akan mengoreksinya lagi," lalu sesaat pandangannya mengeksplorasi sekitar dan melihat didepan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [complete]
FanfictionPada sisinya dia terus kalah pada perasaan bodohnya, menjadikan wanita seperti tidak punya otak karena terus membiarkan dirinya diinjak-injak. "Seharusnya memang dari awal kau ungkapkan jika memang tak ada sedikitpun perasaan untukku. Sehingga aku...