Semuanya kenangan, memori berputar bagaikan kaset rusak dan terus berputar tanpa henti melintasi fungsi otakku yang kaku, kembali pada satu hak masing-masing. Ketikan seluruh perumpamaan menjadi titik permasalahan, aku tahu.
Kau telah hilang.
Dan hanya satu kata yang dapat aku sampaikan lewat pita suaraku;
Maafkan aku.
Yang sebagian besar menyebabkanmu merasakan luka di atas jerami berduri.
-
-
-
Ketika rasa rindu menyergap menghantam kesadarannya, Oh Sehun tertarik kembali bagai orang gugu yang kosong melewati waktu kepahitan. Kenangannya yang tak pernah sirna dalam segala konklusi setiap gerak pikir otaknya kembali tercantum begitu menyakitkan. Oh Sehun tak pernah menyerah untuk menghilangkankan bayang-bayang elok milik pujaan hatinya kendati waktu telah ikut tergerus oleh kepahitan.
Daya ingatnya masih sempurna untuk bagaimana mengingat semua perjuangannya melawan ketidak adilan yang ia terima. Menyonsong daya bertahannya yang kembali Tuhan uji untuknya, yang ia tahan dengan segala tarikan nafas tidak ikhlasnya, yang Sehun tahan dalam kepalan tinjunya tak terlampiaskan.
Oh Sehun berharap, berharap sedikit mendapat ilham, ilham untuk menguatkan dirinya dalam ketidak relaan ia melepas kepergian kekasihnya yang begitu menohok hidupnya.
Oh Sehun pernah salah dalam mengambil keputusan, ia mengutuk segala pemikirannya dahulu atas menyeret Hanna ke dalam titik permasalahannya. Seharusnya, segera, bara api menghantamnya, barangkali pisau berkehendak datang menusuk Sehun saat ia melakukan itu. Menghantam kepalanya agar Sehun bisa sadar bahwa menyeret Hanna merupakan kesalahan paling fatal saat waktu lalu.
Pada waktu yang terus berjalan, enam tahun telah berlalu dengan sia-sia. Bukan waktu yang singkat untuk Oh Sehun melepaskan, mengikhlaskan kepergiannya yang terenggut secara menyakitkan. Selama enam tahun Oh Sehun diam dalam ketidakperdayaan dirinya untuk menegakkan keadilan, ia bungkam atas apa yang dilakukan oleh keluarganya sendiri. Terutama untuk ayahnya dan David. Sehun bungkam atas mulutnya yang telah percuma mengeluarkan umpatan.
Membiarkan semua itu bagai angin yang berkibar secara cuma-cuma tanpa lelah.
Enam tahun berlalu, Sehun terasa kosong. Tidak tersaji gairah hidup untuk hingar-bingar pencapaiannya saat ini, ia tak sepernuhnya berubah. Hanya dalam statusnya sekarang ia telah penjabat sebagai pemimpin utama perusahaan Productional Bucellati yang menawan serta bijaksana dalam artian pria mapan dambaan kaum hawa. Menjatuhkan David yang tak bisa mengelak atas jatuhnya posisi Sehun saat ini.
Audinya berhenti pada salah satu rumah sederhana yang akhir tahun selalu Sehun kunjungi, ia bergegas keluar. Wanita paruh baya menunggunya disana dengan senyuman hangat. Sehun tersenyum sendu untuk membalasnya, sementara sesak kembali merambati keadaannya yang kelat.
"Oh Sehun!"
Dia..
"Akhirnya kau sampai dengan selamat."
Zhao Mei.
Yang menyambut Sehun dengan serta merta pelukan hangat bagai ibu kandung pada anak lelakinya, tanpa memerdulikan bahwa Sehun yang telah menyebabkan putrinya merasakan penderitaan kehidupan.
Sehun membalas pelukan tak kalah erat, satu kecupan hangat daratkan pada pelipis Zhao Mei yang tampak berbinar senang atas kedatangannya. "Ma, aku rasa kau semakin cantik sekarang." Oh Sehun mencoba merayu dengan baritonnya, kemudian cubitan kecil mengenai pinggangnya. Ia terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [complete]
FanfictionPada sisinya dia terus kalah pada perasaan bodohnya, menjadikan wanita seperti tidak punya otak karena terus membiarkan dirinya diinjak-injak. "Seharusnya memang dari awal kau ungkapkan jika memang tak ada sedikitpun perasaan untukku. Sehingga aku...