Lalu sampai pada waktu itu, aku sadar, bahwa kau memang tak pernah mengharapkanku dalam bentuk apapun.
-
-
Puncak rasa penasaran Jeni pada hubungan Liana dan Sehun berakhir disini, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui hubungan mereka berdua sedangkan hubungan ia dan Sehun hampir menyentuh usia satu tahun. Jeni bukan wanita kejam tak punya nurani yang tega menyiksa seseorang karena orang itu masuk pada hubungannya, merusaknya, lalu meletakkan duri sebagai penghancurnya.
Jeni bukan tipe wanita seperti itu, tapi hanya saja , melihat foto yang dikirimkan oleh salah satu orang suruhannya untuk mengikuti Sehun membuat Jeni benar-benar merasa berang. Disana, tertera Sehun dan Liana berpelukan, pria itu meninggalkannya sendiri hanya untuk menemui Hanna. Perasaan marah terus mengisi dalam hormonnya, hingga ingin meledak namun sia-sia.
Sehun, Jeni mengenalnya satu tahun lalu, keluarganya yang mengenalkannya. Jennie tahu, itu tak lepas dari nama perusahaan di belakangnya, maka saat ayahnya menjelaskan tentang semuanya, Jeni sudah menduga bahwa itu memang benar-benar untuk perusahaan semata. Seharusnya Jennie tak perlu terlalu berharap banyak pada keputusan ayahnya.
Pria baruh baya itu yang selalu mendoktrin dirinya, didikan keras yang ia dapat mau tidak mau Jennie harus menuruti seluruh permintaan ayahnya. Tak bisa mengelak, jika iya, maka perlakuan kasar akan ia dapat. Maka, saat ayahnya mengutarakan Ia dan Sehun dijodohkan, Jennie mengiyakan kendati berat. Mengatakan keluarga Sehun berpengaruh besar dalam saham perusahaan yang dimilikki ayahnya.
Jeni bukan pengabdi cinta atau pengemis rasa kasih sayang dari seorang pria, namun setelah mengenal Sehun, dan melihat perhatian pria itu. Perasaan dan prinsipnya berubah, ia jatuh cinta pada pria itu. Mengikuti waktu dan perasaan itu terus tumbuh semakin besar. Dan ketika ia mengetahui apa hubungan Sehun dan Hanna, ia takkan membiarkan mereka menikmatinya. Kenapa? Jennie hanya tidak mau mereka bahagia, sedangkan dirinya tidak.
Ia meremas ponselnya kuat. Matanya memerah hingga liquid bening itu kemudian terjatuh menuruni pipi. Terlalu sakit baginya,seharusnya memang ia sadar ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sehun. Kendati pandangan pria itu saat menatapnya sama seperti dirinya menatap Sehun, guratan rasa tertera di dalamnya. Hingga Jennie terlena, yang sebenarnya Sehun tak sejujur yang ia pikir.
"Kebahagiaan juga harus ada padaku." Mulutnya perlahan bergetar kelat, Ia memejamkan mata pedih. Jeni tak pernah menyangka ia menangis hanya karena seorang pria. "Aku tidak bisa membiarkannya, biarkan aku kali ini untuk menjadi seseorang yang tak penah aku bayangi."
"Aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja Hanna."
Penghianatan harus dibalas dengan cara keji, dan Jeni perlu untuk melakukan itu. Ia tak peduli pada akhir akibatnya nanti.
-
-
-
Diam, kehangatan terus menjalari genggaman tangannya. Ketika hembusan keluar melewati nadinya, ikatan begitu nyata untuk disentuh. Getaran itu terus mengalir hingga begitu menggelitik mukosanya. Iringan lagu dari Daniel Caesar yang berjudul Best Part mengiri lajunya. Tidak ada yang bersuara selain detak jantung yang terus menggema setiap detiknya.
Hanna melirik Sehun lewat ekor matanya, pria itu sedari tadi diam dan terus menggenggam tangannya erat sembari mengemudikan audinya. Hanna mengetahui sifat Sehun bagaimana, pria itu memang tidak suka banyak bicara, kendati demikian, rasa heran menyelimuti benak Hanna. Sehun, pria itu tak seperti biasanya. Gurat wajahnya menunjukan bahwa pria itu sedang memikirkan sesuatu. Hanna tidak tahu, dan ia enggan untuk menanyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [complete]
FanfictionPada sisinya dia terus kalah pada perasaan bodohnya, menjadikan wanita seperti tidak punya otak karena terus membiarkan dirinya diinjak-injak. "Seharusnya memang dari awal kau ungkapkan jika memang tak ada sedikitpun perasaan untukku. Sehingga aku...