3

1.9K 165 13
                                    

Pagi hari yg cerah, Vino dan kedua adiknya tengah menyantap sarapan pagi mereka.

"Kak Vino, nanti kita boleh jengukin mama Shani gak.?" tanya Kyla membuka percakapan.

"Jengukin.? Memangnya mama Shani sakit.?" Vino juga merasa bingung karna setau nya Shani tidak sakit terakhir mereka bertemu malam itu.

"Kan mama Shani habis di pukul kan pasti sakit" jawab Kyla, "betul..betul..betul.." Zara ikut menambahkan.
Vino kembali berfikir apa ia harus menuruti keinginan kedua adiknya ini atau tidak.

"Dan Kyla gak mau tau, kak Vino harus bales mukul om yg mukul mama semalam" ucap Kyla

"Betul.. Betul.. Betul.." Zara kembali menimpali ucapan kakaknya.

"Mendingan gak usah ikutan ngomong kalau cuma mau ngomong itu" kata Kyla yg kesal terhadap adiknya yg hanya berkata itu berulang-ulang.

"Masih Bagus juga di bantuin" gerutu Zara sambil mengunyah makanannya.

"Oh iya, kakak mau tanya. Kenapa kalian panggil Shani dengan panggilan Mama.? Kenapa gak panggil kak aja.?" tanya Vino yg baru menyadari panggilan kedua adiknya terhadap sepupu dari sahabatnya itu.

"Habisnya dia baik sama kyak mama. Dia juga sayang sama kita. Kalau Zara nangis di sana dia yg diemin. Terus kadang dia nyuapin kita makan" jawab Kyla dengan semangat.

"Benar-benar bidadari" batin Vino.

"Bentar kakak tanya kak Boby dulu yah" ucap Vino langsung menelfon Boby. Karena semalam Boby menginap di apartemen Shani.

Tuutt... Tuutt...
"Halo Bob, lo masih di apartemen sepupu lo kan.?"

"Iya, kenapa.? Naksir lo.? Mau ngajak jalan sepupu gue lo.?"

"Pikiran lo Bob, pagi udah geser aja. Gini Kyla sama Zara pengen ngejengukin Shani. Nah lo tanyain boleh apa gak.? Dia bisa gak gue titipin adek gue ke dia sampai jam pulang kerja."

"Oh, gitu. Bentar gue tanyain dulu."

Vino dengan sabar menunggu Boby dan Shani berbicara, sampai suara Boby kembali terdengar.

"Boscil, dia gak ada acara kok. Jadi aman. Lo bisa bawa adek lo ke sini entar gue sms lantai berapa dan nomer berapa. Jadi lo bisa langsung bawa mereka. Oh iya sekalian gue nebeng berangkat bareng lo yah."

"Oke, gue kesana sekarang."

Telfon pun berakhir. Vino melihat ke kedua adiknya menatapnya balik seolah menunggu kepastian dari Vino.

"Ya udah, kita boleh ke sana. Yuk berangkat sekarang." ajak Vino dan di sambut semangat bahagia dari dua gadis kecil di hadapannya.

------------

Sesampainya di apartemen Shani, Vino menekan bel dan menunggu dengan degup jantung yg tidak beraturan. Entah apa penyebabnya, tapi ia benar-benar merasa gugup. Rasa gugup melebihi dulu ia di tunjuk untuk memimpin perusahaan di usia nya yg masih tergolong muda.

Begitu pintu terbuka, nampaklah gadis cantik berparas bidadari tersenyum menyambut kedatangan Vino di ambang pintu.
Kyla dan Zara yg melihat Shani langsung memeluk Shani, meski yg mereka peluk hanya bagian kaki Shani. (Kyla Zara anak kembar umur 6 tahun. Jadi masih setinggi toge)
Sementara Vino masih sibuk dengan lamunannya sendiri sambil menatap ke arah Shani. Kyla, Zara, Shani bahkan Boby yg memanggil namanya pun tak mampu menyadarkan seorang Raja Vino dari sihir pesona Shani Indira.
Hingga tepukan di lengannya pun kembali menyadarkannya.
"Biasa aja ngeliatnya Boscil" celetuk Boby membuat Vino mati gaya.
"Masuk dulu Vin, ada yg mau gue bicarain berdua aja sama lo" Boby pun berjalan masuk ke dalam diikuti Shani bersama Kyla dan Zara kemudian Vino.
"Aku bikin minum dulu yah Bob" Shani pun berdiri hendak menuju dapurnya untuk membuatkan minum untuk dua orang tamunya.
"Shan, buat Vino kopi aja. Gue gak usah." ucap Boby, Shani mendengar itu mengerutkan kedua alisnya menatap ke arah Vino dan Boby bergantian lalu menganggukkan kepalanya.
Setelah melihat Shani masuk ke dapur, Boby merubah posisinya menghadap ke Vino memasang wajah seriusnya.
"Vin, gue boleh Izin sekali lagi gak.? Gue gak masuk kantor hari ini. Pekerjaan gue, gue take home deh. Gimana.?" pinta Boby. "Alasannya.?"
"Lo inget pacar Shani yg malam itu nonjok lo.?" Vino mengangguk tanda ia juga mengingatnya. Bahkan sangat mengingatnya, karna ulah lelaki itu membuat pipinya memar.
"Namanya Dyo, semalam dia neror Shani dengan nelfon terus-terusan dan ngirimin ratusan Chat ke hp Shani. Dan di chat yg sempat gue lihat, dia mau kesini hari ini. Dan gue gak mungkin ninggalin Shani gitu aja Vin. Lo udah liat gimana sikap dia ke Shani." jelas Boby. Baru akan menjawab, Shani membawakan secangkir kopi susu dan meletakkannya di hadapan Vino.
Boby yg melihat itu pun bingung, bukan karna Shani benar-benar hanya membuatkan minuman untuk Vino. Tetapi yg di buat oleh Shani adalah kopi susu, sedangkan Boby sangat mengetahui dan hafal dengan selera minum sahabatnya itu. Vino hanya menyukai kopi, tidak dengan susu. Itu akan membuatnya pusing dan mual.
Vino yg melihat itu pun mulai gelisah, tak mungkin ia meminum minuman itu. Tapi ia tak ingin mengecewakan gadis yg telah membuatkannya.
Boby yg ingin protes pun batal, karena Vino menyenggol kakinya.
"Terima Kasih minumannya, bisa kan gue ngobrol berdua dulu sama Boby.?" ucap Vino memperlihatkan wajah seramah mungkin.
"Oke, aku tinggal yah Bob." "Zara, Kyla. Kita ke kamar mama yuk." ajak Shani di sambut dengan gembira oleh kedua gadis itu.
Vino kembali menatap punggung Shani hingga hilang di balik pintu.

Rahasia Sebuah Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang