6

1.7K 160 4
                                    

Ini adalah hari pertama Shani mengawali paginya di rumah Vino sebagai pengasuh Kyla dan Zara. Shani pindah ke rumah Vino 3 hari setelah Vino menawarkan kerjaan padanya. barang-barang Shani pun sudah berpindah ke kamar tamu yg berada di lantai satu

"Kyla, Zara. Ayo bangun. Kalian mandi terus kita sarapan yah." ucap Shani membangunkan kakak beradik itu.
Shani tersenyum melihat posisi tidur mereka, Dengan kaki Zara yg melintang di perut Kyla dan tangan Kyla yg berada tepat di wajah Zara. menurutnya itu terlihat menggemaskan sekali.

"Mereka belum bangun.?" tanya Vino kini berjalan mendekat ke arah tempat tidur kedua adiknya.
Shani menggeleng lalu kebali membangunkan Kyla dan Zara.

"Kyla, Zara. Bangun.." ucap Shani sambil menggoyang pelan tubuh kakak beradik ini secara bergantian.

Tak lama kemudian Kyla terbangun lebih dulu daripada Zara.

"Iih Zara." Kesal Kyla lalu menghempaskan kaki Zara ke samping, hingga membuat Zara juga ikut terbangun.

"Kyla kenapa sih.? Ganggu Zara tidur aja." protes Zara yg masih setengah sadar, ia protes dengan mata yg masih setengah terbuka.

"Pagi Ma" sapa Kyla pada Shani lalu mencium pipinya, ia mengabaikan Zara yg bertanya padanya.

"Pagi Mama" Kini Zara yg menyapa Shani. Tapi setelah mencium pipi Shani, Zara memeluk Shani dan menyandarkan kepalanya di bahu Shani dan kembali memejamkan matanya.

"Kok tidur lagi." ucap Kyla lalu menarik rambut Zara, namun tidak terlalu kuat.

"Kyla, gak boleh gitu sama Adeknya." tegur Shani.

"Kyla bilang aja mau peluk mama juga."

"Kalau gue mau, gue bisa peluk mama kapan aja. Mandi lo sana, belum mandi peluk-peluk Mama. Jorok iih" ucap Kyla lalu pergi menuju kamar mandi setelah mengambil handuknya untuk mandi.

"Nanti Zara Mandi yah, terus kita sarapan sama-sama. Mama masak dulu yah." Ucap Shani lembut lalu melepaskan pelukan Zara.

"Vin, kamu mau sarapan apa.? Biar sekalian aku buatin." tanya Shani.

"Aku sama Kyla roti, Kalau Zara nasi goreng. Itu menu yg gak pernah ganti" jawab Vino.

Mereka berdua pun berjalan menuju meja makan.

"Indira, aku boleh tanya sesuatu.?" ucap Vino sambil memperhatikan Shani yg berdiri di sampingnya sedang menuangkan susu di gelas untuk kedua adiknya.

"Boleh, tanya apa Vin.?" kata Shani tanpa menghentikan aktifitasnya.

"Kamu kenapa gak lanjutin kuliah.?" tanya Vino kini ia sudah duduk di kursi nya. Tempat yg dulu menjadi kursi papa nya saat di meja makan.

"Aku mau, sangat. Tapi gak bisa Vin" ucap Shani, lalu mengambil selembar roti yg ia oleskan selai coklat.

"Kenapa.?" tanya Vino kembali.
Shani menghentikan aktifitasnya lalu duduk di kursi sebelah kanan Vino, menatap Vino sendu. Dalam hati Shani bertanya, apa ia harus menceritakan hal itu pada Vino.?
Tapi jauh di lubuk hatinya, ia ingin bercerita pada Vino. Sekedar untuk berbagi keluh kesahnya.

"Gak apa-apa kalau kamu gak mau cerita dulu." ucap Vino tiba-tiba merasa gugup di tatap Shani seperti itu.

Terdengar Shani menghela nafasnya.
"Aku mau langsung kuliah saat setelah lulus SMA. Tapi keadaan gak memungkinkan Vin, dulu Ayah bisa memenuhi semua kebutuhan aku. Tapi itu dulu." tanpa sadar air matanya menetes. Shani langsung menundukkan kepalanya.

"Indira.." lirih Vino. Hatinya benar-benar merasakan sakit melihat bidadarinya menangis di hadapannya.

"Usaha perkebunan ayah mengalami gagal panen terparah sepanjang usaha itu berkembang. Dan ayah terpaksa meminjam uang dalam jumlah besar. Usaha ayah perlahan mulai membaik, tapi gak lama setelah itu ayah jatuh sakit. Bunda bener-bener terpukul dengan kepergian Ayah, ditambah perkebunan kembali gagal."  Shani terus bercerita di tengah tangisnya, masih dengan menundukkan kepalanya.

Rahasia Sebuah Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang