7

1.5K 155 4
                                    

Vino mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan Shani dan kedua adiknya.

Begitu sampai depan gerbang rumah miliknya, Vino dan Boby langsung keluar dari dalam mobil. Vino sempat terhenti untuk melihat sebuah mobil terparkir di seberang jalan, lalu ia melihat ke arah rumahnya yg tertutup. Security yg berjaga di pos depan rumahnya pun tidak berada di pos jaganya. Vino kembali masuk ke dalam mobilnya mengambil sesuatu lalu ia selipkan di bagian belakang tubuhnya.

Ketika ingin masuk kerumahnya sialnya rumah itu terkunci.

"Sial." geram Vino. Emosinya kali ini benar-benar terpancing. "Vin, lebih baik kita lewat pintu..."

Dorr.. Dorr.. Dorr.. (Anggep aja bunyi suara tembakan. 😂)
Boby tak melanjutkan kata-katanya karena terkejut melihat Vino yg mengeluarkan senjata api dari belakang tubuhnya dan menembakkan sebanyak 3x ke arah jendela rumahnya.

Lalu dengan emosi yg masih meluap-luap Vino menendang dan meninju kaca yg masih terpasang agar tak ada penghalang langkahnya untuk masuk ke dalam rumahnya.
Setelah dapat di lewati, Vino dan di susul oleh Boby masuk ke dalam rumah dan mencari Shani.

"INDIRA.." panggil Vino berteriak berharap Shani menjawab. Suasana di ruang tengah sangat sepi.
Tak lama terdengar suara gedoran pintu dan teriakan kedua adiknya dari lantai dua rumah Vino.

"Kyla, Zara."panggil Vino. Sambil mencoba membuka pintu, namun pintu itu terkunci.

"Kakak, tolongin kita" terdengar suara ke dua adiknya membuat Vino semakin emosi.

"Jauh dari pintu dek, kakak mau dobrak pintunya." ucap Vino.
Lalu ia mendobrak pintu kamar adiknya, setelah 3x mencoba akhirnya pintu terbuka.

"Kakak.." tangis kedua adiknya pecah begitu melihat kakaknya datang.

"Udah dek, ada kakak disini." ucap Vino menenangkan kedua adiknya yg berada dalam pelukannya.

"Shani Mana.?" tanya Boby membuat Vino sadar kalau ia belum menemukan Shani.

"Mama tadi di kunciin di kamar bawah kak, tolongin mama." Vino langsung berdiri ingin mengecek keadaan Shani.

"Titip adek gue Bob." ucap Vino dan langsung berlari ke arah kamar yg berada di lantai 1.

"Kyla sama Zara pindah ke kamar kak Vino yah. Terus kunci pintunya dari dalam. Jangan bukain pintu kecuali kak Boby atau kak Vino yg minta bukain yah" pesan Boby dan kedua kakak beradik itu pun langsung berlari menuju kamar Vino dan menguncinya.

Sementara itu. Saat Vino membuka pintu kamar Shani yg ternyata tidak terkunci, pemandangan yg langsung membuat emosi Vino sampai pada puncaknya. Vino melihat Shani menangis dengan kedua tangan terikat keatas dan mulut terikat dengan kain hingga suara rintihannya tak terdengar jelas. Diatas tubuh Shani yg hanya tinggal pakaian dalamnya saja. Berbeda dengan Dyo yg masih berpakaian lengkap. Dyo terlihat begitu bernafsu mencumbu Shani. Bahkan keributan karena ulah Vino tadi pun sepertinya tak membuat Dyo menghentikan kelakuan bejatnya.

Vino menjatuhkan senjata api di tangannya lalu menarik Dyo menjauh dari tubuh Shani.

"BRENGSEK.." Vino menghajar Dyo seperti orang kesetanan, membuat Dyo tak dapat membalas serangan Vino, Dyo hanya mencoba bertahan dari pukulan Vino. Emosinya benar-benar sudah tak bisa ia tahan lagi.

"BERANI-BERANINYA LO NYENTUH DIA" bentak Vino yg masih terus meluapkan emosinya. Mata dan wajahnya terlihat sangat merah, nafasnya memburu. Jelas sekali sejak tadi ia menahan emosinya. Dan di sini lah tempatnya melepaskan segala emosinya.

Vino menarik tubuh Dyo untuk berdiri, lalu menghempaskannya ke dinding dan mencekik leher Dyo.

"MATI LO.." ucap Vino penuh kebencian, matanya semakin memerah.

"Vin, udah. Jangan Gila lo" ucap Boby melepas cekikan Vino dan menariknya menjauh dari Dyo.
Tubuh lemas Dyo pun merosot ke bawah setelah terlepas dari Vino.

"Shani.." Lirih Boby.
Boby langsung berlari ke arah Shani melepaskan ikatan pada Shani dan menarik tubuh Shani untuk duduk lalu menyelimuti tubuh Shani.

Sementara itu Vino masih terus menghujani Dyo dengan pukulannya. Sepertinya pukulan yg Vino berikan pada Dyo sama sekali tak mengurangi emosinya. Padahal Dyo bahkan sudah lemas dan tak melakukan perlawanan apapun karna rasa sakit di tubuhnya.

"LEPASIN BOB. LEPASIN GUE" bentak Vino masih berontak mencoba lepas dari Boby dan ingin kembali memukul Dyo.

"Dia udah Sekarat, lo mau bunuh dia?! Kalau lo masuk penjara siapa yg bakal jagain Shani?!" ucap Boby. Perlahan Mulai tenang.

"Dyo biar gue yg ngurus, Shani butuh lo sekarang." sambung Boby.

Vino Berjalan ke arah Shani yg masih menangis.
Shani duduk menangis tertunduk. Ia memeluk mengeratkan selimut yg menutupi tubuhnya.

"Indira.." panggil Vino. Shani masih terus menangis tertahan.
Vino duduk di tepi kasur lalu memeluk Shani.

"Kalau kamu mau nangis, nangis aja. Jangan di tahan, itu makin bikin kamu sakit indira." ucap Vino sambil mengelus kepala Shani.
Tak lama terdengar suara tangis Shani yg mulai pecah. Itu membuat hati Vino seperti tersayat.

"A-ku.. Aku ta-kut Kak.." ucap Shani di sela tangisnya. Shani menyembunyikan wajahnya di dada Vino. "Aku, aku gak mau.. Ketemu dia lagi" sambung Shani.

"Iya indira, iya. Aku bakal jagain kamu terus. Aku gak bakal biarin dia deketin kamu, apalagi sampai nyentuh kamu. Kamu jangan takut lagi yah, ada aku disini." balas Vino, ia mengeratkan pelukannya pada Shani seakan mengatakan bahwa Shani tak perlu takut selama ada ia di sisinya.

😌😌 Dikit yah chapter ini. 😂 sesekali ceritanya ngegantung.

Rahasia Sebuah Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang