21

1.7K 141 37
                                    

Vino memutuskan untuk pulang cepat hari itu, setelah menerima laporan dari Jevan tentang pertemuan Shani dengan Melody dan Dyo.

Begitu masuk ke dalam rumahnya, Vino langsung mengedarkan pandangannya mencari Shani.

"Indira.." panggil Vino, namun tak ada jawaban.

"Eh kak Vino. Nyari cici ya? Cici lagi semedi di halaman belakang." ucap Gracia yang baru saja muncul dari arah dapur dengan membawa cemilan dan minuman di tangannya.

"Semedi?" Vino benar-benar tak mengerti apa maksud Gracia.

"Cici dari pulang dari kampus tadi udah diem aja gitu, di tanyain juga banyak diam nya." jelas Gracia.
Tanpa menjawab, Vino langsung menghampiri Shani di halaman belakang rumah.

"Main pergi aja, makasih kek gitu. Ya udahlah, mending makan lagi." ucap Gracia, ia membawa cemilan dan minumannya ke ruang tengah untuk menonton TV.

"Indira.." pangil Vino, tapi Shani mash tak menoleh. Akhirnya Vino memilih duduk di ayunan, disamping Shani.

"Kakak? Kakak kapan pulangnya?" tanya Shani begitu menyadari Vino kini telah berada di sampingnya.

"Ngelamunin apa sih? Sampai aku panggil gak noleh."tanya Vino.

"Aku mikirin Dyo sama kak Melody" jawab Shani.
Vino mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Vino.

"Aku mikirin kak Melody pasti kesiksa sama Sikap Dyo yang gak pernah bisa berubah. Dan Dyo, aku berharap dia bisa cepet sadar. Kak Melody itu perempuan yang baik, seharusnya dia bisa memperlakukan kak Melody dengan baik juga." jelas Shani. Ingatannya kembali mengingat kejadian di kampus tadi, dimana Dyo dengan kasarnya menarik Melody untuk pulang bersamanya.

"Kalau dia memang benar-benar manusia dan dia laki-laki, Dia bakal berubah. Sekeras apapun laki-laki, sekasar apapun dia, saat mereka sudah merasakan pendamping yang pantas terlebih sudah memiliki seorang anak. Dyo bakal sadar dengan sendirinya.  Kalau Dyo masih belum berubah juga, berarti Dyo bukan manusia." Ucap Vino.

"Maksud kakak apa?" Shani menatap Vino, ia masih tidak mengerti maksud Vino.

"Melody hamil anak Dyo" Jawab Vino, Shani membulatkan matanya.

"Kakak tau darimana? Kakak bercanda ya? Gak lucu kak." ucap Shani. Ia masih tak percaya.

"Semua hal yang pengen aku tau, pasti aku dapetin Indira. Kamu sih kemarin datang-datang langsung marah gitu. Mukanya nyeremin lagi" ejek Vino, membuat wajah Shani cemberut.

"Iih, kakak aku serius. Kakak tau darimana?" Shani melotot kearah Vino.

"Indira, kamu gak nakutin sama sekali kalau gitu. Aku malah gemes liatnya." ucap Vino, ia tertawa sambil mencubit pipi Shani. Vino tau, Shani melakukan hal itu agar Vino mau memberitahu tentang Melody. Tapi justru wajah Shani yang seperti itu membuat Vino gemas padanya.

Melihat Shani kembali cemberut, Vino menghentikan tawanya dan melepaskan cubitan di pipi Shani.

"Melody udah hamil 3 Bulan, aku tau itu dari orang suruhan aku. Dan itu bisa kamu tanyakan sendiri sama Melody, kalau kamu masih gak percaya. Kamu gak perhatiin ada yang beda dari Melody?" tanya Vino. Shani tampak berfikir.

"Kak Melody gemukan sih kayaknya" batin Shani.

"Iya sih kak, rada gemukan." jawab Shani polos.

"Maka dari itu. Itu karena dia hamil." ucap Vino.

"Aku berharap dia juga berubah, Melody udah cukup tersiksa dengan kelakuan dia selama ini. Semoga dengan kehadiran anak mereka nanti Dyo bisa berubah. Aku mau jelasin ke kamu kemarin, aku ngasih nurutin permintaan Dyo itu karena aku mikirin Melody. Untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan wanita itu gak sedikit, terlebih wanita hamil. Aku mungkin gak suka sama Dyo, tapi gak dengan Melody dan anaknya. Untuk itu aku mutusin bantuin dia." jelas Vino.

Rahasia Sebuah Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang