01

1.4K 70 1
                                    

Matahari siang ini terasa terik,
Seorang Gadis imut berjalan sedikit kesal, sesekali mengusap peluh di dahinya.

Ia harus berjalan menerobos sengatan Matahari yg kian memuncak, mmbuat ubun2 terasa mendidih.

Uring2an Tak karuan yg ia rasakan saat ini, gara-gara tidak mengerjakan tugas karna ketiduran, akhirnya harus menerima hukuman.

Berdiri menghadap Matahari Selama jam pelajaran. Benar-benar membuat kepala Prilly pusing.

Ia berjalan menunduk, menendang kaleng bekas minuman dengan keras.

"Pletaaaaakk!"

"Awshh..." desis seorang lelaki sambil mengusap-ngusap dahinya, yang tanpa sengaja terkena kaleng yang Prilly tendang.

Prilly tak tau jika kaleng yang ia tendang mengenai seseorang.

"Woooy...!! Wooy..!" Teriak orang itu kepada Prilly.

Prilly tak menghiraukan teriakannya. Ia tetap berjalan lurus. Ia juga tak merasa dipanggil, namanya Prilly bukan woy. So! ngapain menoleh.

"Woyy..! Gadis gila, yang pake seragam SMA !" Teriaknya lgi.
Sambil menyembulkan kepalanya pada jendela mobil. Ketika mobil sport yang ia tumpangi tepat berada disamping Prilly.

Prilly mengernyit bingung, menoleh kekanan kiri, memastikan siapa yg ia Panggil, Gadis gila?? Yg benar saja! Prilly tidak merasa gila!

"Lo manggil gue?" Tanya Prilly menunjuk diri sendiri, ia berdecak.

"Siapa lagi kalo bukan Lo!"
Ujarnya dengan wajah masam yang tertutup kacamata hitam.

"Ada urusan apa?" Tanya Prilly datar.

"Pake Tanya lagi!" Ia membuka pintu mobilnya dan berjalan mendekati Prilly.

"Lo udah memarin jidat ganteng gue, dengan kecerobohan Lo!" Prilly malah ingin tertawa mendengarnya,

Mana Ada jidat ganteng! Nggak sekalian pantat ganteng.ckck..

"Ngapain lo senyum2?" Tegur lelaki itu.

"Lo naksir gue!" Sambungnya pede.

"Hey Om!! Nggak Usah ge er dech!" Lelaki itu membelalakkan matanya, ketika mendengar panggilan "om" dari gadis di depannya.

"Yang benar saja! Gue belom om-om kali! Lo kalo mau manggil lihat2 dulu dong!" Sungut lelaki itu kepada Prilly.

"Lo juga harus liat-liat dulu kalo mau manggil orang! Gue juga nggak terima lo panggil gadis gila" Ujar Prilly sambil berjalan melalui lelaki di depannya.

"Eits...! Mau kemana!" Lelaki itu mencekal pergelangan tangan Prilly. Prilly segera menepisnya.

"Pulang!" Jawabnya singkat.

"Oohh..jadi gini lo diajarin disekolah? Nggak bertanggung jawab atas perbuatan yang lo lakuin" Prilly menatap sebal pada lelaki itu, nggak tau banget sih Prilly lagi Uring-uringan ditambah lagi harus bertemu lelaki gila!

Prilly merasa ingin membotaki kepalanya.
"Maaf.." Ucap Prilly malas, ia sedang malas berdebat.

"Gampang banget ya lo minta maaf, lo udah nyelakain gue! Lo juga harus tanggung jawab ngobatin memar gue" Prilly mendongak menatap laki-laki di depannya, yang telah melepas kacamata hitamnya.

"Tinggal di kompres sama air anget nanti juga sembuh, nggak usah manja dech! " Lelaki itu menggertakkan giginya, menahan amarah.

"Lo bilang apa?? Manja?? Enak aja, gue tinggal dirumah sendiri" Prilly mengamatinya dari ujung rambut sampe ujung kaki dan menoleh sekilas kearah mobil yang lelaki itu bawa.

Prilly yakin jika lelaki dihadapannya itu anak manja yang bergelimang harta, jika ia tinggal dirumah sendiri, Prilly yakin jika ada beberapa lusin asisten rumah tangga dirumahnya. Prilly memutar bola matanya malas.

"Terus gue harus ngapain?" Mendengar pertanyaan Prilly, ia seolah menemukan mainan baru, ia tersenyum penuh kemenangan.

"Lo harus jadi asisten pribadi gue selama 100 hari" ia mencondongkan wajahnya didepan Prilly.

Prilly membelalakkan matanya.

"Yang benar saja Om!! Ini tidak adil, gue cuma ngenain kaleng ke dahi lo, itu juga tidak sengaja"

"Dan lo udah panggil gue Om!, itu kesalahan kedua" potongnya.

"Aiiishh!! Ini benar2 gila!!! Ya Allah kenapa engkau pertemukan hamba dengan laki-laki idiot ini" Prilly mengeluh dalam hati.

"Gimana?" Lelaki itu tersenyum licik.

"Satu minggu!" Tawar Prilly.

"Oh..tidak bisa" lelaki itu mengibas2kan tangannya.

"Tapi gue kan masih sekolah dan harus kerja!" Kilah Prilly.

"Gue bisa nganterin lo kesekolah, dan lo tidam perlu kerja lagi"
Ujarnya enteng. Prilly melotot membuat lelaki di depannya tersenyum. Ia sangat menikmati pertemuan dengan gadis ini.

"Lo pikir gue hidup cuma numpang sekolah sama tidur di kost tanpa harus membayar, lo kira juga gue makan batu!"
Omel Prilly, membuat lelaki di depannya terkekeh.

"Lo kerja sama gue, oh ya gadis gila, kenalin nama gue Ali, jadi lo jangan panggil gue Om. Gue masih kuliah dan belum punya anak!" Ia kembali mencondongkan wajahnya, membuat Prilly seketika menjauh.

"Nama lo siapa gadis gila?"
Enak saja!!! Prilly dibilang gadis gila!??? Sebenarnya yang gila itu siapa!?

Tak ingin berlama2 dengan laki-laki di depannya yang tak lain adalah Ali, Prilly mengenalkan namanya.

"Prilly" ujarnya dan ingin segera berlalu, tapi lagi-lagi Ali mencegahnya. Ia menyodorkan kartu nama pada Prilly.

"Kalo lo nggak datang nanti sore kerumah gue ! Jangan harap lo bisa tenang!" Ancamnya.
Benar-benar membuat Prilly frustasi!

"Iya" Ucap Prilly lesu.

"Kalo begitu sampe ketemu nanti sore gadis gila.!" Ujarnya berlalu menuju mobilnya.

"Aarrrgghhh!" Prilly berteriak geram, kenapa harus bertemu lelaki gila itu.

100 Day With Mr. AroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang