07

726 44 0
                                    

"Assalamualaikum.. " ucap Prilly seraya membuka pintu.

"Waalaikumsalam" Putri yang sedang menonton tv langsung bangkit mendengar salam dari kakaknya.

"Mbak darimana aja?? Putri khawatir banget tau!" Tanyanya dengan wajah khawatir, membuat Prilly merasa bersalah karna tak memberitahunya. Prilly berjalan dan duduk disamping adiknya. Mengelus rambut adiknya lembut.

"Maafin mbak ya? Udah buat Putri khawatir," ia tersenyum.

"Mbak itu kerja sayang" lanjutnya.

"Kok tadi malem putri WA kak Mila, siapa tau aja mbak nginep disana, eh malah kak Mila bilang katanya mbak udah pulang! Lah mbak nginep dimana? Kan Putri khawatir." Ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Prilly tak tega melihat adiknya yang begitu menghawatirkannya. Tapi Prilly bingung harus mnjawab apa pada adiknya, pasalnya Prilly tidak pernah berbohong sedikitpun.
Jika Putri tau tentang ini? Apakah dia akan membiarkan Prilly melanjutkan hukuman konyol ini? Putri masih memandang Prilly, menuntut jawaban. Dengan hati-hati akhirnya Prilly membuka suara.

"Mbak kerja di rumah orang sayang"

"Malam-malam? Mbak kerja apa?" Nada bicara Putri sedikit bergetar. Prilly memegang pundak adiknya.

"Dengerin mbak, Putri nggak perlu khawatir, mbak kerjanya baik-baik" akhirnya Prilly menceritakan semuanya, bagaimana awalnya dan hingga tadi ketika ia harus menemani ponakannya si gila.

"Jadi cowok itu manfaatin mbak buat jadi asistennya?" Putri kesal mendengar cerita kakaknya. Prilly tersenyum kecut.

"Bisa jadi"

"Huuhhh! Putri jadi sebel tau, pengen lihat mukanya kayak apa sih! Sampe-sampe berani ngelakuin itu sama mbak Putri yang cantik ini! Arogan banget!!" Ucap Putri dengan kesal. Prilly hanya tersenyum.

"Udahlah dek, biarin aja nanti juga bosen sendiri, mbak capek mau istirahat dulu," ujarnya.

"Ohiya, kalo nonton jangan sampai larut malam, besok subuhnya kesiangan" pesan Prilly sebelum melangkah masuk kamarnya.

"Oke mbak"

****

Prilly merebahkan tubuhnya di ranjang, ia menatap langit-langit kamarnya. Ia teringat ucapan Ali ketika di mobil tadi.

Flashback On

"Prill" panggil Ali ketika Prilly akan turun dari mobilnya.

"Kenapa?" Sahut Prilly dingin.

Ali memandang sekeliling tempat Prilly tinggal, lalu menghela nafasnya.

"Lo betah tinggal dirumah begituan?" Seketiga Prilly menoleh kearahnya cukup mengerti arah pembicaraan Ali.

"Ngapain nggak betah! Toh tempat tinggal gue! Lo ngehina banget sih mentang-mentang rumah lo gede! Jadi seenaknya bilang kek gitu sama gue!" Suara Prilly terdengar tinggi mendengar Ali seolah menghinanya.

"Mending masih punya tempat tinggal, daripada harus hidup di kolong jembatan!" Lanjut Prilly marah.

"Bisa biasa nggak sih ngomongnya!" Kesal Ali menutup mulut Prilly dengan sebelah tangannya. Menyadari Icha yang tertidur di jok belakang. Prilly melotot dengan perlakuan Ali dan ia juga baru menyadari ada Icha disana. Prilly melepaskan tangan Ali. Jujur detak jantung Prilly tak seperti biasanya menerima perlakuan Ali.

"Bisa!" Kata Prilly sedikit bergetar menunduk menutupi getaran gila yg tiba2 muncul. Ali menatap Prilly yg menunduk.

"Kamu kenapa Prill? Habis kayak singa PMS tiba-tiba jadi bunga putri malu?" Buset nih orang! Bikin Prilly stres.

"Apaan sih Kamu!" Kilahnya.
Untuk menutupi kegugupannya. akhirnya memutuskan untuk turun. Tapi lagi-lagi Ali mencegahnya. Dengan menarik tangan Prilly.

"Kenapa lagi?" Tanya Prilly.
Dengan tatapan tajamnya mencoba menyembunyikan gugupnya.

"Nggak bisa biasa ya mandangnya? Nggak usah kayak macan mau nerkam mangsanya gitu deh!" Ucap Ali. Prilly semakin menggeram, Bisa-bisanya dari tadi di katain seperti hewan pemakan daging.

"Cepetan!" Kesal Prilly.

"Gue mau nawarin tempat tinggal buat kamu sama adik kamu, kan rumah gue besar. Itu juga kalo kamu mau" ujar Ali dengan sombongnya. Membuat mata Prilly berkilat marah.

"Lo sombong banget sih!!" Pekik Prilly tertahan mengingat Icha yg masih tertidur. Ali malah tersenyum miring, membuat Prilly ingin sekali memukulnya dengan tas yg ia bawa saat ini juga.

"Bukannya aku sombong, cuma pengen nolong kamu aja, itu sih kalo kamunya mau, aku nggak nyuruh kamu buat bayar kok cuma_" Ali sengaja menggantungkan kata-katanya.

"Apa!!" Sungut Prilly kesal.

"Cuma pengen kamu jadi asisten gue selamanya" Mendengar itu Prilly membelalakkan matanya.

"Kamu mau manfaatin gue? Nggak usah gila, gue ogah jadi budak lo, dan dengerin gue! Sampai kapanpun gue nggak mau lo manfaatin begitu aja!" Prilly segera turun membanting pintu mobil Ali dan berlari cepat tanpa menghiraukan Ali yang terus memanggilnya.

Flashback Off.

"Ya Allah. Mimpi apa gue semalem sampe kayak gini urusannya." Prilly sengaja tidak menceritakan perihal ini pada Putri. Ia benar-benar kesal, bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi seperti ini demi kenyamanan diri sendiri. Walaupun begitu sebenarnya Prilly sedikit menyesal, pasalnya ia tidak menggubris Ali saat ia berteriak-teriak ingin memberi penjelasan tadi. Apa maksud jadi asisten selamanya?? Jangan bilang jika__ Apakah Ali? Aarghhh... Pikiran Prilly benar2 kacau. Ia mengusap wajahnya frustasi menarik boneka disampingnya menutup wajahnya dengan benda itu. Kenapa aku jadi kepikiran dia yah? Aiisshhh!
Apaan ini!" Batin Prilly segera menepis pikiran-pilirannya tentang Ali. Tiba-tiba terdengar nada dering dari ponselnya.

"Hah?" pekiknya.

100 Day With Mr. AroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang